Hingga suatu hari ketika dia berangkat kerja, tanpa pamit denganku langsung turun saja. Anak-anakpun tidak dihiraukannya. Dan anehnya ketika kurang lebih 15 menit kemudian suamiku pulang kembali. Aku sedikit kaget, kok begitu cepat dia pulang padahal belum lama pamitan. Sama seperti awal ku ketemu kembarannya. Kali ini dia juga diam, tidak keluar suara sedikitpun. Yang membuat ku lebih terkejut lagi, si ‘dia’ mencoba mengajakku berhubungan badan saat itu juga, pagi itu juga. Kok tumben pagi begini ia meminta jatah apalagi di jam kerja.
Kebetulan saat itu anak-anakku sedang dibawa Bi Inah jalan-jalan di sekitar komplek perumahan. Jadi dirumah tinggal aku berdua dengan suamiku. ‘Dia’ coba terus merayuku, walau tanpa suara, dia peluk aku dari belakang, penuh dengan nafsu. Aku hanya bisa pasrah, tapi pikiranku tetap melayang-layang. Antara berontak dan pasrah. Ditengah kalutnya pikiranku, aku masih bisa mencium sesuatu yang pernah terjadi di kamarku dulu. Ya mencium aroma busuk yang begitu menyengat. Si ‘dia’ tetap terus berusaha merayuku agar ikut menikmatinya. Kucoba berpindah ke kamar agar bau itu hilang, dan juga agar tidak ada yang melihat adegan kami. Si ‘dia’ tetap tak mau lepas, terus memelukku, mengikuti langkahku ke kamar.
Hingga akhirnya aku tak mampu menghadapi serangan demi serangan yang di lakukan suamiku. Tubuhku pun larut dalam kenikmatan duniawi. Aku benar-benar tenggelam dalam hawa nafsu tersebut. Dengan penuh kelembutan ia terus mencumbui tubuhku. Kali ini sangat terasa berbeda dengan yang biasanya. Aku tak lagi mampu berpikir jernih dalam situasi seperti ini. Semua telah ku serahkan. Dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Aku sangat menikmatinya. Ia tanpa henti melumat seluruh tubuhku. Hingga tubuh ini basah akan peluh nan penuh gairah. Dan di penghujung puncak kenikmatan duniawi itu mampu kami nikmati bersama.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11, hampir menjelang siang. Sementara aku masih berada di atas ranjang dengan kondisi acak-acakan. Ku pandangi sekujur tubuhku yang tanpa sehelai benangpun. Aroma dari tubuh yang begitu tidak enak baunya. Badanpun terasa lengket seperti berlendir. Aku masih belum sadar apa yang barusan terjadi dengan diriku. Ingatanku masih lemah, belum terkoneksi dengan waktu yang lalu.
Selesai mandi besar, aku coba berpikir apa yang terjadi tadi. Apalagi suami ku cari tidak berada di sisiku. Mungkin ia langsung turun ke kantor. Namun ini tidak seperti sebelumnya. Biasanya ia tidak pernah lama dalam berhubungan. Paling juga 10-15 menit sudah usai. Tapi kali ini benar-benar luar biasa diriku di buatnya. Aku merasa sangat terpuaskan.
Tin tin … terdengar suara khas klakson mobil suamiku. Aku langsung buru-buru Baru dia memasuki pagar rumah, langsung ku tanya “Kenapa balik Yah?” “HP ayah ketinggalan” jawab suamiku sambil berlalu masuk rumah. “Lho tadi bukannya Ayah sudah balik ke rumah?” aku mulai cemas. “Mah, Ayah ini tadi sudah sampai kantor, pas mau cari HP kok ga ada, baru inget ketinggalan, jadi balik lah Ayah nih ke rumah lagi,” sambil tersenyum. “Jadi Ayah tadi ga ada balik rumah sama sekali?” cerca ku. Ia hanya menggelengkan kepala. WTF!! Ingin rasanya saat itu menjerit sekeras-kerasnya. Tapi ga mungkin pasti akan heboh rumah ini. Lalu siapa yang berhubungan dengan diriku saat itu.
Setelah kejadian itu, beberapa hari kemudian ada perubahan sikap pada suamiku. Semua berawal dari masalah sepele yang kami perdebatkan. Begitu keras kami berdebat hingga sang suamipun mengalah untuk pergi keluar rumah. Aku pikir mungkin ia hanya ingin menenangkan diri sesaat. Paling jam makan siang dia akan pulang dalam pikirku begitu.
Segera ku ke dapur untuk menyiapkan makanan kesukaan suamiku. Sejam dua jam kemudian selesailah masakanku. Semua sudah siap untuk disantap. Anak-anakpun sudah selesai makan siang. Hanya tersisa suamiku yang belum melahap masakanku. Waktu dzuhur sudah lewat, suamiku belum juga kelihatan batang hidungnya. Hingga tanpa sengaja diri ini terlelap dengan sendirinya.
Tanpa terasa hari sudah berganti malam. Ketika aku sudah tersadar, tak terlihat suamiku. Ia tidak juga pulang ke rumah. Aku semakin gelisah dan menyesal, kenapa aku harus berdebat tadi pagi. Jika saja waktu itu aku mengalah mungkin tidak begini jadinya. Ku akui memang diri ini paling egois di bandingkan suamiku. Aku selalu merasa ingin paling diatas. Meski ku tau ia berada di posisi benar. Ini sudah menjadi tabiatku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tiba tiba dari luar terdengar suara orang mengetuk pintu rumah. Aku yang tadi tertidur langsung beranjak bangun. “Akhirnya suamiku pulang” dalam hatiku berkata riang. Sempat terlintas dalam benakku, kenapa suamiku tidak mengucapkan salam, biasanya setiap masuk atau keluar rumah pasti mengucapkan salam.
Lalu ku intip dari balik gordyn pelan-pelan, meski yang terlihat hanya bagian belakang badannya. Ku lihat bajunya adalah baju yang dipakai tadi pagi. Berarti itu suamiku. Langsung ku buka pintunya. “Assalammualaikum mas” sapaku. Suamiku tidak menjawab, hanya terdiam dan langsung masuk begitu saja. Sempat terlihat ada yang beda pada raut wajah suamiku. Terlihat pucat sekali. Ah mungkin dia kelelahan, pikirku lagi.
Segera kusiapkan handuk dan baju ganti buat suamiku, karena ku pikir pasti dia mau mandi karena seharian diluar rumah. Selagi ku siapkan, tiba tiba dari belakangku ada yang menyergap memelukku. Aku yang terkejut, hanya pasrah karena tahu kalau itu suamiku. Belum hilang keterkejutanku, suamiku ternyata tidak hanya memelukku. Dia (maaf)mencumbuku, menciumku dengan penuh semangat. “Kok tumben suamiku begini” batinku. “mungkin dia lagi pengen, dan juga sudah melupakan kejadian pagi tadi” batinku lagi.
Akhirnya kami berdua melakukan (maaf) hubungan suami istri. Dikala aku sedang menikmatinya, mendadak kok ada bau sesuatu. Aku mencium bau itu berasal dari suamiku. Aroma tersebut kok baunya seperti ini, bau busuk. Aku pikir mungkin suamiku tidak sempat mandi. Ah sudahlah aku kembali fokus ke ‘hubungan’ itu lagi. Jadi tidak lagi ku pikirkan. Aku sudah terhanyut dalam hubungan tersebut. Jadi ku nikmati saja. Tanpa kupikir lagi keanehan-keanehan tersebut. Hingga tanpa terasa kurang lebih 2 jam-an, hubungan itupun berakhir. Aku dan suami terkulai lemas. Bau busuk tadi masih tercium, malahan ini berasal dari badanku.
Setelah berhubungan tersebut, segera ku mandi. Sambil mandi terbersit dalam batinku, kok suamiku bisa begitu lama ‘berhubungan’ ya? Biasanya paling lama 15 menit, ini kok sampai 2 jam lebih. Mungkin dia menggunakan obat kuat. Dalam hatiku sambil tersenyum sendiri. Selesai mandi kulihat di kasur suamiku sudah tiada. Ternyata suamiku sudah tertidur di sofa ruang tamu. Aku hanya tersenyum melihatnya tertidur. Keesokan paginya, seperti biasa kegiatan kami, suami langsung berangkat kerja namun ada yang tidak biasa, dia tidak banyak bicara, tatapannya kosong. Aku tak berani menegur, mungkin dia lagi banyak masalah di kerjaan, pikirku. Jam pulang kerja tingkah suamiku juga tidak berubah. Tidak banyak bicara. Aku masih belum berani menegur.