17. Sebuah Puzzle

1803 Kata

“Mas, aku mau tidur di kamar sebelah.” Mas Iqbal yang tadinya sedang membaca buku, langsung mendongak dan menutup bukunya. Dia mengerjapkan mata sebentar, lalu berdiri. “Kenapa mendadak, Nay? Ada apa?“ “Enggak papa, pengen aja. Toh enggak ada gunanya juga aku tidur di kamar ini. Iya, kan, Mas?” Aku nyengir, memperlihatkan eskpresi paling santai yang aku bisa. Jujur, aku mulai lelah dengan semuanya. Aku juga sedang butuh privasi dan sedikit menenangkan diri. Tekanan dari luar, Mas Iqbal yang masih sama saja, juga aku yang merasa gagal. Semua bercampur jadi satu. Aku membuat keputusan ini setelah satu minggu belakangan banyak merenung. Aku tidak ingin lebih lama lagi merasa saling asing dengan orang yang seharusnya paling dekat. “Naya, tolong jangan kaya gini. Aku—“ “Aku enggak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN