15. Gundik Shinichi?

2039 Kata
Ketika Shinichi akhirnya mengetuk pintu kamar Nicole untuk berangkat ke pesta ulang tahun Kiyoshi, Nicole membuka pintu dengan memakai gaun mini berwarna hitam yang di bawanya. Bertali dengan punggung terbuka, dress sepaha itu tidak mampu menyembunyikan lekukan tubuh Nicole. Shinichi langsung mengerutkan keningnya menatap baju gadis itu. “Kau akan memakai pakaian itu ke pesta yang digelar oleh ketua Yakuza?” tanya Shinichi. “Masalah?” tantang Nicole sambil meraih tas bertali kecilnya yang diisinya dengan make up dan pisau lipat pemberian ibunya. “Pakailah jaket setidaknya untuk menutupi punggungmu,” perintah Shinichi. “Tidak mau. Panas,” gadis itu mendesis. Ia melirik ke arah Shinichi yang mengenakan jas dan celana panjang. Rambut gelap Shinichi yang agak panjang diikat klimis ke belakang, membuat rahang keras yang membingkai wajah pemuda itu lebih kentara. Diakui Nicole, Shinichi bukanlah pria yang buruk rupa. Jika saja Shinichi bersikap lebih ramah dan lembut padanya, tidak menutup kemungkinan ia akan jatuh cinta.... Tunggu. Tidak. Tidak. Apakah ia baru saja berpikir bahwa ia mungkin bisa jatuh cinta pada bocah bodoh itu? Nicole menggelengkan kepalanya keras-keras dan berjalan melewati tubuh jangkung Shinichi sambil berteriak, “Aku sudah siap. Ayo berangkat. Tunggu apa lagi?” Shinichi mendengus mendengar kekerasan kepala Nicole yang menolak untuk mengenakan pakaian yang lebih layak. Gaun pendek dan terbuka seperti yang Nicole kenakan mungkin adalah hal wajar di Metro, tapi di daerah timur, apalagi di kota kecil seperti Kanazawa, hanya wanita penghibur dan wanita malam kelas bawah yang mengenakan pakaian seperti itu. Pesta Klan Goto akan dihadiri oleh para pria. Dengan Nicole bersikeras mengenakan pakaian semacam itu, Shinichi tidak ingin anggota Klan menganggap gadis itu sebagai salah satu wanita penghibur yang di sewa. Namun ia sudah berjanji pada Tomas untuk bersikap lebih sabar pada Nicole. Jadi sambil mengigit lidahnya agar tidak berkata apa-apa, ia berjalan keluar menyusul Nicole. Kediaman Kiyoshi rupanya tidak jauh dari rumah Shinichi. Berada di ujung jalan yang tadi siang di lalui oleh Nicole, Shinichi berpapasan dengan beberapa orang yang juga sedang dalam perjalanan menuju kediaman pamannya. Beberapa mengangguk menyapa Shinichi depan sopan, sementara anggota-anggota yang lebih tua terlihat bersiul sambil menatap Nicole dengan pandangan merendahkan. Bahkan satu orang berteriak menanyakan berapa harga yang dibayarkan oleh Shinichi untuk bisa ditemani dengan wanita berdarah eropa seperti Nicole. Shinichi tidak menjawab dan hanya menarik lengan Nicole agar berjalan merapat ke arahnya. “Mengapa, sih mereka meneriakiku?” Nicole bertanya karena mulai merasa risih. Seumur hidupnya belum pernah ia mengalami pelecehan, tidak peduli pakaian macam apa yang dipakainya. Tidak ada yang berani melirik putri Salazar. “Mereka mengika kau adalah salah satu wanita penghibur,” balas Shinichi. “Apa?!?” balas Nicole melirik ke arah pemuda itu. Pandangan mata Nicole beralih dari tangan Shinichi yang memeganginya menuju wajah pemuda itu. Dalam keremangan jalan, bisa dilihatnya rahang Shinichi yang menggertak kaku karena kesal. “Apakah mereka tidak tahu siapa diriku?” “Jangan khawatir. Selama kau ada di dekatku, tidak akan ada orang yang berani mengganggumu.” “Mengapa kau tidak memberitahu mereka bahwa diriku adalah putri tunggal Salazar?” timpal Nicole sambil menarik lengannya terlepas dari genggaman Shinichi. “Tidak akan ada yang berani menggangguku jika mereka tahu siapa aku.” “Semakin sedikit orang yang tahu bahwa kau adalah seorang Salazar semakin baik, Missy. Tidak ada gunanya menyebar kan identitasmu disini. Kita tidak tahu siapa yang mendengar dan mengawasi.” Nicole menggigit bibir bawahnya. Hampir saja ia lupa bahwa dirinya ada di kota itu karena ada seseorang yang mengincar keluarganya. “Tapi... kukira kau bilang aku akan aman di sini?” “Ya. Tapi tidak ada salahnya berjaga-jaga. Kami sudah membicarakan hal ini dengan kedua orang tuamu dan mereka setuju.” Nicole kembali menggeram. Sekali lagi kedua orang tuanya gagal memberitahunya tentang perjanjian yang di ambilnya dengan Shinichi. “Ada lagi yang kalian lupa beritahukan?” Shinichi melirik ke arah Nicole seakan sedang memikirkan sesuatu. Tapi setelah beberapa saat tidak juga ada balasan, Nicole mengulang lagi pertanyaannya. “Shin... perjanjian apa lagi yang sudah kalian setujui tanpa sepengetahuanku.” Shinichi menggaruk lagi belakang kepalanya. “Uhm… Kami tidak ingin orang bertanya-tanya mengapa seorang gadis muda sepertimu tinggal di rumahku. Jadi… agar tidak ada yang curiga, kedok ceritanya… aku adalah Dan’na mu.” Wajah Shinichi sedikit memerah ketika mengucapkan kalimat itu yang membuat Nicole mengerutkan alisnya. “Apa? Dan’na? Apa maksudnya?” “Dan’na adalah orang yang membayar segala kebutuhan seorang Shikomi atau calon Geisha. Katakanlah penyokong, atau penyeponsor. Sebagai seorang yakuza dengan keturunan Goto sepertiku, wajar jika aku memiliki seorang Geisha. Oto-san konon memiliki lima orang Geisha, satu adalah ibuku.” Langkah kaki Nicole langsung terhenti mendengar penjelasan Shinichi. “Tu…tunggu…tunggu... tunggu... tunggu.... Kau ingin aku menjadi gundikmu?! APA?!” Suara gadis itu kini menjerit, membuat beberapa orang yang melewati mereka melirik dengan curiga. Shinichi meraih lengan Nicole dan menyeretnya ke pinggir. “Shh… Pelankan suaramu atau kau akan membuat orang curiga. Ini semua hanyalah siasat. Tidak akan ada yang curiga dan mempertanyakan statusmu di sini jika semua orang tahu aku adalah Danna mu. Tidak akan ada orang yang berani mengganggumu juga. Dan Geisha bukanlah seorang gundik. Mereka adalah seniman. Dididik dengan berbagai keterampilan seperti bermain musik dan menari. Suatu kehormatan untuk bisa menjadi Geisha bagi seorang yakuza.” “Tidak! Tidak mungkin Daddy setuju dengan rencana gila ini!” seru Nicole dengan wajah mulai memerah. Bisa dirasakannya kemarahannya mulai mendaki naik ke wajah dan terutama ke matanya yang memanas. “Aku lebih baik mati! Pulangkan aku ke Metro.” “Missy—” Shinichi kembali meraih lengan Nicole tapi gadis itu kian meronta. “Pulangkan aku, Shin! Aku mungkin bisa menahan diriku dengan perlakuan kasarmu. Tapi jika kini aku hanya berstatus kan seorang gundik… lebih baik aku mati!” Shinichi tidak melepaskan dan kini malah menangkap kedua lengan Nicole. Pemuda itu menundukkan kepalanya agar bisa menatap mata Nicole dengan jelas. Semula ia juga keberatan dengan usul yang diajukan oleh paman dan kedua orang tua Nicole. Tapi setelah dipikir memang itu adalah satu-satunya alasan yang masuk akal. Tidak akan ada yang menanyakan munculnya Nicole yang mendadak di kota itu, tidak akan ada yang berani mengganggu Nicole jika semua tahu bahwa Nicole dimiliki keponakan Kiyoshi Goto. Gadis itu akan terlindungi. “Dengarkan aku, Missy…,” Shinichi berkata dengan suara lembut yang membuat Nicole terdiam. “Semua ini hanyalah kedok. Percayalah padaku, aku tidak berniat untuk mengambil keuntungan darimu selain melindungimu. Kau akan tinggal di sini bersamaku hingga situasi di Metro aman, lalu kau akan kembali ke kota itu dan melanjutkan kehidupan mu. Bersama dengan teman-teman dan kekasihmu. Setelah beberapa saat, semua ini akan hanya bersisa bak sebuah cerita dan kenangan. Tidak lebih dari itu.” Nicole mengalihkan pandangannya, sesuatu memilin dadanya. Mengapa memikirkan bahwa ia harus menjadi gundik Shinichi, walaupun sebuah kepura-puraan, membuatnya sakit hati? Apakah karena kenyataan bahwa statusnya di kota itu tidaklah lebih dari seorang penghibur, yang membuatnya sakit hati? Atau kah karena ini semua hanyalah sebuah kepura-puraan? Tunggu… apakah ia benar-benar ingin menjadi gundik Shinichi? Nicole menggelengkan kepalanya. “Bagaimana dengan sekolahku?” tanyanya. “Kau akan ke sekolah seperti biasa. Lalu sorenya kau akan mengikuti pelajaran tambahan untuk menjadi seorang Geisha.” “Seperti ekstrakurikular?” “Ya… tidak jauh berbeda.” Nicole melirik ke samping. Dilihatnya tangan Shinichi yang mencengkeram lengannya dengan erat seakan pria itu ketakutan bahwa ia akan lari. “Mengapa kalian tidak menceritakan padaku tentang rencana ini?” Nicole bertanya dengan suara pelan. Kedua matanya mendadak mengabur seakan air matanya hendak turun. “Apakah kau masih akan mau ikut dengan suka rela jika kau tahu?” balas pemuda itu. Nicole mendesah. “Mungkin tidak.” Shinichi melepaskan remasan tangannya dan menegakkan tubuhnya. “Karena itulah kami tidak memberitahumu.” Nicole kembali mengarahkan pandangannya menuju mata Shinichi. “Siapa saja yang tahu tentang identitas asliku kalau begitu?” “Bibi Yukio, paman Kiyoshi, dan diriku. Dan kami berencana untuk menyimpan rahasia ini diantara kami bertiga selama kau tinggal di sini.” Nicole menarik nafas dalam-dalam lalu mengangguk. “Baiklah. Hanya sebagai kedok.” “Hanya sebagai kedok,” Shinichi mengulang dan kembali mengait lengan Nicole untuk melanjutkan perjalanan mereka. Udara malam musim semi yang mulai berangin membuat Nicole kini menyesali pilihan gaun yang dipakainya. Untunglah, tak lama, mereka akhirnya tiba di rumah terbesar yang ada di ujung jalan itu. Terlihat papan nama besar di depan rumah dengan tulisan dalam bahasa Jepang yang berbunyi. “Rumah Goto” Shinichi berjalan melewati gerbang batu yang menjadi pagar kediaman pamannya dengan Nicole mengikuti dari belakang. Sebuah kolam koi terlihat si sisi sebelah kanan jalan setapak . Beberapa dain teratai dengan kuncup bunganya yang indah terlihat mengapung diatas kolam. Nicole melihat ada beberapa bangunan di dalam kompleks kediaman itu. Bermodelkan gedung tradisional Jepang dengan pintu gesernya dan nuansa kayu, Nicole merasa seperti berada di dalam manga atau komik Jepang yang kadang di pinjamnya dari temannya. Keduanya melewati sebuah jembatan kecil menuju bangunan utama paling besar yang sudah tampak ramai dan meriah. Shinichi melepaskan sepatu yang dipakainya dan menggantinya dengan selop putih yang disediakan di depan gedung. Ia meraih sepasang yang kemudian diberikannya pada Nicole. “Ganti sepatumu, Missy!” pemuda itu memberitahu. Gadis itu menurut dan melakukannya tanpa banyak bicara. Wajah Nicole yang sedikit pucat memberi tahu Shinichi bahwa gadis itu cemas. Beberapa orang yang datang bersamaan dengan mereka menyapa Shinichi sambil melayangkan pandangan penasaran ke arah Nicole, yang kian membuat gadis itu sadar diri. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa rupanya semua orang menganggapnya sebagai gundik Shinichi, semakin ia menyesali pilihan baju yang dipakainya. Begitu mereka di dalam, ada sekitar 30 an orang sudah membaur. Kebanyakan adalah para pria yang sedang bercakap-cakap dengan suara rendah mereka yang dalam. “SHINICHI!” Sebuah teriakan terdengar dari dalam ruangan membuat semua orang terdiam. Seorang pria dengan rambut putih yang berpakaian rapi melambaikan tangannya ke arah Shinichi, mengisyaratkan pemuda itu untuk mendekat. “Itu Paman Kiyoshi,” bisik Shinichi ke arah Nicole. Ia kemudian menarik lengan Nicole dan berjalan mendekat. Kiyoshi mengajak keduanya masuk ke ruangan lain yang ada di bagian belakang. Seorang pria bertubuh kekar berjaga di depannya, dan langsung menutup pintu rapat begitu ketiganya masuk ke dalam. Kiyoshi menjulurkan tangannya ke arah Nicole. “Ah... Nona Nicole Salazar. Akhirnya kita berjumpa.” Kiyoshi menyapa sambil membungkukkan tangannya. Nicole membalas juluran tangan Kiyoshi dan ikut membungkuk dengan kikuk. “Uhm… Selamat ulang tahun, Goto-sama,” Nicole mengucapkan, sengaja memanggil pria itu dengan sebutan ‘sama’ yang ditujukan pada orang yang lebih di hormati. Kiyoshi menaikkan kepalanya dan tersenyum.“Jangan sungkan. Panggil aku Oji-san,” ucapnya sambil meletakkan tangan kirinya keatas telapak tangan Nicole yang sedang menyalaminya. “Baiklah. Oji-san,” Nicole melirik ke atas dan mengamati wajah pria itu. Dalam jarak dekat, ia kini bisa melihat bahwa Kiyoshi terlihat lebih muda dari umurnya. Selain rambutnya yang beruban, orang tidak akan mengira bahwa pria itu sudah berumur 65 tahun. Badannya masih tegap dan terlihat fit. Tidak aneh, pikir Nicole. Bukankah Shinichi mengatakan pria itu adalah juga seorang pelatih kendo? “Bagaimana tempat tinggalmu, Nicole-san? Kau mendapatkan semua yang kau perlukan dari Shinichi?” “Ya… Hanya saja,” Nicole melirik sekilas kesamping, kearah Shinichi. “Shinichi baru saja menceritakan padaku tentang… kedok yang ku pakai selama di sini?” “Ah…!” Kiyoshi melepaskan tangan Nicole. Ia menunjuk ke lantai dimana beberapa buah spon tergeletak diatasnya, mengelilingi meja pendek. “Duduklah, silahkan.” Nicole menurut. Begitu semuanya bersila diatas lantai, Kiyoshi melanjutkan. “Aku paham jika kau keberatan. Seorang gadis modern dari keluarga besar sepertimu pasti keberatan. Tapi ini adalah kedok yang sempurna. Tidak akan ada orang yang mencurigai kehadiranmu, dan bisa kupastikan sebagai… uhm… wanita Shinichi… tidak akan ada orang mengusikmu.” Nicole melirik lagi ke arah Shinichi. Pemuda itu juga sedang menatap ke arahnya dengan pandangan yang tidak bisa di taksirkan oleh Nicole. Ia mengalihkan lagi pandangannya ke arah Kiyoshi dan menarik nafas panjang. “Baiklah,” jawab Nicole akhirnya menyerah. Paling tidak semua ini hanyalah sementara, pikir Nicole. Hanya sampai keadaan di Metro lebih aman. Paling beberapa minggu, lalu ia akan kembali lagi ke rumahnya dan melupakan semua ini. “Aku paham, Oji-san.” Kiyoshi tersenyum sambil mengangguk. Sebuah tato kepala naga terlihat bergerak mengikuti gerakan leher pria itu. “Bagus. Bagus. Sekarang bagaimana kalau kita menikmati pesta makan malam? Aku sudah menyiapkan hidangan yang lezat untuk malam ini.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN