16. Klan Goto

2187 Kata
Nicole merapat mengikuti Shinichi sepanjang malam. Dari cerita pemuda itu, Nicole mulai bisa membuat peta jajaran jabatan di Klan Goto. Seperti yang ia sudah tahu Kiyoshi Goto adalah pimpinan Klan, yang disebut Oyabun atau boss. Kiyoshi tidak pernah menikah dan tidak memiliki keturunan. Mengapa pria itu memutuskan melajang? Entahlah, Nicole tidak tahu dan tidak ada orang yang berani membicarakan tentang hal itu secara terang-terangan. Dibawah Kiyoshi berdiri seorang wakagashira atau letnan pertama. Di Salazar, ayahnya memiliki Ice. Kiyoshi, memiliki seorang pria yang bernama Jinro. Dibawah Jinro berdiri 3 orang bawahan yang disebut kyodai atau kakak, Ryu, Bill dan Kai dan masing-masing mengepalai beberapa prajurit dengan panggilan adik atau shatei. Shinichi, ada di bawah Kai. Yakuza Klan Goto memiliki lima aturan dasar yang harus di jalankan. Satu, hormati Oyabun. Dua, tidak mencuri dari rakyat biasa. Tiga, tidak terlibat dengan penggunaan obat-obatan terlarang. Empat, selalu bersikap sopan. Dan lima, tidak mengganggu keharmonisan Klan dengan menyentuh atau merebut wanita anggota yang lain. Nicole melayangkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Sebagian besar dari undangan adalah pria. Selain Shinichi, hanya Jinro dan ketiga kyodai atau kakak yang duduk bersama dengan pasangannya masing-masing. Nicole mendekatkan bibirnya ke telinga Shinichi. “Apakah mereka Geisha?” Nicole bertanya sambil menatap ke arah wanita yang mengelilingi Jinro dan yang lain. Shinichi melirik sekilas ke arah pandangan Nicole sebelum menjawab. “Wanita yang duduk di sebelah Kai adalah istrinya. Selain itu, ya, mereka adalah Geisha.” “Oh…,” timpal Nicole kembali mengamati. Ke empat wanita itu memakai pakaian kimono modern seperti yang dilihat Nicole di toko siang tadi. Terbuat dari bahan sutra halus yang sangat indah. Dandanan mereka juga terlihat anggun dan tidak menor. Dua diantaranya bahkan sangat cantik bisa saja wanita itu menjadi model atau artis papan atas. Kekaguman Nicole tidak berhenti disitu. Gerakan ke empat wanita itu sangat terencana dan gemulai. Bahkan cara mereka menuangkan sake ke gelas pasangannya, tidak terlihat sedikitpun kekikukan dalam gerakan jemari mereka. “Jadi pria yang bertubuh paling besar itu adalah Jinro, lalu Kai, kakakmu, adalah pria botak disebelahnya?” Nicole bertanya sambil mengamati pria yang menjadi atasan langsung Shinichi. Penting bagi Nicole untuk mengenali mereka semua, mengingat inilah orang-orang yang akan ditemuinya selama ia tinggal di Jepang. Shinichi mengangguk, “Ya, benar.” “Jadi, kau adalah satu-satunya Adik yang memiliki Geisha?” Nicole berbisik lirih ke telinga Shinichi yang duduk di sebelahnya. Shinichi menoleh agar bisa melihat wajah Nicole.. Ada perasaan bersalah karena sudah memposisikan gadis itu sebagai calon geisha nya. Walaupun hanya kedok tapi tetap saja, semua orang akan menganggap rendah Nicole karena ia hanyalah seorang calon geisha, yang kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu. Tapi setidaknya dengan begitu tidak akan ada orang yang curiga bahwa Nicole adalah anak dari keluarga mafia Salazar. Tidak medapatkan jawaban dari Shinichi, Nicole menoleh kearah pemuda itu. “Heh...Shin!” “Hah? Apa katamu?” “Aku tidak melihat yang lain membawa wanita. Apakah kau satu-satunya Adik yang memiliki Geisha?” “Oh… Uhm ya. Tidak semua orang bisa menjadi Danna. Asal kau tahu tidak murah untuk membiayai hidup seorang Geisha. Dan kau adalah seorang Shikomi, bukan Geisha.” “Jadi kau akan membiayai semua kebutuhanku? Hm… Bukankah ayahku membayar untuk jasa kalian menjagaku?” Shinichi menggaruk tengkuknya, “Ya… Secara tidak langsung ayahmu yang membiayai mu, melalui aku.” “Jadi kau bekerja padaku kan?” Shinichi tertawa mendengar serangan Nicole. “Benar. Secara tidak langsung aku bekerja padamu. Tapi demi menjaga kedok dan keselamatanmu, kau harus mengikuti perintahku.” Nicole kembali mendengus. “Nah seperti itu…,” Shinichi menimpali. “Seorang Shikomi tidak boleh mendengus ke arah Danna nya,” Shinichi menunjuk bibir merah Nicole yang malah semakin maju. “Atau merajuk,” Shinichi menambahkan. “Lihat wajah-wajah wanita itu. Tidak ada satupun yang cemberut.” Nicole melirik kembali ke arah gerombolan wanita itu sambil menarik nafas. Semua ini akan menjadi tantangan baru bagi Nicole yang selama ini dibesarkan dalam perlindungan keamanan kedua orang tua yang memanjakannya. Suara Kiyoshi yang menggelegar mengalihkan perhatian semua orang yang hadir. Pria itu mengangkat gelas sakenya dan mulai berpidato. “Terima kasih atas ucapan kalian semua kepadaku,” Kiyoshi memulai dengan suara dalamnya yang berat. “Tidak banyak yang ingin kusampaikan selain semoga, di tahun hidupku mendatang, Klan Goto akan tetap berjaya. Kanpai!” “Kanpai!” Semua tamu mengangkat gelasnya ke atas dan menenggaknya secara bersamaan. Satu tegukan, dan Kiyoshi melanjutkan, “Baiklah. Sebelum kita lanjutkan acara kita, aku akan mengumumkan siapa yang akan menjadi penerusku.” Seisi ruangan seketika membeku. Nicole mengalihkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan bisa melihat beberapa pria bahkan sepertinya sedang menahan nafas. Seperti Jinro. Pria itu terlihat tidak berkedip mengamati Kiyoshi. Nicole bisa merasakan bahwa sepertinya inilah yang dinanti-nantikan oleh para tamu. Antisipasi dan keseriusan terasa kental di dalam ruangan itu, bahkan Nicole bisa melihat wanita-wanita yang ada di dalam ruangan itu kini memasang wajah serius. Kiyoshi mengisi lagi gelas sakenya sebelum mengangkatnya kembali ke atas. “Untuk penerusku, Shinichi Goto. Keponakan dan satu-satunya keturunan terakhir dari keluarga Goto. Kanpai!” Kiyoshi menenggak sake di tangannya dengan satu tegukan sementara seisi ruangan memproses apa yang baru saja di dengarnya. Beberapa kini saling berpandangan, sementara yang lain menatap tidak percaya ke arah Kiyoshi. Bahkan Shinichi terlihat kehabisan kata-kata mendengar keputusan yang diucapkan oleh pamannya. Kai adalah orang pertama yang mengacungkan gelasnya keatas dan menjawab, “Kanpai!” Begitu pria itu menenggak, satu-persatu, tamu-tamu undangan mengangkat gelas mereka masing-masing dan meneriakkan jawaban mereka. “Kanpai!” “Kanpai!” “Kanpai!” Sahutan demi sahutan mengucapkan “Kanpai” sambung-menyambung. Shinichi ikut mengangkat gelas sakenya sebelum kemudian menenggaknya habis. Walaupun semua orang awalnya terlihat kaget, tapi Nicole bisa melihat bahwa hampir semuanya akhirnya menerima keputusan Kiyoshi dengan menamakan Shinichi sebagai penerusnya. Semua kecuali Jinro. Pria itu hanya diam tidak bergerak di tempat duduknya. Kemarahan jelas terlihat di wajahnya yang membeku. Nicole bahkan bisa merasakan bulu kuduknya ikut merinding ketika pria itu kemudian melirik ke arah Shinichi yang ada di sebelahnya. Nicole mengenali pandangan itu. Ia tumbuh besar di dalam keluarga gangster terbesar, dan walaupun keluarganya selalu berusaha melindunginya, tapi ia mengenal pandangan ingin membunuh ketika melihatnya. Dan Jinro, jelas-jelas memiliki pandangan itu ketika melihat ke arah Shinichi. Tapi sepertinya Shinichi tidak menyadarinya. Karena pemuda itu kini tersenyum lebar dan menuangkan segelas sake yang kemudian di serahkannya kepada Nicole. “Minum, Missy-chan.” Nicole menggeleng. “Tidak terima kasih, Shin. Aku tidak minum alkohol.” Shinichi mengerutkan keningnya tidak percaya akan jawaban Nicole. “Keluargamu memiliki pabrik wisky terbesar di Amerika dan kau tidak meminum alkohol?” pemuda itu bertanya. “Well... aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Tubuh adalah sebuah tempat ibadah. Kau tidak menyampah di tempat ibadah.” “Hm… untunglah aku selalu tertidur ketika masuk ke tempat ibadah. Jadi tidak sadar sedang menyampah atau tidak,” Shinichi menyengir dan menenggak gelas yang tadinya hendak diberikannya kepada Nicole. “Kau terlihat gembira,” Nicole menimpali. Shinichi menyentak gelas sake keatas meja. Wajah pemuda itu terlihat ceria. “Tentu saja aku gembira. Paman tidak jadi memberikan posisi kepada Jinro. Keputusan yang tepat, kataku.” Nicole kembali melirik ke arah Jinro yang kini tampak lebih uring-uringan dari sebelumnya. Pria itu sedang membentak wanita yang ada di sampingnya karena suatu hal. “Ia tidak terlihat gembira akan keputusan paman Kiyoshi.” Nicole mengomentari, tidak terbiasa melihat kesenjangan dalam sebuah organisasi karena selama ayannya memerintah, Salazar selalu kompak. Shinichi mengedikkan bahunya, “Ia akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Ego nya hanya sedikit lecet karena kini anak ingusan akan menjadi bosnya.” Nicole bisa merasakan bahwa sepertinya ada ketegangan antara Shinich dan Jinro yang terjadi jauh sebelum Koyoshi mengumumkan calon penerus klan Goto. Seorang pemuda berjalan menghampiri meja kecil Shinichi dan menghempaskan tubuhnya diatas lantai, tepat berseberangan dengan Shinichi. “Ugh!” seru pemuda itu sambil melirik ke arah Nicole dan menjulurkan tangannya, “Hei! Namaku Botan.” “Oh… senang berjumpa denganmu, Botan-san. Namaku Nicole.” Baru saja Nicole hendak menjulurkan tangannya, mendadak, jemari Shinichi mencengkeram lengan gadis itu dan menariknya menjauh. “Apa maumu, Botan?” Suara Shinichi yang dingin membuat Nicole kaget. Belum pernah ia mendengar Shinichi menjawab dengan kasar kepada orang lain. Apakah Botan dan Shinichi juga tidak akur? “Tidak bolehkah aku berkenalan dengan Shikomi mu? Ada untungnya juga kau menjadi ponakan Oya-bun. Bahkan Shikomi yang kau dapatkanpun berkelas dan mulus,” Botan berkomentar sambil mengamati Nicole dari ujung kepala hingga ke bawah. Bibir pemuda itu tersenyum miring membuat Nicole sedikit risih. Shinichi tidak menjawab. Tapi Nicole bisa melihat dari bahasa tubuh Shinichi yang kaku bahwa ia tersinggung dengan ucapan Botan. Ia hanya melepaskan jasnya dan mengalungkannya ke pundak Nicole menutupi punggung gadis itu yang terbuka. “Ck!” decak Botan. “Pelit sekali. Masa melihat saja sekarang tidak boleh? Ah… ya sudahlah.” Botan melambaikan tangannya sambil bangkit berdiri. Meninggalkan Nicole yang kembali merapat ke tubuh Shinichi. “Jangan pedulikan dia, Missy-chan,” ujar Shinichi mengira bahwa Nicole ketakutan. “Ia hanya banyak omong tapi tidak memiliki nyali.” Nicole kembali mengamati sebagian besar pemuda yang ada di dalam ruangan itu. Kebanyakan dari mereka sedang sibuk dengan makanan dan obrolannya masing-masing. Kecuali gerombolan dimana Botan duduk. Ada setidaknya lima pemuda di situ, yang semuanya sedang menatap ke arah Shinichi sambil berbisik-bisik. Sekarang, Nicole bisa dibilang mewarisi kecerdasan yang sama dengan ayahnya tentang kemampuannya menilai seseorang. Sesuatu di mata kelima orang itu memberi peringatan bagi insting Nicole untuk berhati-hati. “Mereka tidak menyukaimu, Shin,” Nicole berbisik pelan ke arah Shinichi. “Siapa mereka?” “Adik-adik Bill. Kau akan bertemu dengan Botan dan beberapa temannya di sekolah senin nanti.” “Mereka satu sekolah dengan mu?” Mata Nicole membelalak. “Dan... denganku?” “Ya. Tapi jangan khawatir, seperti yang kubilang, ia hanya pandai menggonggong tapi tidak memiliki taring.” Nicole menarik jas Shinichi ke dalam dekapannya. Bukannya ia khawatir pada Botan. Tapi ia baru sadar bahwa Senin ia akan masuk ke sekolah yang baru, di lingkungan yang pasti akan berbeda dengan sekolahnya yang lama. Di Metro ia adalah seorang putri. Populer, disegani dan dielukan. Tapi kini di Kanazawa, dirinya tidak lebih dari seorang gadis tanpa nama belakang. Seorang apa tadi sebutan yang mereka gunakan? Shikomi? Acara berlangsung hingga mendekati pukul 12 malam, ketika kahirnya Kiyoshi mengumumkan bahwa dirinya hendak beristirahat, barulah tamu-tamu membubarkan diri. Shinichi berdiri dengan tubuh sempoyongan sambil bertumpu pada bahu Nicole. Sepertinya pemuda itu menenggak terlalu banyak sake dan sebagai hasilnya kini ia bahkan kesulitan untuk berjalan lurus. Nicole berdecak sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya sendiri sementara Shinichi menggunakannya sebagai tumpuan. “Cih, bagaimana kau bisa melindungiku jika berdiri saja kau tidak bisa?” “Eih… Jangan salah sangka. Kemampuan berkelahiku tidak terpengaruh oleh apapun, bahkan alkohol sekalipun,” Shinichi menggumam tidak jelas sambil berjalan setengah tersandung-sandung menuju pintu depan. Nicole mendengus melihat pria itu dengan susah payah berusaha mengenakan sepatunya kembali. “Ah! Sudahlah, sini kupakaikan. Aku lelah dan ingin segera tidur!” bentak Nicole menunduk. Gadis itu memasang sepatu Shinichi dan mengikat talinya sementara pemuda itu berpegangan pada rangka pintu depan rumah Kiyoshi. Beberapa orang yang melewati mereka, menepuk pundak Shinichi dan mengucapkan selamat malam sambil. Sebagian lagi menyoraki pria itu seolah sesuatu hendak terjadi malam itu diantara keduanya. “Jangan khawatir, mereka hanya mengira bahwa aku akan memerawanimu malam ini,” lanjut Shinichi kembali mengalungkan lengannya ke pundak Nicole. “APA?!” “Hei… Kita tinggal bersama. Aku adalah Danna mu. Wajar jika aku ingin menikmati investasiku,” Shinichi melantur dengan suara bergumam tidak jelas. Ciri khas seseorang yang sudah terlalu banyak minum. “Aku akan mengebiri mu jika kau berani menyentuhku!” Nicole mengomel kesal. Jantungnya berdebar keras memikirkan Shinichi memerawaninya. Apakah karena marah atau karena ia tidak bisa berhenti membayangkan tubuh Shinichi yang berbalut handuk ketika Yukio menjewernya kemarin? Seluruh otot ditubuh jangkung pemuda itu, goresan tato naga yang menjulur di pundak pria itu, turun hingga ke punggung sebelum menghilang ke bawah lilitan handuk yang di pakainya.... Oh tidak! Shinichi tergelak. Tangannya meraih pipi Nicole dan meremasnya hingga bibir gadis itu monyong ke depan. “Menggemaskan sekali ketika kau mengomel dan berlagak seolah-olah dirimu tidak terkalahkan. Sepertinya kadang kau lupa betapa mungilnya dirimu.” Nicole menampik tangan Shinichi. Dasar bodoh. Mana mungkin ia tertarik pada pria bakka macam Shinichi. “Kata orang yang memerlukan bopongan dari orang mungil macam ku untuk bisa sampai di rumah,” Nicole membalas. Keduanya berjalan tersandung-sandung sepanjang jalan yang sudah redup hingga tiba di depan rumah. “Mana kunci rumahnya, Shin?” tanya Nicole berdiri di depan pintu. Shinichi meraih ke dalam saku celana dan berusaha memasukkan kunci ke dalam lubang pintu tanpa berhasil. “Ugh!” Nicole menyambar benda itu dari tangan Shinichi. Begitu masuk ke dalam dan menendang lepas sepatu mereka, Nicole membawa Shinichi masuk ke kamar pemuda itu. GUBRAK! Keduanya terjatuh diatas matras dengan tubuh Shinichi menghimpit diatas tubuh Nicole. “Shin!” Nicole mendorong bahu pemuda itu dari atas tubuhnya. Bukannya menyingkir atau menjawab, tapi justru suara dengkuran Shinichilah yang terdengar. “Oh sialan! SHIN!! Bangun!” Sekali lagi Nicole menggoncang tubuh Shinichi. “Hm…..” gumaman terdengar dari bibir pria itu diikuti pelukan lebih erat dari Shinichi, mengelilingi tubuh Nicole. “Ughhhh…. Shinichi! Bangun! Shinn…. Shiiiinnnnnnnnnn!!!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN