14. Kimono Merah Muda

1220 Kata
Berkat perawatan dari Shinichi, esoknya kaki Nicole sudah sepenuhnya sembuh. Shinichi menawarkan untuk berjalan-jalan menikmati suasana kota Kanazawa sebelum pergi ke acara pesta ulang tahun pamannya nanti malam. Sambil menunggu Nicole yang masih bersiap di kamarnya, Shinichi berdiri di lorong terbuka disamping rumahnya. Ada sebuah pohon sakura yang tertanam di situ. Seperti biasa, keindahan sederhana dari pohon sakura yang ditanamnya di tempat itu membawa ketenangan tersendiri dalam diri Shinichi. Masih menjadi sebuah misteri bagaimana seorang pemuda sepertinya, yang tumbuh dalam kekerasan sejak kecil, bisa menghargai keindahan dalam hal-hal simpel seperti sebatang pohon. Tapi itu lah yang terjadi, dan seperti yang sering dikatakan oleh bibi Yukio berulang-ulang, membedakan dirinya dari pria-pria yakuza yang lain. Sambil mengamati dahannya yang bergerak tertiup angin, Shinichi memikirkan tentang acara malam nanti. Acara ulang tahun pamannya yang ke 65 mungkin terdengar tidak ada bedanya dengan acara ulang tahun biasa, tapi bagi klan Goto, hari ini bukan hanya hari perayaan ulang tahun Kiyoshi Goto. Hari ini adalah hari dimana pria itu akan mengumumkan siapa yang akan menjadi penerus ketua klan menggantikannya yang hendak pensiun. Semua berharap Kiyoshi memberikan kedudukan ‘oyabun’ atau bos kepada Jinro, wakil dan juga tangan kanannya. Tapi menurut Shinichi, Jinro Goto bukanlah pria yang tepat untuk memegang klan. Pria itu terlalu gegabah dan angkuh. Keduanya bukan kombinasi yang tepat untuk seorang pemimpin. Tapi Shinichi paham, bukan tempatnya untuk menyela. Ia hanyalah anak bawang dalam klan itu. Paling muda dan paling diremehkan karena sejarahnya yang tidak lahir di Jepang. Mereka menganggapnya sebagai Japanese Born American, bukan orang Jepang asli. Dan walaupun ia sudah melakukan banyak hal untuk klan, tapi tetap saja mereka menganggapnya orang asing. Shinichi menghela nafas. Tidak ada gunanya terlalu memikirkan hal itu sekarang. Apapun yang diputuskan oleh pamannya, Shinichi tahu pria itu pasti sudah memikirkannya matang-matang. Jika Jinro menjadi penerus klan, maka ia akan siap menerima. Konsentrasinya sekarang hanyalah menjaga Nicole. “Aku sudah siap.” Suara Nicole dari belakang, membuat Shinichi membalikkan tubuhnya. Gadis itu mengenakan gaun selutut yang sederhana. Namun warnanya yang putih membuat Nicole terlihat hampir seperti malaikat. “Kau tampak cantik, Missy-chan,” Shinichi memuji sambil menahan nafas. Wajah Nicole yang merebak merah membuat Shinichi sadar diri dan buru-buru menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. “Baiklah. Ayo berangkat, kalau begitu.” Shinichi langsung memalingkan wajahnya yang panas dan berjalan menuju pintu. Nicole mengikuti dari belakang tanpa berkata apa-apa. Baru setelah mereka sampai di depan dan sedang menukar sandal rumah dengan sepatu, gadis itu bertanya, “Apakah kita akan naik taksi ke pusat kota?” “Tidak,” pemuda itu menjawab. “Tidak?” Nicole mengamati Shinichi yang sedang membungkuk, memasang sepatu canvas putihnya. “Lalu? Bagaimana kita akan ke sana? Apakah seseorang akan menjemput? Atau kau mungkin memiliki mobil terparkir di tempat yang tidak kuketahui?” Shinichi menegakkan punggungnya sambil tersenyum. “Kita akan jalan kaki.” Pemuda itu menjawab dan berjalan keluar. Nicole mengerutkan keningnya. “Jalan?” “Ya,” Shinichi membalas. “Kakimu sudah pulihkan?” Nicole mengangguk. “Baiklah kalau begitu. Lekas, Missy-chan. Aku tidak ingin terlambat.” Tidak pernah berjalan kemana-mana kecuali di dalam mall, Nicole awalnya bingung. Tapi begitu ia menginjakkan kaki keluar dari rumah, barulah ia sadar mengapa mereka tidak membutuhkan kendaraan. Kanazawa adalah kota kecil dengan keindahan khas tradisional Jepang yang kental. Deretan rumah berdinding kayu dengan lampu lampion lonjong tergantung di sepanjang jalan, membuat Nicole seakan berada di dalam perjalanan waktu kembali ke masa lalu jepang. Mungkin memang ia melintasi portal waktu ketika di taksi. Keduanya berpapasan dengan beberapa orang yang menunduk sambil menyapa Shinichi setiap melewati pemuda itu. Mirip dengan orang-orang ayahnya ketika melihatnya. Seketika Nicole tersadar bahwa sepertinya kebanyakan dari isi orang-orang yang ada di kota Kanazawa ada hubungannya dengan Klan Goto. Karena itukah kedua orang tuanya mengirimkannya kemari? Disini bukan hanya Shinichi yang melindunginya. Sepertinya seluruh kota ini akan melindunginya jika di perintahkan. Nicole melirik ke arah Shinichi yang berjalan di sebelahnya dengan kedua tangan terselip ke saku celana. Nicole mengerutkan keningnya, tidak percaya bahwa pemuda yang disegani oleh penduduk kota itu adalah bocah yang dulu sering menangis karena di usili olehnya. “Jika kau terus melirik seperti itu, aku bisa salah tingkah dan menganggap kau menyukaiku. Jangan salahkan aku jika kembali mencoba untuk mencium mu, Missy-chan.” Panggilan itu lagi. Shinichi sialan. Celetukan Shinichi membuat Nicole membuang wajah nya yang merah padam ke samping. “Cih! Jangan besar kepala, kau. Aku hanya memikirkan apa yang akan kau lakukan jika ada orang yang tiba-tiba menculik ku di sini. Kau tidak bersenjata dan dengan mudahnya kalah dengan sendok kayu Yukio.” Shinichi tertawa. “Tidak akan ada orang yang bisa masuk kota ini tanpa sepengetahuan, Oji-san. Seperti yang kau lihat. Satu-satunya orang asing di kota ini adalah dirimu.” Nicole melayangkan pandangannya ke sekeliling jalan. Benar kata Shinichi. Setiap orang yang berpapasan, setelah menyapa Shinichi pasti lalu berakhir dengan mengawasinya dengan mata penasaran. Jika bukan karena Shinichi yang berjalan di sebelahnya, Nicole merasa bahwa mungkin dirinya bakalan di tangkap dan diinterogasi. Matanya menangkap sebuah toko kecil yang sedang dilewatinya. Sebuah toko pakaian tradisional jepang. Nicole menghentikan langkahnya dan mendekat ke arah jendela kaca toko. Sambil menempelkan kedua tangan ke jendela kaca, mata Nicole mengamati kimono berwarna merah muda bermotif bunga sakura yang terpajang di depannya. Shinichi ikut berhenti dan berdiri di samping gadis itu, menatap ke arah yang sama dengan yang sedang di pandang oleh Nicole. “Woaah... Indah sekali… Akan terlihat bagus untuk di pakai ke pesta ulang tahun pamanmu, tidak?” Nicole bertanya. “Kau ingin mengenakan kimono?” Shinichi tergelak mendengar ucapan Nicole. “Memangnya ada larangan?” balas Nicole cemberut. Pemuda itu menggeleng, senyuman masih terpajang di wajahnya. “Tidak… tidak… aku hanya tidak bisa membayangkan dirimu mengenakan pakaian semacam ini,” lanjutnya. Nicole mendengus dan menghentakkan kakinya menjauhi jendela toko. “Sudahlah, lupakan. Aku pakai saja bajuku yang ada.” Dasar Shinichi bodoh! Nicole mengumpat dalam hati. Mood Nicole untuk jalan-jalan langsung sirna, ia membalikkan langkahnya dan berjalan kembali menuju ke arah kedatangannya. “Kau sudah mau pulang?” tanya Shinichi mengekori dari belakang. “Ya. Aku lelah. Aku istirahat saja hingga sore.” “Tapi kita baru saja keluar.” Shinichi menunjuk ke depan, “Lihat, rumahku saja masih bisa di lihat dari sini.” “Ya aku capek, mau bagaimana?” Jawaban Nicole yang diucapkan dengan wajah cemberut barulah menyadarkan Shinichi. “Hey tunggu,” pemuda itu mengejar langkah Nicole yang lebar. “Apakah kau marah?” “Tidak.” “Hmm... mengapa aku tidak percaya. Bibirnya mengatakan tidak, tapi wajah dan suaramu terdengar marah.” Nicole mempercepat langkahnya agar tidak sejajar dengan Shinichi. Tapi percuma, ia harus setengah berlari agar bisa mengalahkan langkah panjang pemuda jangkung itu. “Tunggu, Missy-chan....” Shinichi meraih lengan Nicole, tapi gadis itu menampik. “Ughh... apa sih?” “Sudah kukira kau marah. Yang aku tidak mengerti, mengapa kau marah. Apakah kau sedang PMS? Kudengar perempuan menjadi tidak stabil dan moody ketika mereka PMS. Ataukah mungkin karena kau lapar? Kau tidak makan banyak ketika sarapan, apakah kau sedang diet? Aku juga mendengar wanita yang lapar mudah marah,” Shinichi mulai menebak. Benar-benar tidak sadar bahwa tebakannya hanya membuat Nicole semakin marah. Gadis itu mempercepat langkah kakinya. Untunglah mereka belum terlalu jauh dari rumah. Begitu sampai, Nicole langsung mendorong pintu yang tidak terkunci dan masuk ke kamarnya. Tidak keluar hingga sore.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN