Di sebuah ruang kamar yang tampak redup, duduk lah seorang wanita usia tigapuluh dua tahun, tangannya terkepal dengan erat, bibirnya mengerucut sebal.
Terlihat sekeliling wanita itu terdapat banyak pecahan vas bunga, sprei kasur yang berantakan, lalu barang-barang yang berjatuhan.
BRAK!
Lagi, suara gebrakan meja terdengar melengking di telinga. Wanita itu sangat marah, kenapa gadis itu selamat dari kematian?
“Nyonya Ghuanwei, tangan Anda berdarah.” Seorang Dayang yang berdiri di sudut ruangan berujar, ia meringis kecil melihat darah yang menetes dari jari-jari tangan majikannya.
“Bodoh! Kalian tidak becus mencari pembunuh bayaran.” Wanita itu mengumpat dengan keras, ia menatap tajam dayangnya, membuat sang empunya semakin mengigil ketakutan.
Ya, Ghuanwei lah yang mengirim bandit-bandit itu guna menculik lalu membunuh Hangnim. Ia sangat kesal ketika melihat Hangnim justru baik-baik saja, sedangkan orang-orang bayarannya yang mati.
Sejak dulu Ghuanwei memang membenci Nyonya Suzie beserta putrinya, Hangnim. Ghuanwei merupakan adik sepupu Huosheng, karena iri dengki ia melakukan segala cara untuk menyingkirkan Suzie. Ternyata tanpa mengotori tangannya sendiri, Selir Yuen lebih dulu membunuh Suzie.
Kebencian Ghuanwei sudah terpendam sejak lama, ia membenci orang-orang yang dicintai oleh Huosheng. Katakan lah ia terobsesi dengan kakak sepupunya itu, perasaan Ghuanwei pada Huosheng sudah tumbuh sejak keduanya masih remaja.
Ghuanwei dan Huosheng berbeda orangtua, ayah dari Ghuanwei adalah kakak dari ibu Huosheng. Meskipun di zaman ini sudah terbiasa menikah antar sepupu, tapi Huosheng tidak mau, ia justru memilih Suzie yang dijadikan nyonya utama.
Kasih sayang serta cinta Huosheng sepenuhnya dicurahkan untuk Suzie, membuat Ghuanwei sakit hati. Seberapa kerasnya ia memisahkan dua pasangan itu, Ghuanwei selalu gagal.
Terlebih lagi sejak lahirnya Hangnim, kasih sayang Huosheng pada Suzie semakin besar saja. Ghuanwei sangat mencintai kakak sepupunya, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan, Huosheng hanya menganggap dirinya sebagai adik, tidak lebih dari itu.
Cinta Huosheng semakin terbagi saja saat pria itu mengambil selir, saingan Ghuanwei semakin bertambah saja. Ia frustasi, stress dan depresi, sempat Ghuanwei ingin melakukan bùnuh diri, tapi rencana itu digagalkan oleh salah seorang pelayan pribadinya.
Akhirnya Ghuanwei tercerahkan ketika pelayannya memberikan nasehat-nasehat pada sang majikan. Ghuanwei tidak boleh tinggal diam, ia perlu menghancurkan keluarga bahagia itu sedikit demi sedikit.
Jika dulunya ia selalu gagal mencelakai Suzie, maka kini ia perlu melancarkan aksinya dengan cara halus namun tetap mematikan.
Dimulai dari keretakan hubungan Huosheng-Suzie yang diakibatkan oleh kesalahpahaman mengenai pria dari masa lalu Suzie, Ghuanwei mengirimkan surat kaleng pada Suzie, berpura-pura menjadi pria masa lalu dan membuat Huosheng terbakar cemburu.
Sempat saat itu hubungan keduanya benar-benar renggang, Huosheng marah besar terhadap istrinya.
Sebenarnya Huosheng tidak terlalu mencintai Selir Yuen, ia mengambil selir hanya sebagai formalitas dan kenaikkan jabatan. Maka dari itu, saat ia memiliki masalah dengan Suzie, pelampiasannya adalah pada Selir Yuen.
Posisi Ghuanwei masih tidak berubah sama sekali, ia tetap tidak mendapat lirikan dari kakak sepupunya. Namun, setidaknya ia tidak perlu cemburu pada Selir Yuen. Cinta Huosheng hanya lah pada Suzie, Yuen bukan masalah baginya.
Toh, Yuen hanya lah pelarian dikala Huosheng bertengkar dengan Suzie. Pada faktanya, meskipun Suzie sudah meninggal sejak bertahun-tahun yang lalu, Huosheng tetap tidak mengangkat Selir Yuen sebagai Nyonya utama.
Ghuanwei tidak menyangka jika Yuen juga sebegitu bencinya pada Suzie, sehingga nekat menghabisi nyawa nyonya utama itu dengan membubuhkan racun pada makanannya.
Tindakan yang sangat berani, Ghuanwei mengapresiasi kerja cerdas wanita itu.
“Nyonya Ghuanwei, hamba mendengar dari para Dayang yang mengatakan kalau orang Anda sedang diinterogasi oleh Putri Hangnim langsung.”
Ghuanwei menyibak gaun merahnya, ia menatap cermin perunggu yang memantulkan bayangannya sendiri.
“Bandit itu tidak akan membuka mulut, aku sudah mengancamnya dengan menggunakan anak dan istrinya.”
“Syukurlah kalau begitu. Namun, hamba masih heran dengan Putri Hangnim, ia bisa mengalahkan orang-orang suruhan Anda.”
Ghuanwei terlihat mengerutkan kening bingung, matanya juga memincing sempurna.
“Hangnim? Bagaimana bisa ia mengalahkan bandit-bandit itu, di saat para pengawalnya meregang nyawa.” Masih menjadi misteri bagi Ghuanwei, kenapa Hangnim yang bodoh itu bisa mengalahkan para bandit?
Setahunya, Hangnim tak memiliki kemampuan bela diri sama sekali, terlebih lagi gadis itu sering mengurung diri semenjak kematian Suzie.
“Nyonya, apakah Anda tidak curiga dengan Putri Hangnim? Setelah terbangun dari kematiannya akibat tenggelam di kolam, gadis itu seperti berubah. Bahkan, hamba melihat sendiri bagaimana Putri Hangnim membantah setiap ucapan dari Menteri Huosheng.” Dayang Sui, pelayan pribadi Ghuanwei berujar. Selama ini ia lah yang melakukan investigasi mengenai Suzie, Yuen dan juga Hangnim, ia sengaja memata-matai musuh dari majikannya.
“Aku pernah berpikir seperti itu, aku rasa gadis itu memang aneh sejak tenggelam.” Balas Ghuanwei.
Ghuanwei adalah sosok wanita muda dibandingkan usia istri-istri Huosheng. Ia mulai menaruh rasa cinta pada kakak sepupunya karena perhatian Huosheng masa kecil, Huosheng senang memiliki adik menggemaskan seperti Ghuanwei. Sayang seribu sayang, kasih sayang sebagai kakak yang dicurahkan Huosheng pada Ghuanwei mengakibatkan kesalahpahaman, Ghuanwei kira kakak sepupunya itu mencintai dirinya selayaknya pasangan.
“Tidak mungkin kan jika Putri Hangnim adalah jelmaan hantu?” Dayang Sui bergumam sambil bergidik ngeri, ia tak bisa membayangkan jika Hangnim yang sekarang merupakan hantu.
Ghuanwei berdecak kasar, ia tak percaya hantu.
“Sui, kau harus menyelidiki semuanya, siapa yang memengaruhi Hangnim untuk berani?”
“Baik, Nyonya. Laksanakan!”
Ghuanwei masih harus terus berupaya membunuh Hangnim. Peninggalan dari Suzie tidak boleh tersisa, semua puing-puing wanita itu harus musnah.
Langkahnya membunuh Hangnim semakin sulit karena karakter gadis itu sudah berubah menjadi kuat, lalu ditambah kedudukannya sebagai calon permaisuri kekaisaran Dongyin membuat pengamanan Hangnim pasti diperketat.
***
Di saat yang bersamaan, Hangnim tengah kesal karena bandit satu itu tidak mau membuka mulut.
Faizu dan Maizu bisa melihat kekesalan majikannya, bagaimana tidak? Sudah sepuluh menit mereka berusaha mengorek informasi, tapi tidak berguna sama sekali.
Hangnim memegang jeruji besi dengan tangan mengepal sempurna, ia juga mengigit bibirnya dalam-dalam.
“Katakan! Siapa yang menyuruhmu?” Hangnim berusaha untuk bertanya lagi, kali ini ia mencoba menggunakan nada selembut mungkin.
Ruang penjara ini terdiri dari beberapa sel jeruji, tawanan ini diletakkan di sel paling pojok. Jarak Hangnim dan tawanan itu hanya dipisahkan oleh jeruji besi.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria itu. Hangnim juga belum mengetahui siapa namanya, pria itu mempunyai ciri-ciri fisik rambut ikal, ada bekas luka sayatan di dahi kirinya, dan juga kulit sawo matang.
BUGH!
Hangnim meninju jeruji besi dengan kesal, ditatapnya pria itu yang bahkan tak menatapnya sedikit pun.
Hangnim berusaha mencari cara agar bisa membuat pria itu membuka mulut. Sepertinya majikan bandit ini berpengaruh besar.
“PENGAWAL!” Hangnim berteriak memanggil pengawal yang berjaga.
“Hamba, Putri?”
“Buka gembok ini, bawakan aku cambuk bergerigi.” Ini adalah satu-satunya ide yang terlintas di pikiran Hangnim, ia akan menyiksa pria itu sampai babak belur, sekalian membalaskan dendam para pengawalnya yang mati.
“H-hangnim, kau mau mencambuknya?” Faizu bertanya dengan terkejut.
“Ya.” Balas Hangnim dengan dingin.
Maizu hanya bisa menghela napas kasar, ia tidak heran dengan hukuman itu, mengingat bahwa Hangnim yang sekarang telah berubah.
Gembok sel sudah terbuka, kaki dan tangan pria itu sudah dipasung, jadi kecil kemungkinan baginya untuk melarikan diri. Hangnim juga telah membawa cambuk bergerigi tajam, ia tersenyum miring bagaikan monster.
“Tidak ada untungnya kau menjaga identitas majikanmu. Baik, jika kau tidak ingin mengatakannya dengan suka rela, maka aku sendiri yang akan memaksamu.”
Hangnim butuh bukti. Jika memang benar Ghuanwei yang menjadi dalangnya, maka dengan senang hati Hangnim akan menyeretnya ke pengadilan istana. Kunci bukti itu hanya pada tawanan satu ini, yang tidak mau bicara sepatah kata pun.
CTYARR…
Hangnim melakukan cambukan pertama, terdengar amat melengking.
Pria itu meringis kesakitan, ia menatap Hangnim penuh dengan kebencian. Cambukan pertama mengenai lengan pria itu, luka memar kemerahan pun tercetak dengan jelas.
Faizu dan Maizu menelan ludah mereka susah payah, jika seperti ini maka Hangnim bagaikan dewi kematian.
“Kau masih berusaha melindungi majikanmu? Bahkan jika kau mati ditanganku.”
“Cuih! Aku lebih baik mati daripada harus mengatakannya padamu.” Akhirnya setelah sekian lama tidak mengeluarkan suara, pria ini berbicara juga.
Prok, Prok, Prok.
“Kesetiaanmu sungguh luar biasa, tapi sayang sekali kau memberikannya pada orang yang salah. Selama ini aku tak pernah mengenalmu, bagaimana bisa kau menargetkanku untuk dibunuh?”
BUGH!
Hangnim memberikan tinjuan tepat di ulu hati pria itu, membuatnya terbatuk-batuk hingga menyemburkan darah.
“Itu adalah balasan untukmu karena telah membunuh pengawal-pengawalku.”
“Hahaha, putri lemah yang bodoh! Meskipun aku mati ditanganmu, akan ada pembunuh-pembunuh lain yang terus mengincarmu. Tuanku hanya ingin kau mati, mati!”
PLAK!
Hangnim menambahkan tamparan di pipi si bandit. Tidak puas hanya dengan tamparan, Hangnim juga melepaskan cambukan keduanya.
“Kau benar-benar keras kepala, tinggal mengatakan saja siapa tuanmu, maka kau masih diberikan kesempatan untuk melihat matahari." Sulit sekali menginterogasi satu orang saja, kepala Hangnim benar-benar pusing.
“Aku tidak sudi!”
Hangnim berpikir, dirinya tidak akan mendapatan jawaban apapun dari pria ini, karena dia tidak takut oleh kematian. Sia-sia saja membunuh pria itu saat ini, yang perlu Hangnim lakukan adalah terus menyiksanya tanpa merenggut nyawanya.
Katakan lah Hangnim sangat kejam, ya memang seperti itu!
Hangnim terpikirkan suatu hal, sepertinya ini yang membuat bandit itu tak mau mengaku.
"Apakah majikanmu mengancammu menggunakan keluarga?" Gadis itu menebak.
Pria itu menegang sempurna, terlihat bahwa ia terkejut. Hal ini membuat semangat Hangnim bangkit, dugaannya benar.
Secara bersamaan, pengawal suruhan Hangnim untuk mencari informasi pun tiba.
"Lapor, Putri. Hamba sudah mendapatkan informasi mengenai identitas bandit ini, keluarganya tinggal di desa bernama Washei, memiliki istri serta anak laki-laki dan perempuan."
Hangnim menyeringai, kena kau!
"Siapa nama istri dan anak-anaknya?" tanya Hangnim.
"Istrinya bernama Fengshuna, sedangkan anak-anaknya adalah Fengnina dan Fengli. Sedangkan nama bandit itu sendiri adalah Fengxiang."
Bandit itu benar-benar syok mendengarnya, identitas keluarganya sudah terbongkar. Ia merutuki majikannya, bukankah Ghuanwei berjanji untuk melindungi identitas keluarganya? Kenapa kini Hangnim bisa melacaknya dengan mudah.
"Apakah benar seperti itu, Fengxiang? Bagaimana jika aku yang mendahului majikanmu, untuk membunuh keluargamu." Hangnim bermain-main dengan mental Fengxiang.
Melihat ekspresi putus asa Fengxiang, justru menambah semangat Hangnim.
"Lihat lah majikanmu itu, seharusnya ia melindungi identias keluargamu 'bukan? Namun, bahkan pengawalku pun mudah sekali mendapatkan informasi itu, kau tidak berguna di mata majikanmu."
Fengxiang tidak tahu harus berbuat apa lagi, majikannya telah melalaikan janjinya. Ia menggertakkan giginya, Fengxiang melakukan pekerjaan ini demi anak dan istrinya, bahkan mereka tidak tahu apapun mengenai masalah ini.
"Sepertinya aku perlu mengunjungi desa Washei untuk mengeksekusi tikus-tikus kecil itu." Hangnim tersenyum lembut, setelahnya ia keluar dari sel itu diikuti pelayan-pelayannya.