Suara gemerisik tangisan pilu sangat menyayat siapapun yang mendengarnya, beberapa orang sedang mengerubungi sebuah ranjang lusuh yang terdapat seorang gadis terkulai lemah diatasnya.
Dua orang itu sesekali menyeka air matanya, mereka tidak rela jika majikannya sedang sekarat dan hampir mendekati mati.
"Bangun Putri, hamba mohon anda bangunlah." Salah satu dari mereka membelai lembut lengan putri tersebut.
Mendengar suara berisik disekitarnya mau tak mau membuat seorang gadis mengerjapkan matanya, sangat terasa berat untuk sekedar membuka mata. Mula-mula hanya lenguhan kecil yang keluar dari sela bibirnya, napasnya memburu dengan cepat.
"Putri Hangnim telah sadar, Oh Tuhan! Terimakasih telah mengabulkan doa hamba." Lagi, suara berisik sangat mengganggu telinganya.
Dengan susah payah ia membuka kedua netra indah tersebut, sejenak ia terdiam mencerna kesadarannya. Ia menelisik seluruh ruangan yang ada dihadapannya, zaman apa ini?
"Putri Hangnim, anda telah sadar?"
Hangnim mengedarkan pandangannya pada dua dayang disebelah kirinya, ia mengamati pakaian kedua perempuan itu. Alisnya mengernyit bingung, bukankah tadi dirinya sedang menyumpah serapah tentang Virus Corona yang membuatnya harus mati sia-sia? Kenapa ia malah terbangun ditempat antah berantah.
"Siapa kalian? Ada dimana aku?" Tanya Hangnim dengan suara lemah, kepalanya terasa pening.
Kedua perempuan itu membelalakkan mata karena junjungannya tidak mengenali mereka.
"Astaga! Anda lupa ingatan, Putri?" Tanya mereka dengan hati-hati.
Sedangkan Hangnim hanya mengangguk sekenanya, ia masih berpikir bahwa saat ini dirinya sedang memainkan sebuah film kolosal dan ia sendiri adalah aktris utama.
"Hamba adalah Maizu, dan dia adalah Faizu. Kami berdua adalah pelayan pribadi anda, sedari kecil kita selalu bermain bersama. Anda tidak sadarkan diri selama dua hari karena tercebur didalam kolam, denyut nadi anda sangatlah lemah saat itu. Apakah anda benar-benar melupakan kami, Putri?"
Maizu menatap Hangnim dengan pandangan sedih, Faizu bahkan sudah meneteskan air mata karena tak tega dengan nasib junjungannya.
"Ahh, maaf karena aku tidak mengingat kalian. Bisakah kalian menjelaskan siapa diriku dan ada dimana ini?"
"Anda adalah Putri Jia Hangnim, Ayah anda adalah seorang bangsawan yang menduduki posisi Menteri kekaisaran Dangyu. Anda merupakan anak pertama dari istri sah, anda memiliki ibu tiri dan dua adik tiri." Jelas Faizu yang masih menangis kala menjelaskan tentang jati diri Hangnim.
Sedangkan Hangnim membelalakkan mata, jadi dirinya tidak sedang memainkan sebuah film? Jadi, Hangnim terlempar ke zaman kuno dan mendiami tubuh dari Putri Jia Hangnim.
Ohh namanya hampir sama dengannya, hanya awalannya saja yang berbeda.
Lea Hangnim yang berubah menjadi Jia Hangnim, apa-apaan ini? Mengapa takdir sebecanda itu dengan dirinya.
Oh, Ayolah! Hangnim memang tidak terima jika dirinya mati karena virus corona, tapi ia juga tidak mengharap hidup kembali dizaman kuno ini.
"Lalu, dimana Ibuku?" Tanyanya.
Maizu dan Faizu saling bertatapan sejenak, apa separah itu ingatan Hangnim hingga tak mengingat satupun detail kehidupannya.
"Emm maaf, sebenarnya Ibu anda sudah meninggal dari tujuh tahun yang lalu. Sekarang anda hanya memiliki Ayah kandung, yaitu Menteri Huosheng. Ibu tiri dan saudara-saudara anda sering bertindak semena-mena jika Menteri Huo sedang tidak berada dikediaman, mereka memperlakukan anda dengan buruk."
Hangnim menautkan kedua alisnya, seburuk itukah nasib pemilik tubuh ini? Sudah tidak memiliki Ibu, disiksa oleh keluarga tiri dan juga apa-apaan ini, digerakkan sedikit saja tubuh ini terasa lemah.
"Apakah Ayahku juga memperlakukanku dengan buruk?"
Kedua pelayan itu hanya menghela napas.
"Lebih tepatnya adalah mengabaikan anda, Menteri Huosheng selalu mengabaikan apa yang terjadi pada anda."
"Termasuk tidak menjengukku saat sedang sakit seperti ini?"
Kedua perempuan itu mengangguk lemah, sesekali melirik ekspresi yang ditujukan Hangnim. Biasanya Hangnim akan menangis pilu jika tahu bahwa diabaikan oleh Ayahnya, tapi kini ia bahkan hanya menampilkan raut datarnya.
"Baiklah-baiklah, aku mengerti. Terimakasih telah menjelaskan semuanya." Hangnim tersenyum lebar.
Tak apa jika dirinya diabaikan, ia dengan senang hati bisa bebas menghirup udara segar.
Maizu dan Faizu menatap Hangnim dengan pandangan aneh, bisa-bisanya Putri itu tersenyum lebar seperti ini.
"Putri Hangnim, apa anda baik-baik saja?" Maizu berkata ragu-ragu.
"Tentu saja, seperti yang kau lihat." Hangnim masih tersenyum lebar.
"B-baik, Putri. Emm apa anda menginginkan sesuatu?" Tanya Maizu.
Hangnim menggelengkan kepala. "Belum, nanti akan ku panggil dirimu jika aku membutuhkan sesuatu, bisakah kalian meninggalkan ku sendiri? Aku akan beristirahat."
"Tentu saja, Putri Hangnim." Maizu dan Faizu segera berdiri dari bersimpuhnya, keduanya membungkukkan badan sebelum pergi dari kamar itu.
Sedangkan Hangnim menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan bertanya-tanya. Ia bisa mengambil kesimpulan bahwa dirinya telah melakukan perjalan waktu, dan terlempar ke tubuh Putri Jia Hangnim ini.
Ia berdiri menuju cermin kusam, melihat pantulan dirinya yang cukup gemuk. Wajah milik Jia hampir mirip dengan dirinya dimasa depan, wajah Jia adalah versi Lea beberapa tahun silam. Chubby, gempal, dan kulit yang putih bersih.
"Hah, sepertinya aku harus melakukan diet dan olahraga terhadap tubuh ini."
Hangnim menghela napas lelah, bukan kehidupan seperti ini yang ia inginkan. Hangnim ingin hidup lagi ditubuhnya yang asli, bukan malah hidup dizaman kuno yang sialnya telah ia jalani ini.
'Arghh! Virus corona menyebalkan, jika kita bertemu lagi suatu saat nanti, aku akan membasmimu.' Batin Hangnim bersungut-sungut, sekali lagi ia masih tidak terima karena mati dalam keadaan terkena virus corona.
Ngomong-omong tentang virus corona, apa saat ini dirinya sudah sembuh total ataukah masih bersemayam virus itu didalam tubuhnya?
Hangnim mengacak rambut frustasi, hah entahlah.