7 : Lizhuo

2000 Kata
"Fai, Mai, mau mendengar cerita?" Tanya Hangnin dengan sorot pandang ke depan dengan wajah tanpa ekspresi. Ketiganya sedang duduk tanah belakang paviliun Hangnim, setelah selesai berkutat dengan pembuatan pupuk, akhirnya mereka duduk berjejer di sana. Membuat pupuk tidak bisa langsung berhasil dalam sehari, butuh waktu hingga satu minggu untuk menunggu pupuk itu berhasil dibuat. "Tentu saja, cerita apa?” tanya Maizu. Hangnim mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Ada seorang anak kecil yang melihat ibunya mati dibunuh oleh seseorang, anak itu tahu betul siapa yang melakukannya. Tapi sayangnya beberapa tahun ia melupakan kejadian tersebut karena lupa ingatan, menurutmu, apa balasan setimpal untuk seorang pembunuh?" Mata Hangnim menerawang ke depan, terdapat rentetan pohon rindang yang memayungi ketiganya. Faizu dan Maizu bertatapan sejenak. "Lapor pada Menteri Keadilan." ujar keduanya serempak. Menteri Keadilan adalah suatu jabatan di kekaisaran Dongyin. "Melapor, ya? Bagaimana jika Menteri Keadilan tidak bisa berbuat adil, bisa saja ia akan disuap untuk membebaskan tersangkanya?" Hangnim tidak pernah percaya sepenuhnya pada kuasa hukum dan sejenisnya, mereka lebih banyak melakukan ketidakdilan dibandingkan menegakkan keadilan, orang-orang inilah yang sering memakan uang suap. "Semua rakyat kekaisaran Dongyin memang mengharap keadilan pada Menteri Yen, tapi bagi rakyat kecil keadilan hanya lah angan." Faizu menghela napas setelahnya, ia ingat betul bagaimana dirinya memperjuangkan keadilan untuk kematian orangtuanya. Dulu kedua kakak beradik itu pernah meminta keadilan pada Menteri Yen, tapi sama sekali tidak digubris hanya karena mereka adalah rakyat jelata, hingga sampai sekarang kasus kematian orangtua Faizu dan Maizu masih menjadi misteri. Keduanya tak memiliki uang untuk membayar pengadilan yang diadakan Menteri Yen, kekuasaan dan kekayaan masih menjadi persoalan utama untuk mendapat keadilan di zaman ini. "Bagaimana jika kita sendiri yang mengadili tersangka, bukankah itu akan seru?" Hangnim memekik senang, ia mendongak menatap dua bersaudara itu. "Sebenarnya itu tidak boleh, kita tidak bisa main hakim sendiri pada tersangka." Cicit Faizu sangat pelan. Hangnim manggut-manggut. "Bukankah kalau rakyat kecil mengajukan peradilan maka tidak akan digubris? Jadi lebih baik kita turun tangan sendiri untuk mengadili tersangka.” Sebenarnya ucapan Hangnim merujuk pada Selir Yuen, ia akan membalaskan kematian Ibu dari Jia Hangnim yang telah mati karena racun. Yah, meskipun bukan Ibu kandungnya, tapi Lea Hangnim merasa perlu meminta keadilan untuk mendiang Nyonya utama, Suzie. Ia akan membuat rencana pembalasan dendam pada Selir Yuen, tersenyum miring, Hangnim sudah mempunyai ide cemerlang untuk itu, tinggal merencanakan dengan matang dan mengaturnya. "Fai, Mai, kalian mau membantu diriku?" Hangnim menatap serius ke dua dayangnya. Faizu dan Maizu dengan sigap menganggukkan kepala kuat-kuat. "Kami siap membantumu, katakan saja apa yang kau perlukan dari kami?!" "Sebenarnya… Ibuku meninggal dibunuh oleh Selir Yuen, diracun menggunakan bubuk Dumb Cane." Tak ada salahnya berbagi cerita terhadap dua dayangnya, Faizu dan Maizu adalah orang setia. Sangat setia, bahkan keduanya pernah diuji langsung oleh Menteri Huosheng, tapi kedua kakak beradik itu tetap setia pada sang majikan, Jia Hangnim. "Bubuk tanaman Dumb Cane? Itu adalah racun yang amat mematikan, Selir Yuen setega itu?!" Faizu dan Maizu serempak menutup mulutnya tak percaya. "Ya, maka dari itu aku akan membalas kematian Ibuku, bantu aku! Selir Yuen berharap bisa menggantikan posisi Ibuku sebagai Nyonya utama dikediaman Menteri Huosheng, tapi pada kenyataannya sampai sekarang kedudukan tersebut masih kosong, Ibu tetap menjadi Nyonya utama di dalam hati banyak orang." Tak ada yang tahu kebusukan Selir Yuen dibalik sifat sok ramahnya itu, wanita ular itu sangat pandai menyembunyikan kedok aslinya. Jika Lea mengingat kembali memori yang pernah hilang dari Jia Hangnim, hatinya turut tercabik melihat Nyonya utama Suzie kesakitan akibat racun yang menggerogoti tubuhnya. Nyonya Suzie terjatuh sembari berusaha mencari-cari pasokan udara, karena paru-parunya terasa sesak akibat racun tersebut. Tidak langsung meninggal, Selir Yuen sengaja menyiksa Nyonya Suzie terlebih dulu. Rasanya sangat sakit, melihat orang yang disayangi Jia Hangnim menggelepar tak berdaya. Sungguh mulai saat itu ia benar-benar membenci Selir Yuen beserta anak keturunannya. Tapi apalah daya, kehilangan ingatan, fisik yang lemah, membuat Jia Hangnim tak bisa melakukan apapun.   Lea Hangnim pun sudah mulai menerima takdirnya dengan sepenuh hati, mungkin saja Tuhan berbaik hati padanya untuk hidup kembali, membongkar kejahatan para penjahat, memberi keadilan pada sang korban. Lea Hangnim akan melakukan semua itu, ia akan menumpas kejahatan selama rohnya berada di zaman ini, Lea Hangnim tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidup ke dua kalinya ini. "Aku siap membantumu, Nyonya adalah orang yang baik, kami berhutang budi padanya." Mata Maizu berkilat menyala-nyala, ia akan membalas perlakuan Selir Yuen pada Nyonya utama Suzie. Kedua kakak beradik itu tahu bahwa Nyonya Suzie adalah orang yang baik, dan mereka merasa sangat kehilangan ketika beliau meninggal. Faizu dan Maizu akan membalas kebaikan Nyonya Suzie dengan mendapatkan keadilannya. "Aku pun, kita bongkar kejahatan Selir Yuen." Kini Faizu bersuara, gadis yang lugu itu sudah berubah ekspresi menjadi datar. Ia benar-benar syok mendengar berita bahwa kematian Nyonya Suzie akibat dibunuh oleh Selir Yuen, diracun dengan sadis. "Bagaimana jika kita langsung mengadilinya, aku tidak percaya terhadap Ayah dan juga Menteri Keadilan, ku rasa kedua orang tua bodoh itu tidak akan menindak kesalahan Selir Yuen." Kejadian kematian itu sudah lama, pastinya Selir Yuen telah membuang semua bukti-bukti terkait, untuk mencarinya adalah hal yang mustahil. Apalagi mengingat Menteri Huosheng yang menyayangi selirnya itu, bisa dipastikan Hangnim akan menelan angin kecewa ketika melaporkannya. Maka dari itu, Hangnim telah memiliki rencananya tersendiri.   "Apa rencanamu?" Faizu bertanya pada sang junjungan, melihat Hangnim yang tampak mengulas senyum menyeringai. "Aku memiliki banyak rencana, Fai. Salah satunya adalah membuat Selir Yuen mengakui perbuatannya sendiri, tanpa kita paksa ataupun didesak." Hangnim berujar. Faizu dan Maizu saling menautkan kening mereka, merasa penasaran karena pernyataan Hangnim. "Maksudmu, Hangnim?" tanya Maizu penasaran. "Aku akan membuat rencana seolah-olah Selir Yuen merasa diteror, ketakutan dan juga merasa bersalah akibat membunuh Ibuku. Jika kau bertanya bagaimana caranya? Aku akan menerornya sedikit demi sedikit, atau jika perlu sampai wanita ular itu frustasi, stres, dan berakhir gila karena rasa takutnya." Hangnim menyeringai sadis, Faizu dan Maizu pun sangat setuju dengan ide gadis itu. "Fai, Mai, kalian masih menyimpan barang-barang Ibuku? Seperti pakaian, benda-benda berharganya atau perhiasan.” Maizu berpikir sejenak lalu menjawab, “Ada, satu hari setelah pemakaman Nyonya Suzie, aku langsung membereskan barang-barangnya.” “Bagus.” Hangnim akan menggunakan barang-barang itu sebagai media terror bagi Selir Yuen. “Ohh ya, selain Selir Yuen—adakah orang yang membenciku lagi?” “Ada,” jawab Faizu. "Siapa?" "Nyonya Ghuanwei, ia adalah adik sepupu dari Menteri Huosheng, ia sering iri melihat kebahagiaan Nyonya Suzie. Apalagi terhadapmu, Ghuanwei selalu berusaha menyingkirkanmu dari kediaman ini." Hangnim manggut-manggut, sepertinya korban pertama sudah ada dalam genggaman, tinggal menunggu tanggal mainnya. “Tunggu saja hari burukmu tiba, Selir Yuen dan Ghuanwei.” Hangnim mengukir senyuman miringnya.   *** Sementara di tempat lain, ada seorang pria gagah dengan baju kebesarannya nampak berdiri dengan tegang. Ia menatap satu per satu anggota yang ada didepannya, matanya mendelik tidak suka. Lain halnya dengan para anggota, mereka terdiam kaku setelah mendengar amukan dari junjungannya. Ia adalah Lizhuo, putra mahkota yang menjadi calon suami Hangnim. "Kali ini aku tidak akan membiarkan kalian mengaturku sesuka hati." ujarnya dengan nada tegas dan terdengar amat murka. Matanya memincing seolah mengabsen satu per satu anggota yang hadir, napasnya memburu seolah dikejar waktu. "Kau Penasehat Wei, tidak usah berlagak ikut campur mengenai kehidupan pribadiku." Tambahnya lagi, ia menunjuk seorang pria paruh baya yang kini mulai bergetar ketakutan. "Putra Mahkota Lizhuo, mohon ampuni hamba." Kini Penasehat Wei bersujud di depan kaki seorang yang bernama Lizhuo. Lizhuo menggeram marah, ingatannya berputar pada beberapa menit lalu. Para anggota kekaisaran berkumpul untuk merapatkan suatu hal, hal yang sangat mengganggu bagi Lizhuo. Mereka, atau lebih tepatnya para penasehat meminta agar Lizhuo segera mencari selir untuk mempererat hubungan kerja antar wilayah. Lizhuo yang pada dasarnya kurang menyukai wanita pun amarahnya langsung memuncak drastis. Baginya semua wanita itu merepotkan, Lizhuo juga masih berstatus dijodohkan dengan Hangnim, satu wanita saja baginya sangat repot, apalagi jika harus tambah. Ck, sialan! Lizhuo tahu bahwa sebenarnya para penasehat ini merupakan orang-orang yang telah bekerjasama dengan para putri kekaisaran lain, mereka dibayar untuk menghasut Lizhuo agar mau menerima salah satu dari mereka. Pada dasarnya Lizhuo juga tidak ingin menikah, tapi bagaimanapun juga kekaisaran Dongyi butuh seorang penerus, anak kandungnya. Dan Lizhuo merupakan pria yang tidak suka mengoleksi wanita, ia bertekad hanya ingin memiliki satu istri saja. "Berapa yang mereka bayar untukmu?" Lizhuo berkata dengan nada dingin. Para penasehat terdiam dan saling melirik satu sama lain, napasnya tercekat karena Lizhuo sudah mengetahui hal itu. "A-ampun, Yang Mulia. Kami tidak mengerti maksud Anda." Ujar salah satu penasehat memberanikan diri untuk bicara. "Lancang sekali kau berbohong padaku." Lizhuo menggebrak meja hingga patah menjadi dua bagin, kakinya melanglah menuju pria itu, Lizhuo menatapnya sengit.   "Jangan berpura-pura bodoh, aku tahu kalian telah bekerja dengan putri-putri dari bangsawan lain untuk menghasutku agar menerima mereka, dibayar berapa kalian 'hah?" Lizhuo berteriak nyaring, bahkan para pengawal yang berada di luar ruangan pun sampai bergetar mendengarkan amarah sang junjungan. Tidak ada yang berani melawan ataupun membantah ucapan Lizhuo, terlebih itu semua adalah fakta. Mereka memang dibayar oleh putri bangsawan untuk mendekatkannya pada Lizhuo. "Kalian mengaku sendiri atau aku yang akan memaksanya?" Lizhuo tidak main-main, ia sangat benci pengkhianat. Ini baru masalah kecil, belum lagi masalah-masalah lain yang akan mengganggu keamanan istana. Dengan geram Lizhuo menjentikkan jarinya, sebuah cahaya muncul dan langsung menerbangkan berkas-berkas yang tadinya dijadikan tameng untuk acara rapat. Mereka semua membelalakkan matanya, Lizhuo adalah seorang yang memiliki tingkat bela diri tinggi, bahkan mempunya ilmu yang menakjubkan.   Jangan heran bahwa dizaman ini semuanya serba bagai sihir, dan itu semua akan dimiliki oleh orang yang kuat.   "Kami mengaku bersalah, Yang Mulia. Tolong ampuni kami." Ujar para penasehat secara serentak, bahkan dengan tanpa aba-aba mereka bersujud dihadapan Lizhuo meminta pengampunan.   Lizhuo menegapkan tubuhnya menatap lima orang yang dipercaya untuk mencari penasehat istana kekaisaran, dan apa sekarang? Mereka dengan mudahnya diperdaya oleh orang lain hanya karena harta, sangat memalukan.   Lizhuo mengitari mereka, membuat para penasehat meremang ketakutan. Jika seperti ini maka Lizhuo lebih mirip bagaikan iblis yang siap menjemput ajal mereka.   "Hukuman apa yang pantas didapatkan oleh pengkhianat?" tanya Lizhuo dengan tampang yang memerah menahan amarah, lagi, ia tidak akan mengampuni orang-orang yang telah mengkhianati kepercayaannnya.   Semua anggota berdiam diri dengan wajah pucat pasi, bak tak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya. "Kami mohon pengampunan anda, Yang Mulia, kami tidak akan mengulanginya—" ucapan Penasehat Wei terputus. Lizhuo mengangkat tangannya menolak apapun alasan yang akan mereka ucapkan. "Pengawal! Hukum semua penasehat istana, tanpa terkecuali." Lizhuo berkata dengan final, ingat bahwa ia tidak menyukai pengkhianatan. Para penasehat berteriak-teriak meminta pengampunan Lizhuo, tapi pria berekspresi datar tersebut tidak mempedulikannya. Lizhuo berbalik menuju pintu keluar, aura kejam nan membunuhnya sangat terasa, Lizhuo sedang bersusah payah menekan hasrat buruknya itu.   Selama perjalanan menuju peraduannya, Lizhuo mengusap wajahnya dengan kasar. Bukan seperti ini yang ia inginkan, sesungguhnya Lizhuo tidak berniat menduduki pemerintahan ini, tapi statusnya sebagai Putra Mahkota mengharuskannya, dan juga Lizhuo merupakan putra dari istri pertama dan sah. Lizhuo menghela napas kasar, ia membuka pintu kamarnya dengan napas memburu. Jangan lupakan bahwa ia sebentar lagi juga akan melaksanakan pernikahan dengan Hangnim, putri salah satu Menteri kekaisaran Dongyin. Untuk yang satu itu Lizhuo tidak bisa menolak, karena dekrit dari Ayah dan Ibunya bersifat final, dan sudah dari kecil mereka berdua dijodohkan. Kali ini Lizhuo akan menerimanya meski harus bersusah payah juga sangat terpaksa, meskipun begitu suatu saat nanti ia tidak akan berniat menikah lagi, sudah cukup satu wanita di kehidupannya. Walaupun Lizhuo tak menyukai Hangnim, tapi ia akan berusaha menerimanya. Itu semua demi dekrit kekaisaran Dongyin, Ayahnya. Dan Lizhuo pribadi sudah bersumpah untuk menikah hanya satu kali, cukup satu kali. "Hah.. status lajangku akan segera lenyap sebentar lagi." desahnya, ia memilih memejamkan mata untuk sejenak, menjernihkan pikiran yang terasa runyam. Setahu Lizhuo, Hangnim adalah gadis centil yang sering mengekori kemana pun ia pergi. Dulu Lizhuo sangat kesal dengan Hangnim karena gadis cilik itu berusaha mengajaknya bermain ataupun menarik perhatiannya. Namun, sejak dewasa ini ia merasa ada yang berubah dari sikap gadis itu, Hangnim jarang keluar rumah dan jadi pendiam setelah kematian sang ibu, Suzie. Beberapa kali Lizhuo datang ke kediaman Menteri Huosheng, ia jarang bahkan hampir tidak pernah bertatap muka lagi dengan Hangnim, sebenarnya kesedihan macam apa yang menimpanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN