Saat ini Hangnim dan Lizhuo sudah berada di meja makan, di sana tampak terdapat keluarga besar istana kekaisaran Dongyin beserta abdi-abdinya. Hangnim sungguh canggung berada di situasi seperti ini, melihat tata cara mereka pun ia langsung merasa insecure.
Hangnim dan Lizhuo duduk saling berdampingan, pria itu memerlakukan Hangnim dengan baik di depan semua orang. Lizhuo juga menampilkan kepeduliannya pada gadis itu, Hangnim mendengus dalam hati, Lizhuo hanya melakukan pencitraan agar terkesan baik di mata keluarganya.
Hangnim menatap satu per satu semua orang yang ada di sana, dimulai dari Kaisar Dongyin sendiri, lalu disebelahnya ada Permaisuri Yinhan, selanjutnya adalah para Menteri dan keluarga besar lainnya. Hangnim tidak menemukan ayahnya di sana, sepertinya ayahnya memilih untuk menikmati makan siang bersama keluarga tersayangnya di rumah.
Kaisar Dongyin juga memiliki selir yang bernama Sita, hasil perkawinannya itu mereka memiliki satu putra yang bernama Kyuhan. Dari rumor yang beredar, Selir Sita berusaha merebut posisi Permaisuri dari tangan Yinhan, begitu juga dengan Kyuhan yang ingin menggesert Lizhuo dari tahta putra mahkota.
Inilah yang membuat Hangnim tidak suka berhubungan dengan politik pemerintahan, semuanya saling senggol untuk mendapatkan kedudukan.
Meja makan berbentuk pergi panjang luas itu mampu menampung bermacam-macam menu masakan, ada sayur sup jamur, ayam guling, daging rusa asap, dan lain-lain.
Sesekali beberapa pasang mata memandang Hangnim dengan tatapan menilai, mereka bisa melihat perubahan dari gadis itu, Hangnim sudah tak bertindak memalukan seperti di saat kecil dulu. Bahkan, Lizhuo lebih banyak diabaikan daripada diajak berbicara.
Adapula yang melihat Hangnim dengan tatapan meremehkan, pro dan kontra dalam suatu masalah pasti akan selalu ada.
“Kak Hangnim, kau semakin cantik saja.” Liman Yin, adik kandung dari Lizhuo menggoda gadis itu.
Hangnim menatap Liman dan tersenyum canggung, seingatnya Liman ini memang tipikal anak yang ceria dan juga jahil.
“Jangan menggoda calon kakak iparmu, lihat saja Lizhuo sudah memerah cemburu.” Sahut Permaisuri Yinhan pada anak bungsunya.
Lizhuo yang sedang meneguk anggurnya pun tersedak-sedak, ibunya ada-ada saja.
Tawa Kaisar Dongyin pun meledak, sejujurnya ia adalah sosok yang ramah dan ceria di lingkungan keluarganya. Berbeda sekali saat duduk di singgasana, ia akan bekerja dengan seprofesional mungkin.
“Istriku, kau membuat anak kita sampai tersedak seperti itu.” Ujar Kaisar Dongyin.
Permaisuri Yinhan hanya membalas dengan mengelus lengan suaminya dengan sayang.
Kehangatan keluarga inti itu membuat seseorang yang ada di sana mengepalkan tangannya dengan kuat-kuat, kuku-kuku tajamnya bahkan sampai menembus pada kulitnya sendiri. Ia benci melihat Kaisar Dongyin lebih sayang terhadap anak-anak dari Permaisuri Yinhan.
“Sabarkan hatimu, Adikku.” Seorang yang berada tepat di sebelah Selir Sita pun menenangkan, sosok itu adalah Sinwara.
Mata Sinwara menatap lekat pada Permaisuri Yinhan dan anak-anaknya, baginya—mereka adalah hama yang menyulitkan sang adik serta keponakannya untuk meraih gelar Permaisuri dan Putra Mahkota. Sinwara sangat jahat dan licik, ia sering menghasut adik dan keponakannya untuk melakukan hal-hal jahat.
Sinwara sangat menyayangi adiknya dan keponakannya—Kyuhan. Untuk itu, ia berusaha membantu mereka agar mendapatkan posisi yang tinggi, meski dengan cara licik. Pernah suatu hari Sinwara memerintahkan anak buahnya untuk memberikan racun ke makanan Permaisuri Yinhan, tapi syukurnya makanan itu lebih dulu terjatuh sebelum dikonsumsi oleh Permaisuri Yinhan, Tuhan masih menolong wanita itu.
Perasaan Hangnim begitu kuat, di ruang makan ini ia bisa merasakan adanya aura yang jahat. Ketika kepalanya menoleh ke seberang, dilihatnya sosok Sinwara yang menatap Permaisuri Yinhan penuh dengan kebencian.
“Kalian semua yang hadir di meja makan ini tentunya sudah mengetahui tentang rencana pernikahan putraku Lizhuo dengan Hangnim—putri dari Menteri Huosheng. Aku akan mempercepat pernikahan mereka berdua agar tahta selanjutnya bisa dipimpin oleh Lizhuo, karena aku merasa bahwa usiaku sudah tua dan waktunya untuk undur diri dari gemerlapnya pemerintahan.” Kaisar Dongyin membuka pembicaraan serius, ia menatap seluruh anggotanya yang hadir di meja makan.
“Mohon maaf, Kaisar. Apakah rencana itu tidak terburu-buru? Maksudnya, boleh saja pernikahan Putra Mahkota dan Nona Hangnim dipercepat, tapi mengenai pengalihan kekuasan saya rasa itu cukup mendadak.” Miyugi, Menteri Kuangan berujar.
Beberapa orang di sana ada yang setuju dengan sanggahan dari Miyugi.
Kaisar Dongyin menyentuh dagunya sambil berpikir. Sedangkan Lizhuo hanya diam di tempat, ia tahu bahwa sebagian orang-orang istana ada yang tidak suka dengan dirinya.
Kandidat Putra Mahkota hanya boleh berasal dari permaisuri, tapi beberapa dari pejabat istana dengan sengaja mencalonkan Kyuhan sebagai penerus tahta, tentu saja ini melanggar hukum dan ketentuan.
Bagi pejabat nakal, Lizhuo adalah musuh! Karena pria itu sangat jeli dan perfeksionis dalam bekerja, seringkali Lizhuo mendapati pejabat istana yang malas-malasan lalu memecatnya secara tidak hormat. Inilah yang tidak disukai mereka dari sosok Lizhuo Yin, pria itu terlalu jujur.
“Benar yang dikatakan Menteri Miyugi, pengangkatan Lizhuo sebagai kaisar terlalu buru-buru. Kau masih pantas menduduki tahta kekaisaran, aku rasa Lizhuo masih perlu belajar banyak hal agar bisa menjadi Kaisar selanjutnya.” Sinwara tutut menyahut, ia memang biang provokator.
Tentu saja Sinwara sengaja memperlambat pengangkatan Lizhuo sebagai kaisar, kalau perlu ia ingin menggagalkannya sekalian. Hanya keponakannya yang boleh menduduki tahta itu, Kyuhan.
Hangnim merasakan atmosfer adu domba serta persaingan di sana, matanya menajam menatap Sinwara yang berusaha memprovokatori Kaisar Dongyin. Sejenak ia melirik pada calon suaminya, Lizhuo tampak tenang dan tidak termakan oleh permainan Sinwara.
Hangnim cukup takjub dengan pria itu, setidaknya Lizhuo memiliki pengendalian emosi yang baik.
Kaisar Dongyin menghela napas lalu berkata, “Keputusanku sudah bulat, bersamaan dengan pernikahan Lizhuo, aku juga akan langsung mengangkatnya sebagai Kaisar resmi selanjutnya.”
Tidak ada yang berani membantah titah Kaisar Dongyin lagi, semua orang yang menyangkal tadi pun langsung terdiam seketika. Termasuk Sinwara, air mukanya mulai keruh karena hasutannya ditolak mentah-mentah.
Mulai saat ini Hangnim perlu waspada dengan Sinwara, bukan tidak mungkin ia menjadi target kejahatan pria itu.
Lizhuo menegapkan badannya, pandangan matanya mengarah ke depan dengan tatapan datar. Ini salah satu alasan kenapa ia tidak ingin mengambil selir, Lizhuo tidak mau ada persaingan wanita harem ataupun sesama anak-anaknya kelak. Cukup satu wanita, tidak ingin lebih!
Hati Selir Sita semakin mendidih saja rasanya, bibirnya menipis dengan sempurna, matanya memincing penuh kebencian. Begitu juga dengan Kyuhan, selama ini ia merasa dibedakan kasih, selalu Lizhuo dan Liman yang disayang oleh Kaisar Dongyin.
“Apakah ada sanggahan lagi?” Kali ini suara Kaisar Dongyin semakin tegas saja, memberikan aura dingin pada orang-orang di sana.
“Tidak ada, Kaisar.” Jawab Menteri Mingyu.
“Baik, silahkan nikmati makanannya.” Ujar Kaisar Dongyin setelahnya.
Semua orang pun diam dan pura-pura sibuk dengan hidangan di sana, mereka tidak mau membuat masalah dengan kaisar.
“Hangnim, kau mau makan apa?” tanya Lizhuo pada calon istrinya.
Hangnim mendongakkan kepala menatap Lizhuo, seharusnya pria itu tidak perlu susah payah berpura-pura peduli kan?
“Shoya mie dengan udang saja,” balas Hangnim seadanya.
Lizhuo mengerutkan keningnya heran lalu berkata, “Bukankah kau alergi udang?”
Hangnim gelagapan seketika, tapi sesegera mungkin ia menormalkan ekspresinya agar tak mencurigakan.
“Itu dulu, sekarang aku ingin mencoba makan udang agar terbiasa.” Ia tersenyum dengan lembut.
Senyuman Hangnim sempat membuat Lizhuo terperangah, gadis ini jika dilihat secara dekat ternyata cantik juga.
“Ohh, baiklah kalau begitu.” Lizhuo tidak menaruh curiga sama sekali, dipikirnya Hangnim yang sekarang memang sudah tidak mempunyai alergi terhadap udang.
Sedangkan Hangnim sendiri merutuki ucapannya, seharusnya ia lebih bisa mendalami peran sebagai Jia Hangnim.
Lizhuo menyendokkan shoya mie dan udang ke piring Hangnim. Entah kenapa perasannya meminta agar dirinya memberikan perhatian pada gadis itu, Lizhuo benar-benar ingin memperlakukan Hangnim dengan baik meskipun ia belum mencintainya.
“Terimakasih,” ujar Hangnim pada Lizhuo.
“Sama-sama, selamat makan.” Lizhuo tersenyum manis.
Mati-matian Hangnim berupaya keras untuk mengikuti cara makan mereka semua. Pertama-tama ia harus memakai celemek yang digantungkan pada leher, lalu mengusap sendok dengan kain lap, barulah memasukkan makanan itu ke dalam mulut, itupun harus dengan perlahan dan tak boleh tergesa-gesa.
Peraturan istana memang menyusahkan.
Mereka semua makan dengan tenang, tidak ada yang bicara satupun. Hangnim perlu belajar lebih mengenai kedisiplinan, sopan santun anggota istana, serta hukum yang berlaku.