40. Penculikan

1123 Kata
Kartajaya berusaha mengabaikan tatapan menyelidik yang dilayangkan oleh Ahsan kepadanya. Ia berusaha fokus memasukkan bahan-bahan mentah seperti sayur mayur, daging maupun ikan ke dalam kotak pendingin yang ada di mobil Lord Yasa. Ia menyusunnya dengan hati-hati sesuai petunjuk yang Ahsan berikan, lalu setelah itu Kartajaya dan Ahsan bekerja sama untuk mengangkut karung beras maupun terigu satu per satu ke dalam mobil. Setelah selesai, Kartajaya pun mengunci semuanya, lalu kembali ke dalam pasar untuk menjemput Rocky yang masih mengobrol dengan Baba. “Apa yang membuatmu terus-menerus melihatku dengan cara seperti itu?” tanya Kartajaya yang mulai risih. “Kamu benar-benar lupa ingatan?” celetuk Ahsan. “Kau meragukan pengakuanku? Jika tidak percaya silahkan tanya pada Rocky, dia pasti tahu apa yang terjadi padaku…” “Yah… Hmn, bukannya aku tidak percaya kepadamu, namun kau…” Ahsan terdiam sementara tangannya mengetuk-ngetuk dagu seolah sedang berpikir, “Kamu bilang bahwa dirimu hilang ingatan, namun kamu masih ingat kisah tentang ayah dan kekasihmu dengan baik. Hal itu membuatku tidak percaya bahwa kamu hilang ingatan, Aksata. Namun di sisi lain, sikapmu membuatku yakin bahwa kamu memang sedang hilang ingatan…” “Sikapku? Sikap macam apa yang kau maksudkan, Ahsan?” “Sikapmu yang sangat berbeda dengan para bud4k pada umumnya. Kau berkeliling pasar dengan dagu terangkat dan pundak yang tegap. Sikapmu terlihat sangat santai dan tenang di pasar ini walau kau tidak sedang bersama majikanmu…” “Apa yang salah dari sikapku itu?” Kartajaya bingung. “Kau lihat anak gadis itu, atau anak laki-laki itu…” Ahsan menunjuk seorang anak gadis yang berjalan di belakang seorang Nyonya berbadan besar yang terlihat memakai gaun indah dan memiliki wajah yang angkuh, lalu jarinya berpindah pada seorang anak laki-laki yang berjalan di belakang laki-laki besar yang berpenampilan mirip seperti Rocky. “Mereka bersikap layaknya bud4k pelayan pada umumnya. Pundak mereka merunduk ke depan, pandangan mata dan wajah mereka lebih sering menunduk. Sikap mereka sangat merendah. Apalagi saat sedang berjalan seorang diri di dalam pasar yang sangat ramai ini, mereka tidak akan berani mengangkat mata terlalu lama dan sikap mereka akan sangat waspada. Mereka takut jika bertemu dengan para penculik dan pedagang bud4k…” “Lalu mengapa kau tidak bersikap seperti mereka?” tanya Kartajaya. “Hey, seharusnya aku yang bertanya hal itu kepadamu? Kenapa kamu tidak bersikap seperti mereka? Kalau aku, wajar bersikap seperti ini, karena aku adalah bud4k pelayan Baba. Semua orang di pasar ini tahu siapa aku dan para penculik pun tidak akan berani mengganggu pelayan Baba atau mereka akan habis dikeroyok para penghuni pasar…” “Begitu?” “Ya, begitu. Lalu kau kenapa bersikap angkuh, padahal hanya seorang bud4k?” “Hey, kau lebih angkuh dariku…” protes Kartajaya. “Sudahlah, tidak ada gunanya berbicara denganmu…” sahut Ahsan. Mereka berbelok menuju area dalam pasar dan Ahsan kembali berkata. “Turunkan pandanganmu! Nanti orang-orang berpikir kau bud4k kurang ajar…” “Benarkah?” Kartajaya tak percaya. “Kau sungguh tak percaya kepadaku?” “Bukan begitu, hanya saja… aku tidak terbiasa menurunkan pandangan apalagi bersikap merendah.” “Apakah itu efek dari hilang ingatan yang kau alami, atau memang sikapmu seangkuh ini?” Kartajaya mendesah lelah, “Aku tidak bermaksud untuk bersikap angkuh. Aku hanya tidak tahu jika harus bersikap seperti itu…” Tepat setelah Kartajaya mengatakannya, sebuah tarikan yang sangat keras terasa mencekik leher Kartajaya. Ia terpekik keras saat tubuhnya melayang di udara secara tiba-tiba. Kartajaya pun bergerak-gerak, berusaha menendang udara, lalu menolehkan kepala ke belakang. Ia terperanjat tatkala menemukan sosok mengerikan yang tengah menarik kerah leher pakaiannya sehingga Kartajaya terangkat dan menggantung di udara. Kartajaya sangat panik, lehernya terasa sakit, ditambah lagi sosok laki-laki berjenggot tebal dengan wajah penuh bekas goretan senjata tajam itu tersenyum sinis seraya tertawa terbahak-bahak. Dengan suara tercekat, Kartajaya bersuara, “S – Siapa kau… apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!” pekik Kartajaya dengan suara tertahan. “Aksataaa!” seru Ahsan yang berdiri tiga langkah lebih depan dari Kartajaya, sesungguhnya ia berjalan sangat cepat sehingga terlambat menyadari jika kawan barunya tertangkap oleh para penculik sekaligus penjual bud4k. “Hey! Lepaskan dia! Dia temanku! Jangan mengganggu kami!” seru pemuda itu. “A – Aku adalah…” lirih Kartajaya susah payah. Lehernya tercekik oleh kain pakaiannya sendiri. Sedangkan kaki dan seluruh tubuhnya melayang di udara oleh tarikan pria yang berdiri di belakangnya. “Akhirnya ketemu…” seru lelaki bertubuh tinggi dan besar itu. Tawa sinis menyeringai lebar nan menakutkan, “Kami sudah mencarimu sejak lama, bocah!! Pencarian yang panjang dan menyulitkan!” “M – Mencariku?” pekik Kartajaya. “Ya, mencarimu. Bayaran atas nyawamu sangatlah tinggi! Kau adalah bocah yang menyelinap ke dalam istana putih dan hendak meracuni putri Raja, Bukan?” desis Penculik itu. “B – Bukan!” seru Kartajaya panik. “Aku bukan orang itu. Kau sudah salah mengira!” “Jangan berbohong! Kau memanglah orangnya. Tidak mungkin aku lupa pada selebaran potret yang dibagikan oleh manusia psikopat itu!! Aku akan memberikanmu kepada Irish agar kau habis dibawah siksaannya…” Pria yang memiliki wajah mengerikan itu tertawa semakin keras, ia menyeringai sangat kejam dan penuh kepuasan, “Aku akan mendapatkan hadiah besar setelah ini! Hadiah yang sangat besar…” Pria itu melemparkan Kartajaya ke lantai, hingga terdengar suara benturan antara tubuh Kartajaya dan lantai yang keras. “Aksata!” seru Ahsan hendak menolong Kartajaya, namun Ahsan kembali mundur ketakutan saat dua orang menakutkan lainnya merangsek dengan cepat dan menarik kedua tangan Kartajaya di kiri dan kanan. “Jangan sampai lepas. Dia bernilai uang yang sangat besar!” desis pimpinan penculik itu. Dua orang anak buahnya mengangguk sambil menyeringai tak kalah menakutkan, “Kami tidak akan pernah melepaskannya. Nyawa anak ini adalah harta kami…” “Bagus! Mari kita bawa ke Istana. Irish akan membayar kita dengan sangat mahal!” Pimpinan penculik itu pun berbalik meninggalkan area pasar diikuti oleh dua anak buahnya yang menyeret Kartajaya. Kartajaya memberontak sekuat tenaga, ia menendang-nendang udara dan bahkan menggerakkan seluruh tubuhnya ke kanan dan kiri agar terlepas dari cengkeraman erat para penculiknya itu. Hanya saja, tubuh lemah Aksata yang dihuninya tidak bisa diajak kerja sama, sekuat apapun tekad dan keinginanan Kartajaya untuk memberontak, namun gerakan yang dihasilkan sangat lemah dan tak memberikan efek apapun. Justru para penculik itu menertawakannya dengan puas. “Tidak! Lepaskan aku! Kau salah orang! Bukan aku yang melakukannya! Aku bukan orang yang kau cari!” bohong Kartajaya. “Lepaskan aku! Lepaskan aku!!!” teriak Kartajaya. Bocah bud4k itu mengedarkan tatapannya ke sekitar pasar, semua orang bersikap seolah tidak melihat apapun dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka terlalu takut berurusan dengan para criminal ini sehingga menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal biasa. “Lep…. Hmph!” ucapan Kartajaya terputus tatkala sebuah kain putih membungkam mulut Kartajaya hingga ia tidak bisa berteriak meminta pertolongan siapapun. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN