Sudah setengah jam lebih sejak pesawat lepas landas, aku merasa wajahku masih saja terasa panas. Sejak tadi aku terus menatap ke luar jendela, takut Mas Al tahu kalau wajahku memerah. Entah Mas Al sadar atau tidak, tangkupan tangannya tadi berbahaya untukku. Andai aku tidak buru-buru menepisnya, aku tidak tahu sampai kapan dia akan menangkup kepalaku seperti itu. Tadi mata kami sempat menatap lurus, tetapi hanya sebentar. Bahkan tiga detik terlalu lama bagiku. Aku tidak peduli kalau Mas Al tersinggung dengan tepisan tanganku. Yang aku pikirkan tadi hanyalah ingin cepat-cepat menjauh sebelum dia sadar kalau jantungku berdetak sangat cepat. Sedang apa dia sekarang? Aku melirik ke arah Mas Al, ternyata dia sedang tidur. Entah benar-benar tidur atau tidak, yang jelas matanya terpejam ra