18. Bukti Cinta dari Masa Lalu

2420 Kata

Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi saat ini. Meja makan yang harusnya membuatku bahagia—karena Mama memasak masakan kesukaanku—mendadak terasa menegangkan karena adanya dua orang yang tak seharusnya bertemu dalam satu meja. Aku melirik Ayah dan Mama, mereka terlihat biasa-biasa saja. Entah mereka sadar atau tidak dengan situasi yang terjadi, tetapi aku merasa mereka tidak terlalu mempermasalahkan. Atau barangkali mereka tidak ingin suasana jadi semakin canggung, makanya mereka bersikap sebiasa mungkin seolah-olah tidak ada yang aneh. “Nambah lagi, Al, Nak Fathan. Tante seneng kalau masakan Tante habis,” ucap Mama memecah keheningan. “Siap, Tante.” Mas Fathan tersenyum. Setelah itu, dia menoleh padaku. “Aku boleh minta ambilin cah kangkung itu enggak, An?” “Bol

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN