“Apa yang kamu katakan Adam?” Hasan berusaha menyangkal.
“Aku juga pria sepertimu. Aku tahu walau kamu tidak menceritakannya,” jawab Adam sambil tersenyum tipis.
Hasan menggelengkan kepalanya cepat. “Ngaco ah ....”
“Dewi mantanmu kan? Dan kalian masih sangat mencintai?” Adam terlihat sangat yakin dengan asumsinya.
“Tidak!” sahut Hasan singkat. “Masa lalu ya adanya di masa lalu. Masa kini hanya milik Keysa.”
Wajah Adam langsung datar. “Tidak usah mengelak Hasan. Aku tidak akan menceritakannya pada Keysa yang sebenarnya.”
Hasan menggerak-gerakkan tangannya di depan wajahnya. “Tidak. Aku tidak punya perasaan apa-apa lagi dengan Dewi. Hubungan kita telah berakhir. Sudah berakhir dan T-a-m-a-t!”
“Jika memang sudah berakhir, sikapmu tidak akan kaku begitu saat bertemu Dewi. Kamu terlihat kaku dan risau. Seperti ada hal yang kamu takutkan,” kata Adam lirih.
“Sok tahu kamu, Adam!” seru Hasan sambil menenggak kembali minumannya. Sekali tenggak minuman berwarna putih kekuningan dan sedikit berbuih itu langsung habis.
Adam tersenyum tipis sesaat dan kemudian melanjutkan kata-katanya lagi. “Saat di taman hiburan itu, aku dan Dewi sempat berbincang. Dan dia menceritakan padaku, jika dia masih menyimpan perasaan yang sangat besar untukmu, Hasan. Dia sangat menyesal telah meninggalkanmu.”
“Diam Adam!”bentak Hasan yang kini sudah mulai mabuk. Ia menatap Adam tajam sambil mengarahkan jari telunjuknya. “Cukup! Jangan bercerita lagi. Aku tidak mau dengar!” serunya sambil menutup kedua telinga.
Adam tersenyum tipis. Ia semakin yakin jika dugaannya memang benar. Hasan pun masih menyimpan rasa terpendam untuk Dewi. Padahal jika begini, lebih baik mereka bertukar pasangan. Keysa dengannya dan Hasan bisa bersama Dewi, pikir Adam singkat.
***
Keysa menyipitkan kedua matanya ketika menemukan selembar foto di sebuah album foto milik Dewi. Foto yang sudah buram karena jamur itu tidak lagi begitu jelas.
Pria yang sedang memeluk Dewi dengan mesra terasa familiar di mata Keysa. “Dia ini tunangan yang kamu ceritakan kan?” tanya Keysa sambil menunjuk ke arah foto.
Dewi ikut melihat ke arah foto yang ditunjuk Keysa. “Hm ...,” jawabnya berguman.
“Sial ... aku tidak bisa melihatnya karena sebagian foto ditutupi jamur,” gerutu Keysa. “Kenapa foto pria sepesial di dalam hidupmu tidak kamu rawat?”
“Aku sibuk berkerja sehingga jarang melihat foto,” jawab Dewi asal.
“Apa kamu memiliki fotonya yang lainnya?” tanya Keysa yang masih penasaran.
Dewi menatap Keysa. Sejenak dia diam. Seakan menimbang-nimbang akan memperlihatkan foto Hasan yang ia miliki pada Keysa atau tidak.
“Hm ... kenapa?” tanya Keysa sambil menggerakkan dagunya ke depan. “Kenapa? Kamu tidak mau memperlihatkan fotonya yang lain padaku?”
“Yakin kamu mau melihatnya?” tanya Dewi dengan wajah seriusnya.
“Yakin lah ... Memang kenapa? Aku sangat penasaran dengan mantanmu yang bisa membuatmu kembali lagi ke mari ...,” kata Keysa dengan penuh semangat.
Dewi masih menatap Keysa sebelum menjawab. “Baiklah jika kamu sangat ingin tahu. Aku akan memperlihatkan fotonya yang lain,” ucap Dewi dengan senyum yang mengambang. Ia berdiri dari sofa yang tadi di duduki. Berniat melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar yang berada di lantai atas.
Namun belum juga kakinya melangkah, deru suara mobil dan kemudian berhenti terdengar.
"Mereka sudah pulang!" seru Keysa dan langsung menaruh album yang sedang dipegangnya. "Aku pulang dulu ya."
"Kamu engga jadi mau lihat foto mantan tunanganku?" tanya Dewi menantang.
"Lain kali saja!" sahut Keysa dan kemudian berjalan menuju pintu utama.
Dewi menggerakkan alisnya ke atas. "Padahal kamu pasti akan terkejut jika melihat foto mantan tunanganku itu," gumannya lirih.
Dari depan rumah Dewi, sudah terlihat Adam sedang membantu Hasan keluar dari mobil. Dengan susah payah Adam mengeluarkan Hasan yang telah mabuk.
Keysa terkejut melihat Hasan mabuk. Padahal selama ini, tak pernah sekalipun ia melihat suaminya itu tak sadarkan diri seperti ini. "Memang kalian dari mana?" tanyanya dengan wajah panik dan bergegas menghampiri.
"Kami hanya senang-senang," sahut Adam serasa tak ikut andil dalam keadaan Hasan yang kini mabuk berat.
Keysa mengerutkan dahinya. Sangat kesal pada Adam yang telah mengacaukan hidupnya dan kini akan mengacaukan rumah tangganya.
Keysa menarik tangan Adam. Membuat Adam menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh menatap Keysa yang menatap tajam ke arahnya.
"Sebenarnya apa sih niat kamu?" tanya Keysa dengan kedua mata mendelik.
"Niatku ...?" tanya Adam dengan wajah tanpa dosanya.
"Hasan tidak pernah mabuk seperti ini. Dan kenapa sekarang dia mabuk begini?"
Adam tersenyum tipis dan kemudian tertawa sinis melihat wajah Keysa yang naif. "Kamu benar tidak tahu apa-apa tentang Hasan. Bukankah kalian sudah menikah selama empat tahun? Dan kamu sama sekali tidak tahu jika bar yang kami datangi itu adalah bar langganannya bersama mantan kekasihnya? Mantan yang selama ini selalu diingatnya."
Mulut Keysa ternganga. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Adam padanya. "Apa maksudmu?"
"Lebih baik kamu tanyakan sendiri pada Hasan, besok pagi saat dia sudah sadarkan diri," jawab Adam. "Tolong minggir, aku ingin lewat. Kamu kira aku engga berat membopong Hasan masuk ke dalam rumah."
Keysa melangkah mundur dan melepaskan tangannya. Ia menatap lunglai Hasan yang tak sadarkan diri. Entah berapa gelas yang sudah diminumnya hingga pulang dalam keadaan tidur seperti ini.
"Adam, apa yang ingin kamu lakukan pada rumah tanggaku," guman Keysa lirih.
***
Suara burung terdengar merdu di pagi hari. Bersahutan hingga menjadi sebuah melodi indah. Hasan membuka kedua matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pening dan sakit. Seakan ada jarum yang menusuk-nusuk di kepalanya.
Sinar mentari pagi perlahan masuk ke dalam kamar melalui kisi-kisi jendela. Perlahan tapi pasti Hasan mulai bangkit dari tidurnya.
"Akhirnya kamu bangun juga." Suara Keysa memecah kesunyian.
Hasan menoleh ke sumber suara. Tadinya ia mengira jika hanya dirinya lah di kamar ini.
Sepasang mata indah Keysa menatap dirinya dan seakan menghakiminya.
"Apa aku semalam pulang dalam keadaan mabuk?" tanya Hasan sambil memegangi keningnya.
Keysa mengatupkan bibirnya. Ia yang sejak tadi duduk di sofa dalam kamar, berdiri dan kemudian menghampiri. "Menurutmu bagaimana? Apa kamu pulang dalam keadaan mabuk?" Keysa berbalik bertanya dengan nada sinis.
Hasan mendongakkan wajahnya. Membalas tatapan Keysa padanya.
"Apa semalam aku berbicara sesuatu yang membuatmu marah?" Hasan menatap Keysa sendu.
Keysa mengehela nafas panjang. Ia memalingkan mukanya sebentar dan kemudian kembali memandangi Hasan. "Apa yang kamu lakukan ...? Kamu pulang dalam keadaan mabuk seperti ini! Bagaimana jika semalam Hawa melihatmu mabuk? Apa penilaiannya tentang ayahnya?!" hardik Keysa emosi. "Apa Adam yang membuatmu mabuk?"
bersambung