Sinta berjalan tergesa-gesa keluar dari gedung perkantoran menuju tempat parkir. Wajahnya tampak panik dan matanya awas mengamati sekitar hingga ia beberapa kali menabrak pekerja lain. Wanita itu memilih pulang lebih awal setelah mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Dia yang sedang menyusun budgeting sebuah proyek langsung terperanjat saat mendengar suara dari ujung sambungan. "Apa kabar, Sayang?" Sinta langsung menegang. Wajahnya yang dipoles make up mendadak kehilangan rona. Untuk sesaat organ yang bertugas memompa darah berhenti bekerja, sebelum kembali berdetak dengan tempo yang menggila. "Kenapa kamu memblokir nomorku? Apa kamu tidak tau kalau itu membuatku rindu?" Kalimat yang diucapkan dengan nada lembut itu, malah terdengar seperti suara malaikat pencabut nyawa di t