Keterikatan Ingatan

1037 Kata
Sudah lama sejak Keyna tidak menikmati akhir pekan sebesar ini. Biasanya, wanita itu tetap akan keluar untuk bekerja meski hari Sabtu atau Minggu. Entah untuk pergi ke beberapa mall dan mengunjungi toko Vallencia, bertanya pada beberapa pengunjung yang datang mengenai kepuasan mereka, atau sekadar ikut melayani pembeli naratama yang datang. Kadang, meski dia tinggal pun, dia tetap bekerja, meski hanya membuka sosial media dan menelusuri kata kunci Vallencia untuk membaca review pengguna secara menyeluruh. Namun pagi ini, dia masih terlelap di pelukan lengan kekar milik Calvert. Bergelung pada pria itu seperti koala. Calvert yang sudah terbangun sejak beberapa saat lalu tidak leluasa untuk bergerak. Takut membangunkan tidur manis wanita di pelukannya. Serta masih menikmati pemandangan indah tubuh polos Keyna yang setengahnya tertutup selimut. Lenguhan Keyna membuat Calvert mengulum tawa jenaka. Apalagi saat wanita itu mengeratkan pelukan. Mungkin dalam tidurnya, Keyna berpikir tubuh Calvert adalah guling yang hangat. Guling yang tidak rela dia lepas barang sesaat. “Ya. Aku akan pergi ke sana sebentar lagi.” Gumaman Keyna membuat Calvert mengerutkan kening. Pasalnya, dia tidak bicara apa pun. Lantas, pada siapa Keyna bicara? Namun setelah menyadari bahwa Keyna tengah berbicara dalam tidur, lelaki itu tertawa. Hanya beberapa sekon. Karena setelahnya dia membekap mulutnya kembali. Takut membuat Keyna terbangun. “Kau harus datang secepatnya. Di sini darurat.” Calvert menimpali dengan bercanda ucapan Keyna. “Aku terjebak macet. Ah, sial! Aku ingin makan mie instan dengan kuah pedas. Apakah aku boleh makan di jam seperti ini? Di mana aku bisa mendapatkan kepiting rebus dengan saus balado pedas?” Astaga. Calvert benar-benar tidak bisa lagi menahan tawa mendengar celetukan demi celetukan absurd yang Keyna lontarkan dalam tidur. Lelaki itu jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang terjadi di mimpi wanita itu? Bisa-bisanya dia terlihat panik seolah sesuatu yang darurat tengah terjadi, tapi pada waktu berikutnya wanita itu malah membicarakan makanan? Tawa Calvert kali ini benar-benar membangunkan Keyna. Wanita itu membuka mata dan sedikit menyipit, berusaha membiasakan netranya dengan cahaya. Lantas setelah beberapa sekon, wanita itu menatap Calvert. Mengernyit. Mungkin merasa aneh mengapa lelaki itu tampak begitu riang di pagi-pagi buta seperti ini. Bahkan lelaki itu tampak jelas tengah mengulum tawa. “Selamat pagi, Cantik.” Calvert menyapa hangat. Memudarkan kebingungan Keyna. “Kau ingin makan mie instan dengan kuah pedas hari ini?” Lagi-lagi Keyna mengernyit. “Ini masih pagi. Lalu makan mie? Kau tidak bercanda, kan?” jawab Keyna dengan suara yang amat parau. Wanita itu menggeliat. Keluar dari kungkungan tubuh Calvert. Begitu menyadari bahwa tubuhnya tidak ditutupi sehelai benang pun, lekas dia menarik selimut hingga leher. Hal itu tak luput dari perhatian Calvert. Sebelum Keyna menggapai pakaiannya, buru-buru Calvert merengkuhnya kembali. Membuat Keyna tidak berkutik. “Bisakah kita di sini lebih lama lagi? Aku masih belum ingin beranjak dari tempat tidur.” Keyna tercekat. Mendengar suara bariton milik Calvert di pagi buta seperti ini rupanya amat berbahaya untuk jantung. "Kau mendengarku?" tanya Calvert kembali, sebab Keyna malah termenung tanpa menjawab apa pun. Keyna berdeham menyadari bahwa dia bersikap amat bodoh barusan. Bukannya menjawab pertanyaan Calvert, mata dan benaknya malah berlarian ke arah lain. Tepatnya, pada jakun pria tersebut yang menggoda iman. Pada suaranya yang menggetarkan. Lalu pada setiap momen yang malam tadi mereka lalui. Momen panas yang membuat tubuhnya justru menggigil kali ini. Sial. Apakah dia menginginkannya lagi? "Ya. Terserah kau saja." Keyna akhirnya menjawab ala kadarnya. Kemudian membelakangi Calvert sambil memeluk selimut yang menutupi tubuh. Diam-diam Calvert tersenyum melihat tingkah Keyna. Beringsut masuk ke dalam selimut yang Keyna rebut dan memeluk wanita tersebut di belakang. Yang dia tidak tahu, pikiran Keyna sudah berlarian ke mana-mana, apalagi saat sesuatu yang keras di bawah sana tak sengaja mengenainya. 'Astaga. Calvert keras dan panas di jam seperti ini. Bagaimana caranya aku melarikan diri?' sementara sisi lain dirinya justru juga menginginkan pria itu sebesar Calvert menginginkannya. "Kau merasakannya?" Bisikkan hangat Calvert di belakang Keyna membuat wanita tersebut merinding. Sebelum sesuatu 'itu' berulang kembali, buru-buru Keyna turun dari ranjang dan berlari menuju ke arah mandi. Lalu tak berapa lama kemudian, tawa Calvert yang mengudara membuat Keyna berdesis kesal. *** "Besok aku akan mengenalkanmu dengan Joshua," gumam Keyna seraya mengambil satu set pakaian untuk Calvert di lemari. Sementara lelaki yang dia ajak bicara masih duduk di atas ranjang seraya melihat gerak-geriknya dengan saksama. "Kau sudah pernah bertemu dengannya. Tapi karena kau ... ehm, melupakannya, maka akan aku perkenalkan ulang." Keyna menoleh. Berjalan ke hadapan Calvert dan meletakkan pakaian yang sudah dia ambilkan di atas bantal. "Dia akan menjadi sopir pribadimu, yang akan mengantarkanmu ke mana pun selama aku tidak ada." Tidak. Jelas saja Keyna sudah sering bertemu dengannya. Sebab lelaki itu adalah teman baik Nic dan dirinya sendiri. Joshua bekerja di perusahaan Nic setelah memutuskan untuk tidak bergantung pada bisnis ayahnya. Dan setelah Nic mencoba berdiskusi dengannya perihal masalah Keyna, lelaki itu setuju untuk bekerja dengan Calvert. Berpura-pura menjadi sopir pribadinya. Sungguh orang yang gigih. Rela menjadi sopir padahal kehidupan keluarganya cukup baik. "Lalu kau akan pergi ke mana?" "Bekerja," jawab Keyna lugas. "Aku mungkin akan menghabiskan banyak waktu di kantor sehingga kau membutuhkan orang lain di rumah. Bagaimana pun, kondisimu masih harus dipantau." "Apakah aku tidak bekerja?" Keyna menghela napas. "Aku sudah mengajukan surat pengunduran diri di perusahaan lamamu. Lagipula, jaraknya sangat jauh. Kau tidak mungkin pulang pergi dari Montana ke Manhattan." "Aku bekerja di Montana sebelumnya?" Calvert bertanya dengan syok. "Kau ... tahu Montana?" Keyna seketika geming menatap Calvert. Calvert sendiri terdiam. "Ya, aku rasa aku tahu bahwa jarak Montana dan Manhattan jauh. Aku tidak tahu kenapa aku tahu. Semuanya refleks begitu saja." Keyna mengangguk dengan ragu, meski dia masih heran, bagaimana bisa Calvert mengetahui hal itu tetapi tidak tahu identitas dirinya sendiri. Apa lelaki itu memiliki keterikatan dengan Montana? Jika ya, lantas bagaimana dengan sebuah nama yang pernah lelaki itu sebut di malam pertama mereka? Apakah nama tersebut juga memiliki keterikatan dengannya di masa lalu sehingga lelaki itu refleks menyebutkan namanya? Keyna seketika menjadi pusing. Pikirannya mendadak penuh oleh berbagai tanya yang bergelayut. "Pokoknya, untuk sementara ini, tinggalah di rumah dan beristirahat. Jangan melakukan hal-hal berat. Aku akan memantaumu melalui Joshua nantinya." Calvert hanya mengangguk pelan menanggapi ucapannya. Sedangkan Keyna berlalu dari hadapan lelaki itu. Tidak ingin terus memikirkan hal-hal yang membuat kepalanya semakin penuh, dan membiarkan Calvert membersihkan diri. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN