Naughty Daddy

1029 Kata
Hembusan angin terus menerpa kulit mulus Zara di sepanjang perjalan menuju apartemen. Tidak terasa mobil sudah sampai di depan lobby apartemen. "Silahkan, Nona," kata Udin sambil membukakan pintu. Zara keluar dari mobil berjalan menuju ke apartemen Yudha. Sesampainya di depan apartemen Yudha, Zara menempelkan access card yang diberikan Yudha. Pintu terbuka dan Zara langsung masuk. "Arghh!" teriak Zara saat ada seseorang yang tiba-tiba memeluknya. "Tenang Baby, jangan teriak. Aku cuma meluk kamu bukan aku masuki," kata Yudha membuat Zara merinding. "Pak Yudha, lepasin saya," pinta Zara. "Baby, panggil daddy dulu baru saya lepasin," balas Yudha dengan tangan yang bergerlya ke mana-mana. "Daddy lepasin aku ya, tolong tangannya dikondisikan," kata Zara. "Oh, soal tangan terserah saya dong mau ke mana tangan saya," balas Yudha terkekeh sambil melepaskan Zara. "Pak Yudha sudah makan?" tanya Zara. Yudha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Belum, Baby. Aku menunggumu memasakan makanan untuk aku," jawab Yudha sambil tersenyum manis. "Baik, Daddy, Zara akan memasakkan makanan yang enak untuk Daddy," balas Zara. Ia sebenarnya jijik dengan memanggil daddy ke Yudha tapi ia tidak ingin membuat masalah. "Daddy tunggu di meja makan ya," kata Yudha menunjuk kursi yang berada di depan meja makan. Zara menganggukkan kepalanya lalu ia langsung berjalan ke dapur untuk memasak, sedangkan Yudha duduk di kursi sambil menatap Zara yang terlihat seksi saat memakai apron apalagi tubuh Zara yang bergoyang ke sana kemari. "Tubuhmu sangat indah, Zara. Rasanya aku ingin menyentuh tubuhmu dan memasukkan burungku yang ganteng ini ke milikmu," gumam Yudha memandang Zara. Tidak lama Zara sudah selesai memasak. Ia memasak telur dadar, nasi goreng dan ayam goreng. Zara melepaskan apronnya lalu ia membawa makanan tersebut ke ruang makan. "Silahkan dinikmati, Daddy. Semoga suka," kata Zara sambil meletakkan satu per satu piring ke atas meja. "Duduk, Zara. Ayo kita makan bersama," perintah Yudha. Zara mendudukkan dirinya di kursi. Mereka berdua mulai mengambil makanan yang ada di hadapan mereka lalu mulai memakannya dengan nikmat dan hanya ditemani suara dentingan sendok dan garpu yang saling menyahut. Selama makan, Yudha selalu memperhatikan gerak-gerik Zara. "Zara, keadaan ibu kamu gimana?" tanya Yudha berusaha memecahkan keheningan yang terjadi. "Kabar ibu saya sudah membaik dan dia hanya perlu istirahat aja. Terima kasih, Pak Yudha, atas pertolongan yang anda lakukan pada saya," jawab Zara dengan nada menyindir. "Saya akan selalu untuk kamu dan ibumu, Zara," balas Yudha dengan senyum manisnya. "Daddy enggak malu sama umur ya? Daddy enggak takut apa kalau kita bakal ketahuan sama istri Daddy?" tanya Zara. Yudha terkekeh. "Kalau lagi berduaan jangan bahas istri siapa pun, saya tidak suka," balas Yudha. "Daddy egois," kata Zara kesal. Zara yang kesal akhirnya memutuskan membereskan meja makan dengan cepat setelah semua makanan sudah habis. "Arghh! Kenapa aku bisa bertemu Pak Yudha yang sudah memiliki keluarga! Seharusnya aku tidak pernah meminta bantuan ke Samantha!" teriak Zara. Cup Tiba-tiba bibir kenyal milik Yudha menempel di leher Zara dan tubuhnya dipeluk Yudha dari belakang. Yudha menggigit-gigit kecil leher Zara hingga meninggalkan bekas kemerahan membuat Zara merasakan keanehan di tubuhnya. "Daddy, geli!" teriak Zara. Bukannya berhenti justru Yudha semakin berulah. Ia menghirup aroma tubuh Zara yang begitu menenangkan sambil mengeratkan pelukannya. "Wangimu sangat menenangkan, Zara. Saya suka dengan tubuhmu," kata Yudha sambil mengendus-ngendus leher Zara. Brakk Zara mendorong tubuh Yudha hingga terjatuh ke lantai. "Aduh, Zara, kok Daddy didorong sih? Sakit nih," kata Yudha sambil bangkit dari jatuhnya. "Siapa suruh jadi orang kegenitan," balas Zara sambil berjalan menuju kamarnya. "Arghh! Daddy turunin!" teriak Zara saat tubuhnya ditangkap Yudha. "Diam," balas Yudha. Yudha menggendong tubuh Zara ala bridal style menuju kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Yudha mengunci pintu kamar lalu ia meletakkan tubuh Zara di atas ranjang. "Zara, kamu siapin pakaian tidur saya. Saya mau bersih-bersih dulu," perintah Yudha. Zara hanya menganggukkan kepalanya. Yudha berjalan ke kamar mandi sedangkan Zara beranjak dari kasur berjalan menuju walking closet yang ada di kamar tersebut. "Pilih baju yang mana ya? Semuanya terlihat bagus," gumam Zara. Zara memilah-milah pakaian Yudha hingga matanya menatap ke sebuah piyama tidur berwarna pink. Ia mengambil piyama itu lalu membawanya ke ranjang. "Semoga Pak Yudha suka," gumam Zara sambil meletakkan pakaian tersebut ke atas ranjang lalu ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Zara melihat Yudha belum keluar dari kamar mandi mengambil ponselnya. Ia mengirim ke Thomas. "Woi, Thomas. Aku mau nanya, besok aku temenin siapa ke kondangan? Ada fotonya enggak?" tanya Zara di dalam pesan. Ting Ponsel Zara berbunyi menampilkan ada pesan masuk. Zara melihat Thomas yang mengirimkan pesan segera membukanya. "Kamu nemenin aku besok ke kondangan, aku enggak ada teman cewek," kata Thomas. Hahaha Tawa Zara menggema ke seluruh kamar saat membaca pesan dari Thomas. Ia seakan lupa bahwa dirinya saat ini sedang berada di apartemen dan sedang bersama Yudha. "Kasihan banget sih kamu, enggak ada teman cewek. Makanya jangan jomblo terus," balas Carla. "Kamu mau jadi pacar aku enggak?" tanya Thomas. "Apaan sih kamu? Enggak romantis banget jadi cowok," kata Zara. Cklekk Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Yudha yang hanya memakai handuk menutupi bagian tubuh bawahnya sedangkan bagian atas Yudha tidak ditutup sehelai benang pun. "Nanti lanjut lagi ya, aku ada urusan bentar," kata Zara. Yudha berjalan mendekati Zara. Ia mengernyitkan dahinya melihat ada piyama berwarna pink di atas ranjang. "Ini piyama yang kamu pilihkan untukku, Baby?" tanya Yudha mengernyitkan dahinya. "Iya, Daddy. Piyama itu lucu dan pasti kalau dipakai Daddy, kegantengan Daddy makin bertambah," goda Zara sambil menahan senyumnya. Ia memang sengaja mengerjai Yudha. "Baiklah, aku akan pakai tapi kamu juga harus ganti piyama yang warnanya sama denganku," perintah Yudha. Zara tiba-tiba teringat bahwa baju tidur berwarna pink yang ada di walking closet di apartemen ini hanya ada satu aja dan terlihat sangat seksi. "Aku enggak punya baju tidur warna pink," balas Zara. Yudha mengeluarkan smirk miringnya. "Jangan pernah membohongi saya, Zara," kata Yudha. Yudha berjalan ke walking closet tapi tiba-tiba tangannya ditahan Zara. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap manik mata Zara. "Aku akan mencarinya sendiri, Daddy. Nanti kalau sudah ketemu aku akan langsung memakainya," kata Zara. Yudha akhirnya membiarkan Zara sendirian ke walking Closet sedangkan ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. "Aku tahu kenapa kamu tidak mau memakai pakaian pink itu, Zara. Aku sengaja memilih sebagian pakaian tidur kamu terlihat seksi, Zara," kata Yudha sambil tersenyum kecil membayangkan Zara yang memakai baju tidur seksi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN