Author POV
Aurel baru saja bangun dari tidurnya. Sungguh dia merasakan kembali tidur berkualitas. Sejak kehadiran Rayyan seolah menjadi endokrin booster baginya. Rayyan menjadi sumber kebahagiaannya. Walau sebenarnya dia menyadari pria itu sebagai Raynand, bukan Rayyan. Tapi Rayyan tak mempermasalahkannya. Suatu saat Aurel akan sadar secara perlahan bahwa dirinya adalah Rayyan bukan Raynand.
Aurel merentangkan kedua tangannya. Berusaha melenturkan otot-otot yang kaku setelah tidur panjang. Namun yang dia temui adalah sepi. Tak ada indikasi lain selain kehidupannya di kamar megah ini.
Aurel panik. Dia ingin mencari sumber ketenangannya. Aurel segera bangkit dari ranjang dan berlari menuju kamar Rayyan yang berdampingan dengan kamarnya. Kamar bernuansa maskulin itu tampak sepi. Hanya ada aroma Pinus dan coklat yang tertinggal. Aroma tubuh Rayyan yang mampu membahagiakan hatinya.
"Kakak... Kakak... Kakak... Where are you? (Kau di mana?)" ucap Aurel. Netra birunya menyapu setiap sudut kamar Rayyan yang tertata rapi. Langkah kakinya bergerak perlahan mencari sosok pria yang selalu mengutamakan kebahagiaannya. Kemudian Aurel bergerak perlahan membuka pintu toilet dan walk on closed untuk mencari pria itu, tapi sayang Aurel tak menemukan siapapun di sana.
Kini hatinya mulai di gulung rasa khawatir. Dia takut Rayyan pergi meninggalkan dirinya. Perasaannya mulai mendung. Dan tanpa dia sadari setetes demi setetes air mata mulai membanjir di wajahnya.
"Hiks... Hiks... Kakak... Don't leave me...( Jangan tinggalkan aku) hiks... Hiks..." Ucap Aurel terisak.
Aurel bergerak kembali ke kamarnya dan netra birunya menangkap sesuatu. Ada sebuah piring dengan sajian di atasnya dan segelas air jeruk peras. Nasi goreng itu tampak cantik seperti sebuah lembah yang dihiasi pepohonan berwarna-warni. Juga ada beberapa potong nugget ABC yang menyusun sebuah ucapan.
"HAPPY DAY."
Aurel tersenyum membaca rangkaian kata dari nugget yang disandingkan. Bahkan Rayyan memberinya sebuah matahari dari telur mata sapi yang dihiasi potong wortel. Cantik dan menawan. Baru kali ini Aurel diberi perlakuan yang begitu istimewa dari seorang pria. Bahkan hatinya tak mampu menampung rasa bahagia itu.
Dear : Honey bunny Sweety.
Maaf kakak pergi sebentar.
Maaf kakak tidak pamit padamu.
Kakak akan segera kembali.
Tunggu di rumah ya.
Jadilah anak baik.♥️
Aurel membaca secarik surat yang disandingkan dengan sarapan cinta itu. Senyumannya mengembang. Rasanya sumber kebahagiaan selalu datang sejak kehadiran Rayyan.
Kini Aurel mulai menyuap nasi goreng cintanya. Dua mengecap rasa yang sempurna. Perpaduan asin, manis dan pedas yang sangat pas. Bahkan masakan koki di mansionnya kalah. Mungkin karena penyajiannya yang penuh cinta membuat rasa begitu berbeda. Tak terasa Aurel menghabiskan sajian itu tanpa sisa sebulir pun.
Dan Aurel kembali sadar. Pria yang ditunggunya, sumber kebahagiaannya hilang. Rayyan belum juga kembali. Hatinya kembali diliputi rasa khawatir. Aurel langsung menerjang pintu dan berlari menuju ruang kerja ayahnya.
"Di mana Daddy?" Ucap Aurel bertanya kepada bodyguard yang menjaga ruang kerja ayahnya.
"Mr Felix tak ada di ruangannya." Ucap salah satu bodyguard melarang dirinya masuk.
Aurel geram. Entah mengapa dia merasa ada hal buruk yang menimpa sumber kebahagiaannya. Aurel segera menyerang dua bodyguard yang tak mau memberi tahu keberadaan ayahnya. Dua bodyguard itu hanya mengelak tanpa melawan. Aurel memuaskan diri membuat dua bodyguard itu babak belur. Kemudian berlari menuju ruang olah raga. Aurel yakin Rayyan ada di sana. Aurel terus berlari menghindar dari kejaran beberapa bodyguard yang berusaha menahan pergerakannya. Sesampainya di depan pintu ruang olahraga. Aurel segera memusatkan energinya untuk menendang pintu itu. Alhasil pintu kokoh itu rusak dan terbuka karena sebuah tendangan ekstra.
"Kakak!!!" Teriak Aurel melihat Rayyan babak belur di tangan seorang pria.
Rayyan POV
Kakak"
Teriak Aurel saat melihatku tak berdaya di bawah tubuh pria besar yang menghajar ku tanpa ampun. Aku menoleh ke arahnya dan berusaha untuk tersenyum agar dia tak khawatir, walaupun itu mustahil. Aku melihat wajah gadis itu memerah menahan amarah.
Dia berlari lalu melompati ring tinju dengan lincah
TAP...
BLUGG...
Dengan gerakan terlatih, gadis itu menendang dagu pria yang mengkukung tubuh ku. Hingga tubuh besar itu ambruk.
DUAAGGHH..
BRUUKK..
Lalu Gadis itu berdiri dengan posisi kuda-kuda yang kokoh.
SEEET...
Aku tak menyangka gadis ini memiliki gerakan ilmu beladiri yang tampak terlatih. Setelah dipikir-pikir, wajar saja karena dia putri seorang Felix si raja iblis.
Pria itu berdiri lalu mengusap dagunya yang sobek dan mengeluarkan cairan merah berbau anyir. Kemudian menatap Mr.Felix untuk meminta persetujuan membalas anak gadis bos nya. Dan aku melihat Mr.Felix mengangguk. Dasar pria tua gila.
Apa dia mau mencelakakan putrinya sendiri?
Aku segera bangkit. Menahan rasa sakit di sekujur tubuhku. Namun sayang, terlambat.
Pria itu bergerak dengan cepat melayangkan tinju ke bagian perut Aurel hingga jatuh tersungkur dan terbatuk-batuk. Aku berlari memeluk istriku.
"Stop Aurel. Biar kakak saja."
"TIDAK!!! KAKAK SUDAH TERLUKA." Gadis ini sungguh keras kepala.
"Kau merusak harga diri ku jika kau yang menolong ku. Seharusnya pria yang melindungi wanita. Duduklah dengan tenang." Ucapku geram.
Gadis itu diam. Lalu aku berbalik arah. Kembali melayangkan tinju pada pria sombong berbadan kekar yang sedang tertawa. Aurel tak mengindahkan permintaan ku.
BUGGGHH..
BUGGGHH..
Pria itu hanya mundur beberapa langkah. Dia cukup kuat. Aku harus memusatkan tenaga ku. Aku tak ingin Aurel ikut dalam pertandingan ini. Entah mengapa kehadiran gadis itu membuatku seolah mendapatkan charger energy.
BUGGGHH.
Kini wajahku kembali menjadi sasaran empuk. Aku jatuh tersungkur dengan posisi terlungkup. Tapi aku segera melompat untuk bangkit. Memasang kuda-kuda yang tangguh. Untuk mengalahkan sosok yang lebih dominan.
SRAAAKKK..
SRAAAAKKK..
SEEETTTT..
Aku membiarkan pria itu terus menyerang. Hingga tenaganya habis. Yang harus aku lakukan saat ini hanyalah mengelak setiap pukulan nya. Agar dia terus memukul udara.
Dan saat kesempatan datang. Aku melompat tepat menjepit leher nya dengan kedua paha ku.
SEEEETT...
BUUUGGGHHH...
Pria itu terjatuh karena serangan ku.
Dia kehilangan keseimbangan saat tubuhku naik dan mencekik lehernya dengan kakiku. Setelah pria itu jatuh dalam kondisi terlentang di bawah ku. Tanpa ampun aku mengunci lengannya ke atas dengan tangan kanan ku. Lalu memberinya bogem mentah tepat di hidung pria itu hingga terdengar suara pekikan yang menyayat hati.
KRAAAAKKK...
Mendengar suara itu. Aku pikir dia perlu operasi plastik untuk memperbaiki hidung Bangir nya.
"AAAAAAAA..."
Pria itu pingsan dengan hidung yang terus mengeluarkan darah. Sedangkan aku, merebahkan diri di samping pria itu dengan nafas tersengal-sengal. Kupejamkan mata menikmati rasa perih di wajah dan sakit di sekujur tubuhku.
Lalu beberapa saat kemudian. Aku merasakan sebuah pelukan hangat dan basah di d**a ku.
"Hiks... Hiks... Hiks..." Aurel menangis saat memeluk tubuh ku. Aku merasakan dadaku basah dan hangat secara bersamaan. Kubuka mata ku perlahan. Kemudian mengusap surai lembut gadis itu dengan lembut.
"Don't cry Baby... you must smile..." Ucapku pelan.
"Forgive me... Because of me, you get hurt... Hiks... Hiks..." Aurel terisak.
"This is not your fault... aku hanya sedang berlatih..." Ucap menghiburnya.
Aku berusaha menenangkan diri nya. Namun sesaat kemudian. Dia berdiri dan memberi sebuah pukulan ke arah Mr Felix.
Namun sayangnya...
TAP...
Dengan mudah pria tua itu menangkap tangan Aurel.
Aurel tak kehilangan akal, dia memutar tubuhnya lalu menyikut perut Mr.Felix. Dan seperti nya serangan Aurel bukanlah apa-apa bagi Mr.Felix. Pria tua itu tampak santai. Bahkan tak meringis.
"Wow... Sepertinya kau harus banyak berlatih Honey... Pukulan mu seperti gigitan semut." Ucap Mr.Felix meremehkan kemampuan putri nya.
"..." Aurel diam seribu bahasa. Namun dia masih berusaha, dia mengayunkan kakinya ke atas hingga 180° untuk menendang wajah ayah nya. Alhasil... Gadis itu sukses menendang hidung Mr.Felix hingga mengeluarkan darah segar.
"You learn quickly, Honey... (Kau harus belajar lebih keras lagi, sayang...) Ucap Mr.Felix memuji putrinya dengan nada yang sangat menjengkelkan.
Pria itu mengusap darah dari hidung nya lalu tersenyum devil.
Dia mendorong Aurel hingga menabrak tali pada ring tinju. Memerangkap anak gadisnya di bawah kuasanya. Aurel meronta.
Tanpa rasa kasihan Mr. Felix mencekik leher putrinya. Orang tua macam apa dia? Dengan tega nya melukai putri nya sendiri.
Dengan hati yang penuh api, aku pun bangkit dan melayangkan tendangan-tendangan ke punggung tegap Mr.Felix. Hingga dia melepaskan cengkeramannya pada leher Aurel.
Aku segera menarik Aurel agar berdiri di belakang tubuh ku, berusaha melindungi nya. Aku adalah pria yang pantang melukai wanita. Jangankan secara fisik, secara ucapan pun aku selalu menjaga.
Aku tak habis pikir dengan Mr. Felix yang dengan mudahnya mencekik seorang wanita. Terlebih lagi, wanita itu adalah putri nya sendiri. Sungguh ayah yang kejam.
"Aku mohon jangan sakiti Aurel." Ucapku tulus lalu membalik tubuhku menghadap gadis itu dan memeluk nya erat.
"Hiks... Hiks... Hiks..." Aurel kembali menangis. Kini aku benar-benar bingung dengan perilaku gadis ini. Kemarin aku melihatnya seperti orang ketakutan luar biasa. Lalu menjadi anak kecil yang menggemaskan. Dan tadi baru saja aku melihat sisi lain di dirinya. Dia tampak tangguh dan tak takut apapun. Tapi kini dia menjadi gadis lemah yang cengeng, saat berada di pelukan ku. Apakah Aurel mengalami sindrom Bipolar?
"Don't Cry baby... I'm here... Don't Cry..." Ucapku menenangkan dirinya.
"Raynand... Hiks.." Aurel mengeratkan pelukannya. Namun jantungku terguncang, saat mendengar nama yang disebut oleh nya. Aku mematung saat dia mengucapkan nama kembaran ku. Apakah ini sisi Aurel yang sangat menggilai kakak kembar ku?
Entah mengapa hatiku merasa sakit. Hati kecilku menolak panggilan ini. Aku ingin Aurel mengenal diriku sebagai Rayyan bukan Raynand. Apakah aku cemburu. Entahlah. Mungkin semua ini karena dorongan psikologis ku yang selalu mengalah pada kembaran ku itu. Selalu mengalah tanpa memiliki kesempatan untuk egois.