Beberapa jam setelah wawancara kecil dan obrolan yang sekedar ramah-tamah, Davin datang kembali membawa beberapa barangnya. Dia diminta tinggal di paviliun keluarga Burhan. Sebagai sopir yang merangkap sebagai pengawal Selena, Davin harus selalu berada di sekitar gadis itu.
Davin harus membersihkan paviliun yang lumayan besar itu karena telah lama tidak ditempati. Memang beberapa barang cukup lengkap dan tertutup kain putih. Davin hanya perlu merapikan dan menyapu lantainya. Paviliun itu dulunya dipakai oleh tukang kebun keluarga Selena.
Dibandingkan dengan rumah besar dan beberapa apartemen miliknya, paviliun di rumah Selena itu tentu bukan apa-apa. Keputusan yang diambilnya memang beresiko, tetapi dia rela melakukan itu untuk bisa berada di sisi Selena. Cinta pertama yang boleh dibilang belum selesai. Selama ini, Davin selalu berusaha menjalin hubungan dengan wanita lain, tetapi nama Selena seperti berkarat dan melekat di hatinya.
Davin duduk di kursi yang tersedia di paviliun, lelaki itu tertawa kecil. Dia menertawakan dirinya sendiri yang rela melakukan hal konyol hanya untuk mendekati mantan kekasih yang bahkan sudah tidak mengingat siapa dia. Sekelebat bayangan Selena membayang di pelupuk matanya. Rasanya, ingin sekali Davin mengatakan kalau dia merindukan masa indah yang singkat saat mereka bersama.
Dulu, Kehidupan keluarga Davin sering berpindah-pindah. Itu mempengaruhi tingkat pendidikannya, sehingga dia dan Selena berada di tingkat yang sama. Beruntung, ketertinggalan itu tidak membuat Davin berkecil hati. Dia dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Davin justru bersyukur karena itu, dia bisa bertemu dengan Selena, cinta pertamanya.
"Permisi!"
Davin menoleh ke arah suara. Dia melihat Selena tengah berdiri di ambang pintu dengan membawa seprai, sarung bantal dan juga selimut di tangannya. Davin beranjak dari duduknya dan menyongsong kedatangan Selena.
"Ada apa?" tanyanya basa basi.
Davin sudah tahu sebenarnya kedatangan Selena hanya akan menyerahkan selimut dan seprai padanya. Dari sinar mata wanita di hadapannya, Davin bisa merasakan kalau Selena memiliki ketertarikan terhadap dirinya. Hanya saja, dulu Selena tidak seanggun sekarang. Meskipun dari tampilan dia cuek, tidak terlihat feminim, tetapi justru itu yang menyita perhatian Davin.
"Aku kesini hanya untuk selimut dan seprai, ini ambil." ujar Selena dengan nada datar. Selena yang dulu manis dan selalu berusaha menyenangkan hatinya tidak ada lagi. Anehnya, Davin justru menyukai sikap antipati yang ditunjukkan oleh Selena. Davin semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak tentang gadis itu.
"Terima kasih. Aku merasa tidak enak karena telah merepotkanmu." Davin melemparkan senyum manis seraya menerima barang-barang yang disodorkan padanya. Selena justru buru-buru mengalihkan pandangannya ke dalam ruangan. Sesaat kemudian, barulah gadis itu kembali memandang wajah Davin.
"Hanya mengantar selimut, apanya yang repot? Sudahlah, silakan merapikan ruangan. Nanti malam, setelah jam makan malam, aku akan pergi ke rumah temanku. Ingat, dandanlah yang rapi, jangan membuatku malu. Aku pergi dulu." Davin tidak mengerti, mengapa Selena bersikap acuh terhadapnya. Lelaki itu mencoba memahami, Selena tidak mengingat siapa dirinya. Seandainya ingat, belum tentu Selena mau bersikap manis. Mengingat masa lalu mereka berdua yang tidak mengenakkan.
Davin yang tidak sempat menyahut kalimat yang di ucapkan oleh selena hanya memandangi punggung wanita itu hingga tidak terlihat lagi. Davin segera masuk kembali ke dalam paviliun. Tempat yang akan menjadi saksi perjuangan Davin mendapatkan kembali cinta pertamanya. Lelaki itu hanya mengembuskan napas perlahan seraya memandangi ruangan sempit yang akan menjadi tempat tinggalnya itu lalu mulai menyibukkan diri merapikan tempat tidur.
Sementara itu.
"Lo tau nggak, sih. Sopir yang bokap gue dapet itu cocok buat jadi model. Ganteng banget, tiap dekat dia rasanya jantung gue pengen lompat." cerita Selena pada Sera sahabatnya via telepon.
"Serius ada lelaki seperti itu yang mau jadi sopir?" Sera tentu saja tidak percaya dengan penuturan sahabatnya.
"Serius, gue juga nggak nyangka. Kalau gini sih, gue bisa jatuh cinta sama dia. Gawat!" keluh Selena yang direspon dengan tawa cekikikan dari Sera.
"Inget, lo udah punya Vino. Lagian lo kan anak sultan, ngapain coba pacaran sama sopir, bikin malu aja." cibir Sera.
"Asal ganteng kayak dia sih, gue nggak masalah. Lagian kita semua kan manusia, apa bedanya dia sama gue." ceplos Selena. Sera heran kenapa sahabatnya mendadak bijak.
"Lo nggak kesambet kan, Len?" tanya Sera serius, Selena justru tergelak mendengarnya.
"Emang iya, kan?" Selena seolah meyakinkan pada Sera kalau dirinya tidak sedang salah bicara
"Iya juga sih, tumben lo bijak kayak om Mario Tegar. Apa jangan-jangan gara-gara lo emang udah jatuh cinta sampai tergila-gila sama tuh sopir?" sindir Sera.
Selena meringis.
"Nggak semudah itu, dong. Gue gak bisa sembarangan jatuh cinta. Gue harus bikin dia yang jatuh cinta ke gue. Lagipula gue punya Vino, nggak mungkinlah gue ninggalin Vino gitu aja." Selena meyakinkan Sera kalau dia tidak akan pernah menunjukkan ketertarikan pada Davin.
"Bagus. Lo nggak bisa gitu sama Vino, apalagi kalian kan sudah lama bareng. Gimana kalau Davin buat gue aja?" Pertanyan Sera sukses membuat Selena tertawa lepas.
"Silakan aja kalau dia mau, Sih." ungkap Selena santai.
Gadis itu hanya menganggap ketertarikannya sebagai ketertarikan sesaat. Apalagi ada Vino yang kini menjadi kekasihnya. Selena meraup wajahnya pelan, saat sekelebat bayangan wajah Davin membayang di pelupuk matanya.
"Bener, ya. Jangan nyesel lo kalau gue dapetin dia." Sera terdengar meledek, Selena hanya tersenyum tipis.
"Gue udah punya Vino." tegasnya kemudian.
Setelah jam makan malam.
Davin sudah menunggu Selena di depan pintu rumah gadis itu. Malam ini, Davin mengenakan kemeja putih dengan bagian lengan di gulung hampir sampai siku. Celana jins biru yang menjadi bawahan tampak begitu serasi. Sesekali lelaki itu melihat ke arloji yang melingkar di tangannya, menatap ke arah pintu, menunggu kehadiran Selena. Entah mengapa, menantikan kehadiran Selena membuat Davin merasa sedikit gelisah.
Suara ketukan high heels Selena terdengar menggema, Davin mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Seketika dia terhipnotis, gadis yang dia lihat cuek tadi siang berubah drastis. Malam ini Selena memakai mini dress yang pas di badan. Warna peach bling-bling dengan area pundak dan d**a sedikit terbuka membuat gadis itu semakin menawan. Davin menelan salivanya sendiri, dia benar-benar susah mengalihkan perhatiannya dari sosok Selena.
"Ayo kita berangkat, Davin. Apalagi yang kamu lihat?" bisik Selena tepat di telinga Davin.
Lelaki itu terkesiap. Meraup wajahnya sendiri dan segera menyusul Selena yang sudah menunggunya di dalam mobil.Davin berusaha tenang dan menguasai dirinya. Pesona Selena telah membuatnya gagal berpikir jernih. Davin menyesali kesalahan masa lalunya. Seandainya saat itu dia tidak terbawa emosi, mungkin hubungannya dengan Selena tidak akan berakhir konyol.
"Davin, aku boleh bertanya sesuatu?" Selena sengaja memecah kesunyian di antara mereka.
Mereka yang duduk bersebelahan membuat Davin dengan mudah menoleh ke arah Selena. Mengatasi dirinya yang masih terbawa suasana. Dia ingin terlihat biasa saja di hadapan gadis itu.
"Silakan. Mau nanya apa?" tanyanya santai.
"Menurut kamu, aku cantik?" Pertanyaan Selena membuat Davin salah tingkah. Dia berusaha menelan salivanya kembali dan sesekali memandang ke arah luar. Padahal pertanyaan sepele, tetapi itu menjadi sensitif bagi Davin.
"Kamu cantik." ucapnya pelan.
Selena tersenyum tipis. Dia merasa triknya sudah tepat. Tujuannya adalah membuat Davin jatuh hati. Mungkin terkesan jahat, tetapi Selena merasa tertantang untuk melakukan ini.
"Terima kasih pujiannya." Selena mengukir senyum di bibirnya. Sialnya, itu membuat detak jantung Davin tidak terkontrol.
Note:
Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.