Burhan duduk di meja kerjanya dengan gelisah. Lelaki itu menggoyangkan kursinya berulang kali. Mendapatkan sopir yang sesempurna permintaan Selena tidak akan mudah. Siapa lelaki sempurna seperti itu mau bekerja menjadi sopir? Burhan semakin gusar, lelaki paruh baya itu mengetuk-ngetukkan pena di tangannya ke atas meja.
Suara telepon berdering mengejutkan pimpinan Pesona Group itu dan terkesiap. Pandangan matanya langsung tertuju pada gagang telepon berwarna putih yang terletak di atas meja kerjanya. Perlahan, lelaki itu mengulurkan tangannya, mengambil gagang telepon dan menjawab panggilan tersebut.
"Selamat siang," sapa lelaki itu pada seseorang yang ada di seberang sana.
"Dengan pak Burhan?" tanya si penelepon.
"Betul, saya sendiri." sahutnya singkat, dengan nada bersahabat.
"Bapak yang memasang iklan di internet? Saya Davin, saya memenuhi kriteria yang bapak cari dan ingin melamar pekerjaan sebagai sopir anak bapak." Seketika kabar itu membuat Burhan bersemangat. Harapannya untuk mendapatkan sopir yang sesuai dengan keinginan Selena akan segera terpenuhi.
"Kalau begitu, jam empat sore datang ke alamat rumah saya yang tertera di dalam iklan. Saya harus memastikan anak saya yang setuju kamu menjadi sopirnya." pesan Burhan.
Tentu saja, ayah Selena itu tidak bisa mengambil keputusan seorang diri. Apalagi Selena sudah mematok seperti apa supir yang diinginkannya. Segala keputusan tentu saja ia serahkan kepada putrinya. Burhan ingin Selena memiliki sopir yang sesuai dengan impian gadis itu. Burhan tidak akan merasa tenang sebelum menemukan sosok yang sesuai dengan impian anaknya.
"Baik, Pak. Saya akan datang ke rumah bapak nanti sore. Kalau begitu sampai bertemu nanti, selamat siang."
"Selamat siang."
Senyuman Burhan mengembang. Ada rasa tenang menyeruak ke dalam perasaannya. Dia berharap, sosok lelaki yang melamar sebagai sopir Selena itu sesuai dengan keinginan putrinya lalu dia bisa mengandalkan lelaki itu untuk mengawasi setiap gerak-gerik Selena. Burhan sering dihantui ketakutan putri semata wayangnya akan mengalami hal buruk jika dia terus membebaskan gadis itu pergi keluar rumah seorang diri.
Di dalam sebuah ruangan, seorang lelaki dengan paras mempesona tengah tersenyum lebar. Dia adalah Davin, sosok pria yang melamar sebagai sopir Selena. Lelaki itu masih menggenggam ponsel yang digunakannya untuk menghubungi Burhan dan memakai kedua tangannya itu untuk menopang dagunya.
"Selena, sebentar lagi kita akan bertemu. Kali ini aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku akan memastikan kamu menjadi milikku.Seperti apa kamu sekarang? Pasti kamu sangat cantik, sama dengan beberapa tahun yang lalu." Davin bermonolog.
Sore harinya.
Burhan dan Selena tengah duduk di ruang tamu, menantikan kehadiran Davin. Selena bersikap acuh, dia tidak yakin kalau ayahnya bisa mendapatkan sopir sesuai dengan persyaratan yang diajukan. Gadis itu bahkan yakin, dia bisa mengusir orang yang melamar sebagai sopirnya dengan tenang. Selena fokus pada permainan yang tengah ia mainkan. Dia menyandarkan punggungnya ke sofa, pandangan matanya tertuju ke layar ponsel.
"Seharusnya kamu senang karena ayah sudah menemukan sosok pria yang kamu inginkan." ungkap Burhan yang tengah membaca majalah bisnis terbaru minggu ini. Di hadapannya, secangkir teh yang masih mengepulkan asap tersedia.
"Aku tidak yakin, dia bisa sesuai dengan yang aku mau." ujar Selena acuh,
Pada dasarnya, selena tidak pernah setuju dengan permintaan ayahnya. Dia terpaksa menerima karena Burhan akan tetap mengekangnya jika dia tidak memiliki sopir. Sementara Selena harus kembali berkumpul bersama dengan beberapa temannya dalam waktu dekat. Terutama Vino, kekasihnya.
"Selamat sore," Suara seorang lelaki yang terdengar merdu menggema dan mengisi ruang tamu. Burhan segera meletakkan majalahnya dan menatap ke arah pintu, sementara Selena justru bergeming, cuek dan tetap fokus pada telepon genggamnya.
"Silakan masuk." Burhan mempersilakan Davin masuk ke dalam rumah. Dengan langkah pasti, Davin memasuki ruang tamu keluarga Burhan. Matanya sempat melirik gadis yang diyakininya sebagai Selena itu. Dia sama sekali tidak terusik.
"Selena, tunjukkan sopan santunmu, calon sopirmu sudah datang. Beri dia sambutan." tegur Burhan dengan tegas. Selena mengalihkan pandangannya. Dia menatap ke arah Davin yang kini duduk tepat di hadapannya.
Sialnya Davin terlalu sempurna di mata Selena. Lelaki itu tidak hanya memenuhi kriterianya, tetapi aura yang dimiliki oleh Davin menyedot perhatiannya. Dengan balutan kemeja biru langit dan celana jeans putih, lelaki dihadapannya benar-benar seksi.Setelah Burhan menjabat tangan Davin, kini giliran Selena. Saat saling menggenggam satu sama lain, pandangan keduanya bertemu.
Selena merasa kalau Davin tidak asing, tetapi dia gagal mengingat kembali, siapa Davin yang sesungguhnya. Sementara Davin tentu saja terpesona dengan Selena. Beberapa tahun berlalu justru membuat gadis itu tumbuh menjadi wanita yang cantik jelita.
"Ehm." Burhan sengaja mendehem untuk menyadarkan keduanya. Seketika, Davin dan Selena melepaskan kaitan tangan mereka dan kembali duduk di kursi masing-masing.
"Saya harus mulai wawancara singkat denganmu setelah Selena setuju untuk menjadikan kamu sebagai sopirnya. Jadi, bagaimana Selena? Kamu mau menerima dia sebagai sopirmu?" Meskipun sudah tahu Selena akan menerima Davin sebagai sopirnya, tetapi Burhan tetap berusaha untuk meminta pendapat Selena.
"Karena aku akan ada acara malam ini, ya sudah, aku setuju dia jadi sopirku, Yah." Serena menunjukkan sikap antipatinya. Dia tidak ingin sopir mengatur urusan pribadinya sekarang. Dia tidak akan membiarkan kisah cintanya kembali pupus karena ulah seorang sopir. Kali ini, dialah yang sepenuhnya mengambil kendali.
"Bagus, kalau begitu ayah mulai wawancaranya." Burhan bersiap menanyakan beberapa hal kepada Davin.
"Tunggu!" Selena membuat semua yang hadir memperhatikannya.
"Ada apa, Nak?" Burhan bertanya dengan heran.
"Kamu yakin, ingin menjadi sopirku?" Selena menatap Davin dengan seksama.
Selena merasa, Davin bahkan cocok menjadi seorang model Dia tidak perlu bersusah payah untuk menjadi sopirnya. Sebagai seorang wanita yang paham soal fashion, pakaian yang dikenakan Davin dia tahu bukan pakaian murahan. Belum lagi jam yang melingkar di tangannya, dia curiga kalau lelaki di hadapannya itu memiliki motif tertentu.
"Yakin."
"Apa motif kamu hingga bersedia menjadi sopirku?" cecar Vania lagi.
Gadis itu merasa butuh memberikan beberapa pertanyaan pada Davin.
"Tidak ada, motifku hanya untuk bekerja. Aku butuh uang." Permainan peran Davin sangat bagus. Dia bisa meyakinkan Selena dan ayahnya dengan ekspresi yang tampak polos.
"Aku punya banyak peraturan tidak tertulis, apa kamu yakin akan tetap menjadi sopirku? Saat menjadi sopirku, sepenuhnya aku yang mengaturmu." ucap Selena lantang.
Dia tidak akan membiarkan bayangan masa lalunya terulang lagi. Dia benci diatur oleh sopir seperti pada masa lalunya beberapa tahun lalu. Kali ini, Selena harus memastikan kalau sopirnya yang berada di dalam kendalinya.
"Itu tidak masalah, Non."
"Jangan panggil aku, non. Panggil nama aja, Selena. Karena kamu setuju, sekarang tugas ayah buat interview kamu." Selena melirik Burhan, beberapa detik kemudian, Selena berusaha mengedarkan pandangannya ke beberapa sudut ruangan. Sebenarnya, Selena tidak tenang. Pesona Davin membuatnya selalu ingin menatapnya.
"Karena anak saya setuju, jadi kita mulai saja interview-nya. Siapa nama kamu?" Burhan menatap tajam Davin, seolah sedang mengawasi.
"Davin, lengkapnya Davin Revandra." jawab Davin dengan lantang.
"Usia?"
"Dua puluh delapan tahun."
"Sebelumnya apa pekerjaan kamu?"
"Karyawan minimarket, Pak."
"Kamu benar-benar lajang? Ini syarat utama dari Selena."
"Benar. Pacar saja saya tidak punya." jawab Davin serius.
Beberapa jam yang lalu, dia memang memiliki kekasih, bahkan calon istri. Sekarang dia sudah kehilangan semuanya.
"Boleh saya lihat KTP kamu?" Davin merasa sedikit risih dengan tatapan Burhan yang seolah akan mengulitinya.
Lelaki itu paham sekarang. Selena adalah anak kesayangan pimpinan Pesona Group. Pantas saja kalau persyaratan menjadi sopir sedikit tidak lazim.
Davin lalu berdiri dan mengambil dompet di sakunya. Lelaki itu mengeluarkan KTP dan menyerahkan pada Burhan. Mungkin, Burhan khawatir dia berbohong dengan statusnya.
Setelah mengamati hingga beberapa saat. Burhan menyodorkan kembali KTP itu pada pemiliknya. Burhan mengulurkan tangannya.
"Selamat, kamu diterima menjadi sopir Selena anak saya. Davin, selain menjadi supir, kamu juga harus menjadi pengawal Selena. Jaga dia dengan baik. Masalah gaji, saya bisa bayar kamu dua kali lipat dari yang tertera di iklan. Bagaimana?" Burhan mengajukan penawaran.
Buat Davin, uang bukan hal yang dia cari. Hidupnya sudah serba mewah tanpa harus bersusah payah. Apalagi, dia adalah pewaris tunggal perusahaan yang dikelola oleh ayahnya.
Asal bisa di sisi Selena, Davin siap pasang badan. Dia ingin merebut kembali hati cinta pertamanya. Baginya, apapun asal di sisi gadis itu, dia tidak akan keberatan.
"Saya siap, Pak. Saya janji akan menjaga Selena dengan baik. Saya akan memastikan kalau dia aman selama saya ada di sisinya." Burhan puas mendengar jawaban Davin.
Selena tentu tidak keberatan. Dia justru senang dapat menemukan sopir yang sesempurna Davin. Diam-diam, dia melirik ke arah lelaki tampan itu. Meskipun akhirnya ia berpaling cepat dan mengabaikannya.
Dengan sopir setampan Davin, Selena tidak akan malu lagi. Teman-temannya pasti akan memuji. Terlebih, Davin sangat istimewa.
"Bagus. Saya harap kamu bisa memenuhi janji kamu."
Note:
Hallo para pembacaku tersayang. aku cuma mau kasih tahu kalian kalau karyaku My Hot Driver ini ekslusif hanya ada di Dreame/Innovel. Jika kalian menemukan karyaku ini di tempat lain, itu artinya kalian sedang membaca karya bajakan. Sebagai penulis asli dari n****+ ini tentu saja aku tidak pernah merelakan tindakan pembajakan tersebut begitu saja. Bagi kalian yang sedang membaca karya ini juga dilarang untuk menyebarluaskan dalam bentuk PDF/SS, karena tindakan kalian termasuk dalam kategori pembajakan dan bisa dikenakan pasal yang otomatis berurusan dengan kepolisian. Teruntuk kalian yang sudah baca My Hot Driver dari bab awal hingga tamat aku ucapkan banyak terima kasih. Salam sayang untuk kalian semua.