"Ampun... Ampun...!" pekik Alan kalut, sementara Rose hanya melihat prosesi pemberian hukumam pada Alan. Sesekali sudut bibirnya terangkat, entah mengapa ia sangat menyukai saat seseorang meringis memohon ampun padanya. Itu membuat dirinya merasa jauh lebih hidup.
"Itu Nyonya!" desis Olive. Ia melepaskan pegangan Dude, berjalan sendiri ke arah ibu kandungnya.
Olive berhenti tepat di depan Rose, ia tak segan menangkup kedua tangannya memohon keringanan untuk Alan
Bruugggh... Olive mengandalkan dua lututnya untuk bersimpuh kepada bosnya itu
"Olive!" cicit Rose kaget. Tadikan ia baru saja memastikan anaknya terlelah dalam mimpinya. Tapi mengapa sekarang ia ada disini. Dengan raut kecemasan serta tatapan begitu memohon.
Mengapa Olive jadi selemah ini.
"Nyonya... Saya mohon hentikan hukuman untuk Alan" risak Olive dengan tangan bergetar. Sesaat ia mengatakannya. Terdengar teriakan Alan
"Aahhkkkk...!" raung pemuda itu. Entah apa yang sedang berlaku pada tubuhnya. Bahkan Olive spontan memejamkan matanya takut
"Nyonya... Nyonya... Semua ini'kan terjadi karena Nyonya menyangka saya terluka. Tapi lihat saya baik-baik saja. Jadi tolong lepaskan Alan dan Nona Mina" rayunya lagi. Meski Olive ragu akan mempan.
Rose berdiri sambil bertolak pinggang. Kenapa anaknya jadi lemah karena membela orang rendahan seperti mereka.
Aahkk... Ini karena Olive terlalu sering berteman dengan mereka. Jadi hatinya begitu cepat lunak. Padahal Olive telah disiapkan menjadi seorang gadis sekuat mercusuar. Tak akan goyah meski ombak besar menerpanya
"Pengawal, bawa Olive ke kamarnya!" titah Rose yang itu artinya ia menolak permohonan Olive. Dan Justru wanita itu berniat semakin menghukum Alan
Olive menggeleng. Ia berdiri sebelum para pengawal lainnya menyentuh tubuhnya
"Jangan sentuh saya!" cicitnya geram. Jejak-jejak gen Rose kini terlihat di dalam dirinya
"Nyonya... Jika itu keputusan anda. Maka saya juga akan memutuskan untuk mengundurkan diri. Saya tahu, tidak semudah itu untuk saya lepas. Tapi saya akan menghadapinya" ancamnya dengan mata berapi-api. Ia bahkan mengepal tangannya kuat.
---
"Eugine... Bawa Mina ke kamarnya" titah Kale. Sambil menurunkan istrinya, menyerahkan Mina yang sejak tadi ia gendong kepada lelaki tua itu.
"Baik, Tuan" tanggap Eugine.
"Lo bisa jalan?!" selidik Kale. Karena tak mungkin ia mengijinkan Eugine menggendong Mina dengan cara yang sama.
Mina mengangguk meyakinkan Kale.
Setelahnya Kale bermaksud ke ruangan tempat Rose dan Olive berkumpul. Lelaki itu sampai disana. Dengan Dude yang berdiri di luar.
"Tuan...!" kagetnya namun juga penuh harap. Kale cuma melirik keberadaan Dude dari ekor matanya.
"Tuan... Tolong hentikan hukuman Alan. Dan jangan biarkan Olive mengundurkan diri" desisnya yang mendengar semuanya. Kale melanjutkan langkahnya, membuka ruangan itu. Masih tersisa ketegangan di antara keduanya.
"Ma... Aku yang mengijinkan Olive dan Mina keluar rumah" bela Kale. Entah mengapa ia tak akan rela jika Olive pergi dari rumah ini.
Olive memandangi Kale, ia merasa haru. Padahalkan Kale hanya mengijinkan mereka jalan-jalan sampai belakang danau.
"Apa Kale?!" desak Rose tak suka. Anaknya'kan yang paling tahu dan hafal segala peraturan yang berlaku di rumah ini. Tapi dia juga yang menghianati peraturan itu.
"Seharusnya Mama tidak meminta Alan dan Dude mengejar mereka. Ayoklah Ma, ini cuma kejadian kecil!" kata pria itu.
Ia melirik ke area hukuman Alan
"Heii Kalian... Hentikan semuanya!" suruhnya. Dalam sekejap kedua algojo itu berhenti seolah robot yang di matikan tombolnya on-nya
"Dude... Masuk!" pekiknya lagi. Lelaki tinggi tegap itu dengan sigap memenuhi panggilan Kale.
"Iyah, Tuan!"
"Bangunkan dia" tunjuknya ke Alan yang mungkin pingsan setelah jari jemarinya hampir saja di gencet dengan alat kuno yang dipakai para pertarung dulu dengan cara mengandalkan tali untuk menekannya, Kalau saja Kale telah lima detik. Mungkin saat ini tulang jemarinya telah remuk dan tak bisa di gunakan lagi
Tanpa di mandatkan dua kali Dude berlari ke Alan. Bagaimanapun Alan adalah sahabatnya.
"Alan...!" ucapnya sambil membangunkan lelaki itu
"Eeegghh... Dude" lenguh Alan pelan. Keringat bercucuran menjadi satu dengan darah segar menghiasi wajah Alan yang babak belur.
"Ayok Lan, naik ke punggung gue" cicit Dude yang sambil berusaha merekatkan lengan Alan ke bahu lebarnya.
"Olive sebaiknya kamu kembali ke kamarmu. Keadaanmu terlihat masih pucat. Dan satu lagi, saya menolak permohonan pengunduran dirimu" tanggap Kale dingin
"Baik, Tuan" sahut Olive sambil terunduk patuh. Tak ada lagi yang perlu ia cemaskan. Bahkan keadaan Mina pastinya juga telah terjamin setelah Kale turun tangan.
Kale berniat pergi setelah mengacak-acak semua kebijakkan yang Mamanya buat
"Kale...!" hardik Rose tak suka.
"Ma... Berapa kali Mama harus membuat orang takut dengan sikap Mama.
Mama tahu, walaupun Mama tidak melakukan apapun tapi semua orang akan bergetar jika melihat Mama. Yah, aku ingat. Sewaktu aku kecil. Aku bahkan tidak memiliki satupun teman. Bukan karena aku yang tidak mampu bersosialisasi tapi karena rata-rata dari mereka takut sama Mama.
Tolong jangan seperti itu lagi, Ma" lirih Kale di akhir kalimat.
Sebentar saja mengenal Mina yang penuh kasih membuat Kale sadar, seharusnya seorang wanita cuma memiliki sifat seperti Mina. Lembut, manja dan apa adanya.
Bukan seperti Mamanya yang selalu terobsesi dengan kekuasaan. Bagaikan gunung everest yang tertutup salju. Indah namun juga mematikan
---
Membicarakan Mina membuat pria itu rindu menatap istrinya. Ia langsung masuk kamar Mina. Kontan Mina yang berbaring terjengkit kaget
"Mas... Mas gimana kabar Olive, Alan dan Dude?!" tanyanya sambil merangkak diatas tempat tidur berniat untuk duduk di ujung ranjang.
Mina sempat mendengar dari Eugine jika Alan mendapat hukuman yang jauh lebih berat darinya.
Cepat Kale menahan pinggul Mina yang berniat merubah posisinya jadi duduk.
"Kenapa?!"
"Lo gitu ajah. Paha belakang lo'kan sakit!" alibi Kale. Padahal ia menyukai posisi Mina seperti ini. Seolah menantangnya untuk menepuk bo-kongnya
"Terus gimana keadaan Olive sekarang? Apa Alan menjalankan hukumannya atau Dude juga ikut di hukum" cecar Mina
"Satu-satu dong!" protes Kale yang jadi bingung harus cerita dari mana.
"Oke satu-satu!" Mina mendudukkan dirinya, karena pegal juga terus mengandalkan tumpuan lengannya. Ia meringis pelan saat merasakan lukanya tertekan.
Kale membelalakan matanya untuk sikap Mina. Tadikan dia meminta Mina untuk tetap pada posisinya. Memang cuma wanita itu yang berani melanggar perintahnya maupun Rose
Sedang Mina memilih menunduk seolah tidak melihat pelototan suaminya.
"Alan gimana, Mas?!" cicitnya masih sangat ingin tahu.
"Kenapa lo jadi khawatir sama Alan?!" selidik Kale tak suka. Mina menggaruk tengkuk lehernya.
"Tadi katanya mau cerita!" desisnya sangat pelan.
"Kalau Olive?!" Mungkin dengan menanyakan Olive, Kale akan mengisahkan semua kejadian tadi pada Mina.
"Olive baik!" kata Kale sambil berdiri
"Mas tunggu baik. Maksudnya gimana?!" Kenapa cerita tuh mesti setengah-setengah sih! Sementara Kale sendiri tidak mengerti cara membeberkan pendapatnya. Apalagi semua yang terjadi tadi tergolong biasa mengingat bagaimana kejinya Rose, Mamanya. Yang bahkan bisa menabrak wanita yang di tuding ingin merebut Hadi darinya.
Dan semenjak itu juga, Kale menutup mulutnya. Sebagai anak, ia cuma tidak ingin jauh dari wanita yang telah melahirkannya.
Kale kembali duduk. Menatap Mina yang masih berharap mendapatkan lanjutan cerita.
"Olive terluka, tetapi ia wanita yang kuat!" sahutnya lebih pelan. Ada hal yang Kale ingin bagi kepada Mina.
Cerita tentang dirinya yang juga pernah terkurung bersama tikus sewaktu kecil. Kenangan yang membuat Kale sebenarnya juga akan bergidik kengeriaan saat melihat binatang itu. Cuma saja tadi ia mencoba bersikap tenang di depan Mina. Dan untungnya ia berhasil mengatur mimik wajahnya.
Kale sendiri tidak paham mengapa ia justru ingin membongkar sisi gelap dirinya kepada Mina. Tapi ia juga tidak mampu jika terus memendam semua hal buruk yang pernah terjadi tanpa pernah bisa berbagi pada siapapun
Seandainya saja ia memiliki sodara kandung, Mungkin Kale tak akan terlalu kesepian seperti sekarang.
Mina mengangguk-angguk. Benar, Olive gadis yang kuat. Ia bahkan selalu salut dengan Olive. Senyum terukir dibibirnya.
"Eeuummm!" Kale berdehem. Dia juga ingin di tanya sama Mina.
Mina kembali melihat Kale yang mengeluarkan suara auman. Matanya berbinar seperti biasanya
"Terus kalau kabar Dude?!" tanya Mina riang.
Kale mengacak rambutnya. Kenapa dia gak di tanya? Kapan bagiannya dikhawatirkan seperti ini sama Mina.
Tapi yang tentunya Mina tak akan mungkin menanyakan Kale. Memang apa yang terjadi sama pria itu.
Ia bahkan sudah bisa menjaga dirinya sendiri.
Oh salah... Ia sudah bisa menyiksa orang lain. Bibit-bibit penjajahan Rose telah turun di diri lelaki yang sayangnya berstatus suaminya.
"Gue ingatkan! Mulai sekarang jangan bicarakan laki-laki lain di depan gue. Lo tahu, itu bikin gue risih" akunya
Mina menyeritkan alisnya... Tunggu, jadi semakin banyak larangan untuknya. Bisa tidak Kale menuliskan saja mana yang boleh dan tidak boleh ia kerjakan.
Ia takutnya justru terbalik-balik. Saking begitu banyaknya.
"Udah?!" tanya Kale. Udah sesi tanya-jawabnya. Betulan cewek udik ini gak mau tanya dia?
"Udah...!" Yah, sudahlah... Meski hasilnya tidak memuaskan. Dua dari tiga pertanyaan tidak di jawab. Yang satunya lagi cuma muncul jawaban ambigu.
"Oke gue yang tanya!" Hhaah... Kale sudah kepalang tanggung ingin cerita. Jadi dia memutuskan memancing rasa ingin tahu Mina
"Tanya apa?!" timpal Mina sedikit tak suka. Apa sih yang mau lelaki ini tahu. Bisa gak sih tinggalkan dirinya begitu saja.
"Lo takut tikus?!" Ahk... pertanyaan apa itu. Bahkan semua wanita di dunia ini mungkin juga takut dengan bintang berbulu itu. Mina tak menjawab langsung. Ia cuma menjalin kedua jemarinya. Gantianlah.... Tadi diakan yang di buat penasaran setengah mati
"Soalnya gue juga takut" yah walau Mina tak memakan umpannya tapi Kale sudah membuka sedikit tentangnya
"Oh,yah?!" Wanita itu semakin mendekat. Ada rasa mau tahu mengapa Kale yang notabanenya lelaki gagah berani juga takut dengan tikus.
"Yah... Dan sewaktu usia gue lima tahun. Gue pernah tidur di tempat yang jauh lebih menyedihkan dari itu" balas Kale jadi sedikit sedih.