Gudang belakang

1428 Kata
Alih-alih mengabaikan tingkah Rose, Keputusan yang Hadi tempuh justru membuat ia terus menjauh dari Kale. Anak laki-laki satu-satunya dan itu membuat Hadi begitu menyesal, tidak bisa mendidik Kale seperti yang seharusnya. Karena Kale berada di bawah kuasa Rose penuh. Hal-hal yang terjadi di hidup Kale, adalah agenda yang Rose siapkan supaya Kale tumbuh menjadi anak yang membanggakan. Tak memperdulikan apakah nanti anaknya akan berubah dari seorang anak biasa menjadi robot hidup tak berperasaan. Yah... Hadi akui bersama dengan wanita psychopath itu hartanya semakin menggunung seolah tak akan pernah habis. Bahkan dengan cepat Hadi menjadi salah satu orang dari sepuluh orang terkaya se Asia. Karena sifat Rose yang dingin, cara berfikirnya yang licik sampai ia yang bisa membaca situasi dengan baik. Tidak sulit bagi Rose membantu Hadi mencapai masa kejayaannya. Obsesinya yang membawa ia seolah tak bisa tergeser dengan para pesaing usaha selihai apapun itu Sifat-sifat yang semakin membuat Hadi pengap, ia hanya membutuhkan pendamping hidup. Istri yang akan menyambutnya saat pulang kerja disertai gelak tawa dari anak mereka. Tapi mengharapkan sikap Rose berubah menjadi seperti itu justru semakin membawa Hadi hampa dalam kekecewaan Ia larut dalam pelariannya. Karena memilih menceraikan Rose hanya akan semakin menyakiti perasaan Kale. Flashback Off Dude menjadi murung dengan kenyataan yang ia terima. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya menghampus perasaannya kepada Olive sementara karena rasa ini juga pria itu mau bekerja disini sebagai salah satu bodyguard orang kaya. Padahal, Dude begitu benci dengan sikap orang kaya seperti Rose. Apa ia harus kembali menjadi pelatih gulat atau bisa di sebut juga wrestling. Rose keluar, beruntung ia tidak memergoki Dude yang masih tertunduk lesu di samping pintu. Bahkan Dude sendiri kaget, ia seolah melihat sadako, hantu jepang yang paling ditakuti. Keinginannya untuk pergi dari Olive justru membuat Dude sangat rindu menatap gadisnya lagi. Pelan, ia mendorong pintu kamar Olive yang memang tidak terkunci. Kakinya melangkah masuk tanpa sadar. Kemudian pria itu terjongkok di samping Olive. "Nona Olive...!" panggilnya sangat lembut sambil mengguncangkan lengan wanita itu. Dude tidak bermaksud mengganggu tidur Olive. Tapi dia juga sadar, niat awalnya kesini untuk membantu Alan "Eeeuuuhh!" lenguhan keluar dari bibir Olive. Sedang Dude hanya bisa memperhatikan wajah Olive. Benar, jika di lihat Olive sedikit mirip dengan Rose, ahk kenapa ia tidak menyadarinya selama ini. Dan justru dengan kurang ajarnya berharap bisa mendapatkan gadis itu sebagai pendamping hidupnya. Mata Olive terbuka, ikut melihat wajah Dude yang melamun, Olive mengangkat kepalanya sedikit. Sekarang jarak mereka hanya beberapa inchi. Dan itu bikin hati Dude semakin dagdigdug. "Dude!" cicit Olive. Dude membuang pandangannya. "Ada apa?!" tanya Olive. Pasti ada hal yang penting sampai Dude masuk kamarnya. Setahu Olive Dude adalah lelaki beradab jadi gak mungkin sembarangan gini. "Olive maafkan aku... tapi Alan butuh bantuanmu" ucap Dude langsung ke intinya "Alan?!" beo Olive "Yah... Nyonya... Nyonya Rose memerintahkan dua algojo untuk memberi efek jera pada Alan. Kamu tahukan apa artinya?!" Olive segera bangun. Ia gak mau terjadi sesuatu pada Alan. Lagipula ia merasa baik-baik saja. "Ayok kita ke Nyonya Rose. Menyiksa seseorang bukanlah tindakan yang dibenarkan. Aku tahu Nyonya Rose memang wanita yang keji. Tapi kita harus lebih bisa menghentikannya!" sahut Olive menggebu. Dude terdiam 'yah... sayangnya wanita keji yang kau sebut itu adalah ibumu, Olive!' bathinnya bicara. "Dude... Ayok!" tantang Olive. Dude dengan sigap memapah Olive. Kalau perlu ia mau menggendong Olive, Sayang... Olive bukan wanita selemah itu. "Hati-hati jalannya Nona!" intruksi Dude tanpa sadar. Olive menyerit "Kamu panggil aku apa?!" desaknya "Eemm... enggak! Aku hanya mengkhawatirkan Nona Mina juga!" tutur Dude berkelit "Aahkk... Benar, bagaimana keadaan Nona Mina, Dude. Aku yang mengijinkannya pergi keluar. Pasti saat ini ia juga di hukum oleh Nyonya" duga Olive sangat khawatir. "Aku tidak tahu, tapi yang aku dengar Nona akan dimasukkan ke gudang belakang" info Dude --- Sesaat mereka sampai Rose memang mengijinkan Mina untuk "tidur" dengan tenang. Tapi setelah kembali dari kamar anak perempuannya. Wanita itu berniat menghukum Mina Disebuah gudang tua yang ukurannya tak lebih dari 1x1 meter. Tadinya tempat itu untuk menyimpan pupuk tanaman. Tapi karena terlalu jauh dengan taman. Sehingga bangunan itu di abaikan begitu saja. Tempat yang Rose sulap menjadi penjara yang sesungguhnya. Sisa-sisa pupuk kandang masih membekas. Banyak juga serangga-serangga kecil, tempat yang pengap serta gelap gulita itu bisa membuat siapapun yang masuk akan merasa gila dalam sekejap. Tubuh Mina yang masih lemah di lempar ke dalam. Tak ada rasa kasihan, karena ini pelajaran untuk Mina agar tidak lagi bermimpi bisa keluar sebelum perjanjian diantara mereka usai. "Hhhaaahh...!" Mina terjaga, rasa dingin, dengan bau busuk seakan menusuk indera penciumannya. Kontan ia berdiri, matanya memindai sekitarnya, gelap dan lembab... Mina tidak bisa memperkirakan apa yang ada di ujung ruangan, nampak sepasang mata seolah terus memperhatikannya. Mengeluarkan suara yang semakin memompa jantung Mina. "Cciiitt... ciiit...!" Ooh, tidak... Itu suara binatang pengerat. Semakin maju kearah Mina, kontan Mina semakin merapatkan tubuhnya di daun pintu. Tikus got dengan ukuran besar, menjadi peneman Mina di dalam ruang hampa itu. "Tolong... Tolong, bbrrakk... bbrakkk... buka!" teriak Mina keras. Ia bahkan tidak memperdulikan tangannya yang kebas kemerahan karena terlalu keras memukul pintu. "Buka... Ampuni aku ampun. Hikkss... hikksss!" "Maaf Nona... Tapi kami di minta untuk memasukkan anda ke dalam sini" ucap seorang laki-laki. Meski Mina tak mampu melihat wujudnya tapi setidaknya ia merasa ada harapan untuk berbicara, mungkin jika ia memohon sekali lagi lelaki itu akan bersimpati padanya. Bukankah semua orang bisa punya rasa welas asih. Kecuali Rose "Tuan... Tolong saya, katakan kepada Nyonya Rose. Saya tidak akan melanggar larangannya lagi. Tapi tolong buka!" ucap Mina memelas. Sambil menaiki satu kakinya takut bintang itu merayap ke atas tubuhnya. Enggak, memikirkannya saja rasanya sudah membuat Mina ingin pingsan. Tapi ia harus kuat. Matanya tak boleh terpejam jika tak mau menjadi korban gigitan tikus itu. "Sekali lagi saya minta maaf, Nona!" Suara lelaki itu hilang dengan derap langkah kakinya yang semakin jauh. Mina tahu ia telah di tinggal. Hatinya layu, satu-satunya orang yang ia ingat hanya Kale. Mungkin cuma lelaki itu yang mampu membebaskannya dari sini "Mas... Mas Kale!" cicitnya lemah --- "Ayok Dude, sebentar lagi kita ke tempat Alan!" semangat Olive yang memaksa berjalan meski tertatih. Sedang di luar, Kale baru saja pulang dari pabrik. Muka semua orang tegang saat melihatnya, nampak juga kepedihan dan rasa murung. Bahkan Eugine rela menunggu pria itu di pintu utama. "Tuan...!" sapanya "Ada apa ini, kenapa semua nampak tegang... Apa yang terjadi?!" Kale memang akan sangat peka dengan situasi. Ia sebuah copyan sempurna seorang Rose. "Nona... Nona ada di gudang bekas pupuk, Tuan!" desisnya pelan. "Apa? Kenapa?!" "Itu karena Nona dan Olive ketahuan keluar rumah. Dude dan Alan diminta mengejar mereka, dan sekarang Olive terluka. Sedang Nona di berikan hukuman oleh Nyonya" lapor Eugine. Kale tak bereaksi. Wajahnya sama sekali tidak berubah, tapi bukan berarti ia tidak peduli. "Tuan... Kasihanilah Nona, Ia hanya ingin jalan-jalan, tapi kenapa harus sampai masuk ke sana" lanjut Eugine. "Iya saya tahu, saya akan kesana" sahut Kale tanpa ekspresi "Tapi pintu di kunci, dan Putra yang memegang kuncinya!" info Eugine lagi sebelum Kale berubah fikiran. Di saat itu lewatlah Putra berniat melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang kebun. "Berikan kuncinya!" suruh Kale "Kunci apa, Tuan?!" "Gak usah pura-pura, atau lo mau gue pecat?!" ancamnya dingin. "Tidak Tuan, ini kuncinya tapi tolong jangan katakan apapun kepada Nyonya!" balas Putra seraya menangkup kedua tangannya. Kale tidak menjawab ia pergi. Tapi hatinya selalu bertanya Mengapa Mamanya sangat menakutkan di mata orang lain. Ia tahu Rose adalah wanita yang tegas. Tapi ia juga kadang bisa punya nilai keibuan yang penuh kasih. Atau hanya Kale yang bisa merasakannya. "Mas... Mas...!" Kale bisa mendengar suara sayup-sayup dari dalam. Sementara tangannya membuka kunci pintu Ceekrreekk... cckreekk. Mina melotot, itukan suara gesekkan kunci. Apalagi terlihat gagangnya yang bergoyang "Tuan... Tuan mau menolong saya?!" pekiknya bahagia. "Iyah... Lo jauhan dari pintu!" titah Kale. "Mas Kale!" beo Mina. Tak percaya lelaki itu betul datang. "Iyah, Mas. Makasih Mas...Makasih" Mina tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia mundur, sambil memeluk tubuhnya supaya tak mengenai kotoran di sekililingnya Braaakk... Kale membuka pintunya, Mina langsung berlari berhampur memeluk suaminya itu. "Mas... Makasih, Makasih banget!" katanya sambil merebahkan kepalanya didada Kale. Sedang tangannya mengelus punggung Kale Cciitt.... ciitt... Tikus itu keluar, sebagai jeda pasangan suami istri yang sedang berpelukkan. Atau justru penyatu keduanya? "Iiihh... !" Komentar Mina lebih dalam memeluk Kale. Ia tak segan menyembunyikan wajahnya di d**a Kale "Hahaha...itu yang temenin lo di sini?!" komentar pria itu. Menyebalkan, tapi Mina juga sadar... Ini pertama kalinya Kale tertawa "Gak mau, aku gak mau masuk ke sana lagi" ungkap Mina manja. "Gak mau karena ada tikus itu?!" "Pokoknya gak mau!" "Iyah... gak akan lagi kok!" ucap Kale berjanji sambil ikut memeluk Mina Ahk... dasar binatang peng-erat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN