Follow untuk terus dapat notifikasi baru saat author punya cerita baru ya.
Devan mengajak Alya turun dan menggandeng tangan gadis itu turun kemudian mengajaknya ke dalam bertemu dengan teman-teman lamanya. Ada Sandra juga di sana yang tidak lain adalah seorang perempuan yang dulu pernah diidolakan semua lelaki di sana. Devan barangkali termasuk pria yang beruntung karena telah berhasil memacari Sandra, akan tetapi itu bukan hal yang membanggakan, karena bukan hanya dari tampangnya saja, Sandra yang dijuluki Queen di sekolahnya nampak biasa saja.
Saat Devan datang, Sandra langsung menyambut kedatangan Devan dengan begitu hangat. Akan tetapi tautan tangan pria itu bersama Alya tidak lepas. Dia menggenggam jemari Alya dengan mesra seolah memamerkan kebahagiaanya. Sandra yang tadinya hendak bersalaman dengan cara cium pipi kanan dan kiri mengurungkan niatnya saat Devan dengan mesranya mengajak Alya ke perkumpulan teman-temannya.
"Widiiiih, mantan udah move on. Dan lo masih belum bisa ngelupain Devan nih, San?" ledek Bagas yang kemudian bersalaman dengan Devan.
Pria itu mengajak Alya duduk. Dengan penampilan yang mungkin tidak memalukan bagi Devan dia tidak salah mengajak gadis itu ketika dengan sopan dan gaya yang elegan ketika berlagak di depan teman-temannya.
"Cewek baru?"
"Iyalah," jawab Devan dengan begitu sombongnya.
Sandra yang terlihat cemburu dan menatap Alya dari atas sampai bawah, tetapi tidak ada yang salah jika Devan mendapatkan gadis cantik yang melebihi cantiknya dari Sandra. "Dia kuliah di mana?"
"Dia baru balik dari luar negeri," seka Devan yang seolah tak memberikan kesempatan bagi Alya untuk berbicara. Takut jika gadis kampung itu salah menyebutkan hal-hal lain nantinya.
Alya pun yang duduk di sana mulai mengambil minuman karena tenggorokannya terasa sangat kering belum minum apa pun dari tadi. Bahkan dia sangat lapar untuk saat ini, tetapi bagaimanapun juga dia tidak bisa mengambil langkah yang salah. Jika seandainya dia makan saat ini, itu pasti akan menjatuhkan harga diri seorang Devan dan membuat pria itu malu.
"Kalau lapar makan aja!" sahut Stev teman sekelas Devan dulu.
Mereka masih asyik dengan candaan masing-masing. Begitulah reuni ala orang kaya, begitu pikir Alya dan masih santai dengan pembawaannya. Dia telah belajar banyak hal selama di salon tadi, jika salah. Tentu dia tidak akan pernah dimaafkan oleh Devan.
"Minum nggak malam ini? Kapan lagi kita bisa kumpul kayak gini, bro," sorak Bagas yang kemudian memberikan gelas kepada Devan dan dituangkan minuman yang sepertinya minuman beralkohol, karena Alya pernah melihat itu di beberapa film yang dia tonton.
Mengingat bahwa perintah Devan agar dia memanggil Devan dengan sebutan sayang selama berada di acara tersebut. Alya memejamkan matanya kemudian bertanya demikian. "Sayang, kamu minum?" ucap Alya tanpa ragu-ragu.
Devan mendekat dan mengangkat alisnya. "Iya sayang. Ini cuman untuk perayaan reuni kok. Nggak bakalan terulang lagi kalau kamu nggak suka," Devan mendekati Alya kemudian mencium pipi gadis itu hingga Alya hanya bisa mematung karena untuk pertama kalinya mendapatkan ciuman dari seorang pria. Bahkan orang yang disukainya pun belum pernah melakukan hal seperti tadi.
Tapi, tunggu dulu? Orang yang disukai oleh Alya berada di tempat jauh yang tidak mungkin akan menyusul Alya ke tempat baru seperti sekarang ini. Ah, sudahlah. Alya kembali lagi dengan tujuan utamnya berada di acara tersebut.
Melihat Sandra yang nampak kesal saat Devan mencium Alya tadi. Nampaknya begitu berhasil cara Devan membuat perempuan sombong itu cemburu. Dulu, Sandra yang mencampakkannya hanya karena dia belum sukses seperti sekarang ini dan meninggalkan Devan dengan cowok lain yang berasal dari sekolah lain. Hingga kuliah, Sandra masih berpacaran. Kemudian setelah tahu Sandra putus, Devan tidak ingin mengejar lagi dan fokus dengan pendidikannya.
"Nggak adil dong kalau gadis cantik ini nggak minu, Van," ledek Bagas kemudian mencekoki Alya dengan anggur tersebut. Awalnya Alya tetap menolak, tetapi dengan paksaan itu Alya membuka mulutnya hingga terpaksa meminum minuman tersebut.
Sebenarnya Devan tidak suka dengan hal itu, tapi mau bagaimana lagi dia harus berlaku adil karena beberapa temannya yang membawa pacarnya melakukan hal yang sama.
"Diajak ngamar?" tanya Bagas kepada Devan. Perlahan ketika melihat Alya berusaha untuk terus tersadar, Devan merasa keberatan dengan hal itu.
Devan meletakkan gelasnya saat Alya mulai tertidur di meja. "Sialan, kalian buat dia mabuk,"
"Dia cuman minum beberapa kali, sudah mabuk gitu? Dia nggak biasa minum gitu?"
"Ini untuk pertama kalinya,"
"Dan sepertinya pacarmu itu belum pernah tersentuh, Devan. Lihat saja dari semuanya terlihat begitu kencang,"
"Ah, sialan," celetuk Devan yang berencana mengajak Alya pulang walaupun acaranya belum selesai karena dia takut jika terjadi apa-apa dengan Alya. Atapun nanti jika Alya berbicara ngelantur karena efek mabuk tersebut dan mengatakan sandiwaranya ini. Bisa hancur reputasinya di hadapan teman-temannya.
Bagas terus berusaha menghalangi, tetapi Devan berusaha mencari alasan agar dia dan Alya diberikan izin untuk pulang terlebih dahulu.
Di seberang sana Sandra sengaja menghindar agar bisa meredakan rasa cemburunya kepada Devan.
"Tahan dong! Di kasih kesempatan gitu lo masih bego, San," ujar Bagas yang sepertinya mengerti dengan perasaan Sandra.
"Maaf, gue nggak bisa. Devan mulai nggak suka sama gue,"
"Lo yang campakkan dia dulu. Kadang yang orang yang lo campakkan kadang lebih bahagia dari lo di masa depan. Maka dari itu apa yang bagus belum tentu terlihat bagus, lihat sekarang kan kalau Devan yang lo hina-hina dulu sekarang lebih sukses dari cowok lo itu. Apalagi sekarang ceweknya itu cantik banget, ngalahin lo malah. Dan juga ceweknya kuliah di luar negeri," jelas Bagas dan semakin membuat Sandra kesal.
di luar sana, Devan yang kesusahan karena beberapa kali Alya justru tertawa sambil mendorong tubuhnya. Sesekali gadis itu mencium pipinya dan membuat Devan geram dengan tingkah gadis itu. Bisa-bisanya mempermalukan Devan dengan beberapa kali tenggukan sudah mabuk seperti itu.
Setibanya di rumah, tidak ada orang. Sepertinya orang-orang sudah tidur, mau tidak mau Devan harus mengurus Alya sendirian. Dia menggendong gadis itu ke kamar, dan sepanjang perjalanan menuju kamar Alya merancau menyebut nama pangeran yang entah siapa itu akan tetapi sesekali mengelus pipi Devan.
Di kamar, Devan menurunkan gadis itu kemudian tangan Alya justru bergelantungan di leher kemudian menarik Devan yang saat itu baru saja menurunkan tubuh Alya di atas kasur yang membuat tubuh Devan langsung ambruk. Wajah Devan tepat berada di d**a Alya yang begitu jelas terlihat belahan d**a Alya yang cukup besar itu. Devan berusaha melepaskan diri.
"Jangan ke mana-mana, ayo kita tidur bareng," rancau Alya. Tetapi ini tidak bisa dibiarkan.
Baru saja Devan berusaha bangkit lagi, bibirnya di sambar oleh Alya dan gadis itu berteriak girang. Lelaki itu berhasil melepaskan diri, dan hendak kembali lagi ke kamarnya. Tetapi Alya bangun dari tempat tidurnya dan berdiri dibelakang Devan.
Terlihat tubuh gadis itu tidak bisa berdiri seimbang. Devan langsung menangkap saat Alya hendak jatuh, "Aw, sakit," Alya mengaduh saat Devan dengan begitu bodohnya melepaskan Alya hingga terjatuh. Karena tangannya tepat mendarat di d**a Alya yang tidak bisa dilakukan oleh Devan adalah menahan dirinya.
"Ini bahkan bukan pertama kalinya buka pakaian seorang wanita. Tapi, untuk melakukan itu dalam keadaan mabuk adalah hal yang paling bodoh,"
Devan membantu Alya dan meletakkan kembali di atas kasur. Saat Alya meraba dadanya, yang pertama kali di rasakan oleh Devan adalah menegang. "Begitu besarnya daya tarik gadis bodoh ini," Devan langsung menarik selimut dan menutup tubuh Alya saat gadis itu tidak bergerak lagi.
Pria itu melihat ke area bawahnya yang menegang karena Alya. "Sialan."