Pelarian

665 Kata
Ketika berhasil melepaskan diri dari pelukan Leon. Vanesha terkejut melihat seluruh pakaiannya tergeletak tak beraturan lantai. Namun anehnya ia tidak menemukan pakaian pria itu di antara tumpukan pakaiannya yang berantakan. Dengan perasaan malu ia meraih pakaiannya itu. Ada bau amis yang tercium dari sana. Mungkinkah...? perlahan ia mulai mengumpulkan ingatan yang hilang selama ia mabuk. Tapi sayangnya ia tak berhasil mengumpulkan informasi selain memori ketika ia muntah di tubuh pria itu. Ya Tuhan...! Vanesha bergidik ngeri membayangkan sekesal apa pria itu ketika gadis mabuk seperti dirinya muntah di jasnya. Vanesha buru-buru memakai pakaiannya, lalu menaruh beberapa lembar uang ratusan di atas nakas sebagai kompensasi atas pakaian yang dikotorinya. Setidaknya pria itu bisa memakai uang tersebut untuk mencuci pakaiannya di binatu. Setelah itu, ia mengendap-endap seperti pencuri keluar dari kamar tersebut. Ia tak bermaksud membangunkan pria itu dari tidurnya yang lelap, ia bermaksud melarikan diri. *** Keesokan paginya, Vanesha bergegas ke kantor dengan memakai pakaian kerjanya yang simple. Membutuhkan waktu hampir satu jam untuk membersihkan diri dari aroma alkohol yang menyengat. Ia bahkan sempat memesan air kelapa untuk menyegarkan pikirannya. Berharap ia bisa fokus bekerja hari ini setelah semalaman alkohol mengambil alih kesadarannya. Setibanya di kantor, ia mendapati para rekan kerjanya asyik bergosip tentang seorang pria yang akan menjadi CEO baru mereka. Vanesha sudah mendengar gosip itu beberapa bulan lalu. Tapi menurut sumber gosip yang terpercaya, Bella Belle—rekan kerja Vanesha yang tingkat kepo-nya sudah mencapai level dewa, menurut wanita berambut ikal bertubuh seksi ala gitar Paris (p****t tipis p******a makin menipis) CEO baru mereka akan datang hari ini, dan mereka penasaran seperti apa wajah CEO mereka yang konon katanya wajahnya luar biasa tampan juga rupawan. “Nes, elo nggak kepo sama CEO baru kita?” tanya Bella penasaran kenapa cuma Vanesha yang tidak ikut mendengar perbincangan gosip terhangat mereka pagi itu. “Eh, nggak tuh!” ujar Vanesha yang memang tidak tertarik sedikit pun tentang cerita CEO baru mereka. Karena bagi Vanesha, kedatangan CEO baru juga tidak ada bedanya. Ia tetap harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang. “Ah, elo mah terlalu fokus kerja atau lagi sibuk deh ngurusin Alfian!” sindir Bella yang mengenal sosok Alfian cukup dekat. Vanesha tersenyum skeptis, “mulai sekarang jangan pernah sebut nama itu lagi!” ujarnya memperingatkan. “Kenapa?” dengan sigap Bella langsung meluncur mendekati meja kerja Vanesha. Ke-kepo-an dia sudah mulai berada di level tertinggi. “Udah, nggak usah dibahas. Pokoknya gue udah putus sama dia. Titik!” gumam Vanesha, enggan membicarakan pria pengkhianat itu lagi. “Beneran?” tanya Bella, nyaris tidak percaya. Vanesha yang selama ini BuCin alias b***k Cinta sama Alfian, bisa putus begitu saja dan dia terlihat baik-baik saja. “Malas ah’ bahas dia! mending elo lanjut nge-gosip tentang bos baru kita. Tuh, para Bellarians (sebutan untuk penggemar gosip terbaru Bella) sudah menunggu.” Lalu Bella pun sibuk bergosip dengan rekan kerjanya yang lain. Tapi tidak dengan Vanesha yang harus berkutat dengan laporan yang diminta pak Rian untuk segera diselesaikan. *** Vanesha menyelesaikan laporan tersebut tepat waktu dan segera memberikannya pada pak Rian—managernya. “Baiklah, laporanmu oke. Kalau begitu kau bisa antarkan ini ke ruangan pak Direksi sekarang?” “Baik pak.” Vanesha meraih laporan tersebut dan membawanya ke ruang direksi. Di tengah lorong, Vanesha terkejut melihat sosok yang takkan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Pria itu berjalan dengan tubuh tegap, atletisnya. Bersama pada dewan direksi yang mengiringinya menuju ruang rapat. Ya Tuhan... ini bencana. Vanesha tak sanggup menutupi kepanikannya. Ketika menyadari bahwa pria yang semalam tidur di hotel bersamanya adalah sang CEO baru. Ia pun bersiap melarikan diri, namun sayangnya langkah kaki para rombongan petinggi perusahaan begitu cepat sehingga jarak mereka berada semakin dekat. Tak memiliki tempat untuk bersembunyi, Vanesha segera membalikkan badan. Bersembunyi dari rombongan yang sibuk berbicara. Jantungnya berdegup kencang tatkala pria itu melintasinya. Untungnya, pria itu tidak menyadari kehadirannya atau memang Vanesha yang terlalu panik karena pagi tadi ia baru saja melarikan diri darinya. Sepertinya hidupnya akan semakin sulit setelah ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN