bc

Terjebak CEO Kembar

book_age18+
783
IKUTI
4.2K
BACA
love-triangle
contract marriage
one-night stand
friends to lovers
independent
drama
sweet
office/work place
lonely
colleagues to lovers
like
intro-logo
Uraian

Di hari ulang tahunnya bukannya mendapat hadiah, Vanesha malah dikejutkan oleh sebuah berita kehamilan Rissa yang mengakui pengkhianatan kekasihnya, Alfian.

Merasa hancur dan putus asa, Vanesha mabuk dan mendapati dirinya terbangun di sebuah kamar hotel mewah bersama seorang laki-laki tampan bermata biru yang bernama Leon.

Di sisi lain, seorang CEO bernama Lian adalah adik kembar Leon menawarinya pekerjaan sebagai sekretaris pribadi.

Hidup Vanesha semakin kacau semenjak kehadiran dua laki-laki kembar yang mulai mengacaukan hidupnya. Leon yang ceria dan hangat, serta Lian yang dingin dan pendiam. Keduanya bersaing untuk memperebutkan Vanesha, tapi di sisi lain Alfian datang kembali padanya untuk memintanya memulai kembali hubungan seperti sedia kala.

Kepada Siapakah hati Vanesha akan berlabuh diantara dua pria kembar tampan yang berjuang untuk mendapatkan hatinya...? lalu bagaimana dengan seorang wanita cantik yang tiba-tiba hadir ke dalam kehidupan mereka dan mengacaukan semuanya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Testpack
Suara hiruk pikuk bar yang remang-remang itu semakin memekakkan telinga. Ini pertama kalinya gadis bertubuh mungil yang akrab disapa Vanesha menginjakkan kaki di tempat yang menyuguhkan berbagai macam hiburan terlarang seperti minuman keras, narkoba, dan wanita penghibur. Semua dosa manis akan kau temukan di terkutuk namun tetap digemari ini. Sayangnya, ia butuh semua kemaksiatan itu untuk menyegarkan pikirannya. Berharap tempat hiburan malam ini akan mampu menyembuhkan lukanya karena pengkhianatan kekasihnya, Alfian. Testpack. Benda sialan itu! Vanesha membencinya. Kalau saja dia tidak sengaja menemukan benda itu tersimpan di tas kerja Alfian. Ia mungkin tidak akan pernah menyadari pengkhianatan kekasihnya selama ini. Rissa, Ayu, Dian, siapa pun nama perempuan yang memiliki benda pipih bergaris dua itu, ia harus mengucapkan terimakasih karena telah menyadarkan imajinasinya tentang hubungan kekasih yang sempurna bersama Alfian. Sekarang ia sekarat di tempat menyedihkan ini. Berteman setia botol-botol minuman keras yang belum juga mampu mengobati rasa sakit di hatinya. Vanesha menuang kembali cairan memabukkan itu ke dalam gelas sloki. Meminumnya dengan cepat. Ia menjulurkan lidahnya ketika minuman haram tersebut meresap masuk, melintasi tenggorokannya. Rasa pahit sedikit membakar lidahnya, ia nyaris mati rasa. Tapi itulah yang ia butuhkan kini. Mabuk adalah satu-satunya cara yang terpikir dalam benaknya untuk menghilangkan patah hatinya. Ia melirik arlojinya. Malam semakin larut, suasana bar semakin hiruk pikuk oleh beberapa pengunjung yang asyik menggerakkan tubuh mengikuti irama musik disko di lantai dansa. Larut dalam pesta dansa dan musik disko yang menggelegar. Beberapa pengunjung tergeletak tak sadarkan diri di lantai bar, sehingga para petugas keamanan terpaksa membopongnya ke luar. Vanesha melirik ke arah mereka sambil tersenyum miring. Lalu pandangannya berputar ke sekelilingnya lagi, sebelum akhirnya ia menuangkan cairan dari botol ke dalam gelasnya lagi. Sayangnya, botol itu telah kosong. Ia telah menenggak habis seluruh minumannya. Tapi ia masih menginginkan minuman itu lagi. Akalnya masih memikirkan Alfian dan pengkhianatannya. Ia harus minum lebih banyak lagi. Dengan suara serak, ia berteriak memanggil pelayan agar mengambilkannya minuman. Sayangnya suaranya yang lemah terbenam oleh alunan suara musik disko yang keras. Vanesha menunggu beberapa saat dengan tubuh yang sulit ia kendalikan. Ia bahkan nyaris terjatuh dari kursinya. Beberapa waktu kemudian, pelayan tak juga datang ke mejanya. Ia pun berdiri sambil terhuyung-huyung dan berjalan menuju pintu keluar. Dengan sisa kesadaran dan tenaga yang ia miliki. Ia berhasil melewati dua penjaga yang tak sengaja ditabraknya. “Kau baik-baik saja, Nona?” Dengan sigap penjaga itu menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai. “Jangan menyentuhku.” Vanesha berusaha menghalau tangan penjaga yang menahan tubuhnya. “Aku a—kan baik-ba—ik saja.” Ujarnya sambil terus meracau. Cairan itu mempengaruhi fungsi otaknya. Hingga ia sendiri tak sadar apa yang ia ucapkan. Penjaga itupun melepaskan Vanesha dan membiarkan gadis itu berjalan pulang sendiri tanpa pengawalan. Beruntungnya Vanesha memesan kamar hotel yang berada di salah satu lantai di dalam gedung tersebut. Setidaknya ia bisa kembali ke kamarnya dengan mudah. Ia berhasil menekan tombol lift yang segera terbuka beberapa detik kemudian. Vanesha melangkah masuk ke dalam box ruangan berukuran 2x2 tersebut. Ia berdiri di dalamnya dengan tubuh lunglai. Menunggu pintu lift mengantarkannya ke lantai yang ia tuju. Tapi sial, ia lupa menekan tombol lantai yang dimaksud. Ia terus meracau sambil menggerutu tentang lift yang tak kunjung naik. Beruntungnya seseorang menekan tombol lift dan masuk ke dalam. Awalnya pria itu tampak ragu ketika melihat satu penumpang perempuan di dalam lift dengan kondisi nyaris tak sadarkan diri karena mabuk. Pria itu sesekali melirik ke arah wanita yang saat ini menatap lurus ke arahnya. “Dasar kau pria b******n! Pergi kau hadapanku!” Vanesha berteriak histeris ke arah pria itu. “Hei,” seru pria itu merasa terusik oleh kehadiran Vanesha yang tiba-tiba saja berteriak memaki dirinya. “Kau mabuk nona.” Ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Vanesha yang tanpa ia sadari telah mengutuk laki-laki itu dengan sumpah serapah. Setelah selesai menumpahkan kekesalannya, Vanesha pun terdiam sejenak. Tangannya masih tetap mencengkeram kerah baju pria tersebut. “Menjauh dariku!” Pria itu berusaha melepaskan diri dari gadis yang mual-mual di hadapannya ini. Tapi sayangnya ia terlambat menyelamatkan diri. Vanesha memuntahkan seluruh isi dalam perutnya ke atas tubuh pria itu. Sehingga pria itu hanya berdiri kaku dengan tubuh berlumur kotoran perut gadis yang mabuk tersebut. “Sial!” maki pria itu kesal. Sayangnya gadis itu pun limbung tak sadarkan diri. “Hei ... bangun! Bangun!” Vanesha pun terkapar dalam pelukan pria asing tersebut dengan kondisi tak sadarkan diri. *** Sial, seribu kali sial. Leon memaki kesialannya hari ini. Meeting yang tertunda, klien bisnis yang kabur, ditambah satu gadis mabuk yang muntah di atas tubuhnya, menambah daftar kesialan yang menimpa dirinya. Leon berusaha menyadarkan gadis yang sudah tak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol yang tercium dari aroma napas yang menguar di sekeliling gadis itu. Entah sudah berapa botol minuman yang ditenggaknya, hingga gadis itu roboh—tak sadarkan diri. Ting... pintu lift terbuka otomatis. Seseorang berseragam pelayan hotel berdiri di depan pintu lift dan terkejut melihat salah satu tamu hotel mereka tergeletak di lantai lift. “Perlu bantuan, Tuan?” Dengan sopan pelayan tersebut menawarkan bantuan. Leon ragu meminta bantuan pelayan itu, karena ia sendiri tak yakin di kamar berapa gadis itu menginap. “Tuan?” panggil pelayan itu lagi. “Iya, tolong bawa dia ke kamarku.” Leon akhirnya memutuskan membawa gadis asing itu ke kamarnya. Dengan sigap pelayan itu membopong tubuh Vanesha ke kamar yang dituju. Vanesha terlelap di atas ranjang hotel yang empuk dan nyaman, tanpa menyadari dimana keberadaannya kini. Alkohol telah mempengaruhi kesadarannya, hingga ia tak peduli lagi pada apapun. Sejenak ia lupa akan bebannya. Tanpa tahu apa yang terjadi pada dirinya. Leon menyerahkan beberapa lembar uang kepada sang pelayan sebagai bayaran atas bantuannya. Walau sejujurnya Leon tidak membutuhkan bantuan itu. “Terimakasih, Tuan.” Ucap sang pelayan memohon pamit. *** Beberapa puluh menit kemudian Leon kembali dari kamar mandi setelah membersihkan diri dari kotoran yang menempel di pakaiannya. Ia berjalan menghampiri gadis yang mabuk itu sambil melemparkan handuk yang baru saja ia pakai untuk mengeringkan rambutnya. Ditatapnya gadis itu lekat-lekat. Wajah yang lembut, alis yang melengkung sempurna, bibir yang penuh, dalam tidurnya yang damai gadis itu terlihat cantik mempesona. Ia menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah gadis itu. Wajahnya yang cantik membuat Leon tergoda untuk memilikinya malam ini. Tapi ia bukan tipe orang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia akan menunggu gadis itu sadar dan menaklukan dirinya. Bukan Leon namanya jika ia tidak berhasil malam itu. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook