5. Meminta Maaf

1161 Kata
Entah sudah berapa kali Ando menghela napas panjang. Tiap kali dia berusaha untuk berbicara dengan Meisya, anak-anak selalu saja memiliki cara untuk menghentikannya dan mengalihkan perhatian Meisya. Hal itu membuat pria Ando merasa frustasi, dia ingin segera menyelesaikan masalah kesalahpahaman ini. Tapi dengan adanya Mika dan Sakha yang terus saja menempel dan menghalanginya membuat Ando sulit untuk bisa menjelaskan masalah ini. Ada banyak alasan yang membuatnya sering pulang larut malam beberapa hari terakhir ini, bahkan sampai membuatnya lembur. Itu bukan semata karena dia bermain wanita di luar sana, tapi ada sesuatu hal yang ingin dia selesaikan sebelum menceritakannya pada Meisya. Ada beberapa hal yang tidak bisa dia ceritakan saat ini, juga ada beberapa hal yang membuatnya merasa tidak tenang jika tidak menyelesaikan masalah ini secepatnya. Hingga mereka pada akhirnya selesai makan malam, barulah Ando berinisiatif untuk membantu Meisya membersihkan piring kotor di meja makan dan membawanya ke dapur tempat cuci piring. "Biar aku yang membawanya." Meisya yang melihat hal itu hanya bisa pasrah dan tetap membawa beberapa piring di tangannya untuk dia bawa ke tempat cuci piring. Sementara Ando mengekor di belakangnya. Meisya tidak bermaksud untuk menggunakan anak-anak sebagai perisainya, namun melihat sikap protektif mereka juga tidak begitu buruk baginya. "Sya, aku mohon kamu dengarkan penjelasanku. Aku sama sekali tidak ada apa-apa dengan Nyonya Rena tadi, dia adalah klienku yang akan menghadapi sidang perceraian dengan suaminya. Aku menjadi pengacaranya dalam kasus ini dan berusaha untuk mengumpulkan bukti-bukti agar Nyonya Rena bisa mendapatkan hak-haknya setelah bercerai nanti. Maafkan aku karena terlalu sibuk hingga mengabaikan kalian." "Aku tidak marah Mas, hanya saja untuk saat ini aku ingin sendiri dulu. Mungkin kamu juga sebaiknya lebih fokus untuk menyelesaikan pekerjaanmu, aku dan anak-anak akan baik-baik saja bahkan jika kamu tidak pulang sekalipun." DEG Ando seketika dipenuhi perasaan bersalah, perkataan Meisya seperti pedang tumpul yang ditodongkan tepat di dadanya. Tidak begitu tajam, namu mengenai tepat dititik vitalnya. "Aku tahu kamu kecewa, aku hanya ...," "Kamus sudah tahu dengan jelas, jadi tidak perlu diperjelas lagi kan Mas. Aku akan kasih kamu waktu untuk menyelesaikan urusan kamu yang sangat penting, jadi jangan terlalu pedulikan kami untuk saat ini. Cukup fokus pada pekerjaanmu dan segera selesaikan kalau begitu." Pada akhirnya Ando hanya bisa menghela napas panjang. Tatkala Meisya mengambil tumpukan piring di tangan Ando dan mulai mencuci piring kotor itu sembari menyisihkan beberapa sisa makanan di piring ke tempat sampah. Ekspresi Meisya tampak tenang, sama sekali tidak terlihat fluktuasi emosional yang muncul di wajahnya. Namun hal itu malah membuat Ando semakin bingung harus bagaimana lagi dalam menghadapi Meisya yang seperti ini. Meisya yang diam dan acuh tak acuh terasa semakin mencekiknya dalam rasa bersalah. Jika boleh jujur Ando lebih senang jika dia harus mendapati bagaimana Meisya lebih memilih untuk marah-marah dan meluapkan semua bentuk emosional dalam dirinya di depannya secara langsung. Dengan begitu akan jauh lebih mudah baginya untuk bisa perlahan-lahan melunakkan Meisya dan membujuk istrinya agar tidak lagi marah untuk memaafkannya. Berbeda dengan sekarang, Ando bahkan tidak bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh istrinya atas apa yang terjadi baru saja. Dia mengingkari janji dengan anak-anaknya, namun malah terpergok tengah makan sore di restoran dengan kliennya meski hal itu murni karena membahas mengenai pekerjaan. "Sya, maafkan aku. Aku tahu salah karena di hari weekend sekalipun aku tidak bisa meluangkan waktuku untuk kamu dan anak-anak. Maafkan aku, kamu boleh marah padaku. Kamu boleh memukulku, memarahiku sepuasmu atau melakukan apapun yang kamu inginkan aku tidak akan menolaknya." Ando berkata dengan tulus sembari memeluk Meisya dari arah belakang. Melingkarkan kedua tangannya pada perut ramping Meisya yang saat ini tengah sibuk mencuci piring. Tangannya bahkan masih penuh dengan sabun cuci piring, namun Ando sama sekali tidak ada tanda-tanda akan melepaskan pelukannya. Meisya yang melihat hal itu hanya menghela napas panjang. Masih fokus untuk mencuci piring tanpa merasa risih dengan perlakuan Ando yang terus menempel padanya. Wajahnya bahkan tetap datar dan tidak ada tanda-tanda dia sedang marah, tersenyum, sedih atau emosi lainnya. "Sayang ...," Ando dengan sengaja menyerukan kepalanya pada ceruk leher Meisya. Menghirup aroma khas istrinya yang wangi. Karena Meisya pasti selalu mengenakan parfum pada belakang daun telinganya yang berpadu dengan aroma sabun yang dikenakannya. Membuat pria itu selalu merasa nyaman tiap kali mengendus aroma wangi leher istrinya yang membuatnya lebih rileks. Meisya hanya bergerak sedikit, namun tetap tidak menghalanginya untuk terus mencuci piring hingga akhirnya dia selesai melakukan pekerjaannya dan Ando masih saja enggan untuk melepaskannya dari pelukan. "Mas, jangan memberikan contoh yang tidak baik untuk anak-anak." Meisya pada akhirnya berhasil melepaskan diri dari pelukan Ando setelah beberapa kali upaya dan dia kini beralih membalikkan badannya untuk menatap pria itu sepenuhnya. Ando tampak tersenyum, dia kembali mengurung tubuh Meisya di kedua sisi dan tidak membiarkan wanita itu pergi dari hadapannya. Ando telah bertekad kalau dia akan melakukan segala macam upaya agar istrinya tidak lagi menyimpan kemarahan dan kekecewaan padanya. Karena jika hal itu terus berlarut-larut akan tidak baik untuk hubungan mereka. "Apa kamu sudah memaafkanku?" "Kalau kukatakan aku sudah memaafkan kamu apa Mas akan melepaskanku?" "Tidak!" "Jadi itu semua tidak penting sekarang, aku akan pergi menemui anak-anak." "Sayang, jangan pergi dulu." Ando dengan cepat langsung mengurung tubuh Meisya dalam pelukannya yang hangat, menghalangi Meisya yang hendak menemani anak-anak. Bagaimanapun Ando masih mengingat dengan jelas bagaimana anak-anak sangat marah padanya dan pasti tidak akan mudah untuk membuat mereka mau memaafkannya. Setidaknya dia tidak akan melepaskan Meisya sebelum memastikan bahwa ibu dari anak-anaknya sudah tidak lagi marah padanya. Karena kalau mereka bertiga sudah bergabung, maka akan sangat sulit untuk mendapatkan maaf dari ketiganya sekaligus. "Apa lagi Mas?" "Kenapa kamu nggak marah sama aku waktu liat aku makan sama wanita lain?" "Memangnya apa yang akan aku dapat kalau marah sama kamu? Apa itu bakal bikin kamu balik kayak dulu lagi? Enggak kan?" Ando terdiam, terlihat jelas penyesalan dan beberapa ekspresi rumit di wajahnya. Bukan karena dia tidak ingin menjelaskannya, tapi masalah ini juga terkait dengannya yang secara tidak langsung ikut terlibat. Andai saja dia mengetahui kalau masalah ini akan menjadi begitu rumit seperti ini, maka dia tidak akan mengambil alih tugas ini dan lebih memilih untuk menyerahkannya pada rekan kerjanya yang lain. Tapi semuanya sudah terlanjur, dia tidak bisa melakukan apapun untuk saat ini selain berusaha untuk menyelesaikannya sesegera mungkin dan kedepannya akan berusaha untuk lebih berhati-hati dalam mengambil pekerjaan dengan kliennya. "Aku akan sebisa mungkin berusaha untuk tidak pulang larut malam lagi. Aku juga akan meluangkan waktu untuk anak-anak. Namun akhir-akhir ini memang ada banyak masalah di pekerjaan yang tidak bisa aku ceritakan untuk sekarang." Jelas sekali suara Ando terdengar cukup putus asa, membuat Meisya yang mendengarnya mau tidak mau hanya bisa menghela napas panjang tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. "Lupakan saja Mas, aku akan anggap gak ada yang terjadi di antara kita. Kita bersikap kayak biasanya aja. Aku bakal berusaha nutup mata." Diam-diam tangan Ando terkepal saat mendengar suara Meisya. Namun sebelum dia bisa kembali membuka mulutnya, suara dering notifikasi w******p miliknya berbunyi, membuat Ando mau tak mau membukanya dan seketika ekspresi di wajahnya menjadi semakin rumit. 'Dia mengancamku lagi.'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN