"Apakah sudah ada sinyal di area sekitar sini?" tanya Raka. Wajahnya yang tampan menunjukkan ekspresi tegas. Dia menatap sekeliling. Saat ini, Raka sedang berdiri di dalam ruangan kemudi bersama dengan beberapa orang yang menjadi anggota tim pencariannya.
"Belum. Tidak ada getaran sinyal yang masuk di sekitar sini. Jarak kita ke arah titik yang dituju sekitar dua sampai tiga mill lagi. Apakah kita harus mendekat sedikit lagi?" tanya Yanuar, salah satu teman satu letting Raka.
"Apakah tidak ada kabar dari titik yang lainnya?" tanya Raka. Ekspresinya masih sangat tegas, sekarang malah bertambah dengan keningnya yang berkerut.
"Belum ada. Belum ada temuan yang dari titik yang lain juga," jawab Yanuar.
Yanuar memandang ke arah sebuah alat yang berfungsi sebagai detektor besi, lebih tepatnya adalah untuk badan pesawat atau kapal. Setidaknya besi itu harus sangat besar sebelum alat detektor bisa menemukannya. Ini adalah alat pendeteksi yang baru saja diluncurkan oleh pihak Rusia. Di mana lebih canggih dari terdahulunya.
Seharusnya, menurut dengan hasil uji coba, alat ini bisa mendeteksi sejauh tiga mill. Namun, sekarang tidak ada sedikitpun barang yang tertangkap. Yanuar mengira bahwa mereka mungkin berada di titik yang salah. Jika pesawat ini benar jatuh di laut, sepertinya bukan di sekitar mereka. Namun, yang berhak memutuskan untuk beralih adalah Raka. Karena lelaki berwajah tampan tapi tegas inilah yang merupakan pemimpin tim saat ini.
"Kita mungkin lebih baik mencoba mendekat sedikit lagi. Jangan terlalu dekat juga," perintah Raka.
Yanuar mengangguk dengan setuju. Setelah memberikan beberapa perintah kepada nahkoda, mereka berdua keluar dari ruang kendali. Arah pertama yang Yanuar dan Raka dek kapal. Dari sana, mereka bisa mendapatkan pandangan sekitar lautan tempat mereka berada sekarang.
"Apakah sudah ada tim penyelam di area sini?" tanya Raka lagi. Mereka berada di kapal utama, sedangkan para penyelam biasanya berada di kapal pendamping yang lebih kecil.
"Ya, beberapa penyelam yang disiapkan oleh TNI angkatan laut sudah menyelam sejak tadi. Jika memang berada di area ini, kita mungkin akan mendapatkan kabar sebentar lagi," jawab Yanuar dengan tenang.
Bekerja sama dengan Yanuar benar-benar memudahkan semua hal bagi Raka. Yanuar yang menjalankan semua tugas dengan runtut sangat bisa diandalkan. Meski mereka belum mendapatkan hasil apapun, setidaknya sudah memiliki berbagai hal untuk dilaporkan.
"Titik jatuh pesawat sepertinya sudah ditemukan," ucap Raka dengan tiba-tiba. Yanuar yang sedang memeriksa ponselnya menoleh dengan kaget.
"Maksudmu?"
"Tim Polri dan Sar sepertinya menemukan serpihan saat melaju ke titik bagian mereka. Meski alat detektor sonar belum menemukan apa pun, setidaknya serpihan ini bisa menjadi awal titik terang," jawab Raka dengan lugas.
Yanuar menatap ke arah Raka dengan ekspresi yang tidak pasti. Jika benar tim itu menemukan sebuah serpihan, itu artinya bangkai pesawat memang tidak terlalu jauh dari tempat serpihan ditemukan. Jika alat detektor tidak menangkap sinyal apa pun, itu artinya tidak ada yang tersisa dari bangkai pesawat. Dan untuk para korban, Yanuar benar-benar tidak bisa memikirkannya.
"Dari mana kamu tahu?" tanya Yanuar. Dia tidak melihat Raka memegang ponsel atau HTnya. Namun, tiba-tiba mengatakan hal seperti ini.
"Karena Saka yang melihatnya pertama kali," jawab Raka sekali lagi.
Ya, ini adalah hal yang tidak bisa Raka jelaskan secara logis. Antara dia dengan Runa dan Saka, tidak hanya bisa merasakan perasaan yang sedang dirasa satu sama lain. Namun, juga bisa melihat sedikit kilasan yang dilihat orang dua orang lainnya. Kilasan ini akan semakin jelas jika mereka memikirkan hal yang sama.
Raka mengira bahwa bukan hanya dirinya yang mendapat kilasan gambaran ini. Namun juga Runa yang berada di area posko dermaga. Sayangnya, yang terbayang di pikiran Raka bukanlah dua orang saudara kembarnya tersebut, tapi seorang wanita dengan bermata teduh yang terlihat menyedihkan itu. Entah mengapa Raka sudah bisa melihat betapa histerisnya dia ketika tim mengumumkan penemuan tersebut.
"Apa yang kamu katakan benar. Komandan meminta semua kapal berlayar ke arah titik itu. Menyisakan beberapa kapal kecil di area titik kita sendiri," ucap Yanuar dengan tiba-tiba. Di mana dia baru saja menerima pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Sekarang ini, sudah ada alat untuk menangkap sinyal di samudera. Namun tidak semua kapal dilengkapi dengan teknologi tersebut. Meski teknologi sudah maju daripada lima tahun yang lalu, tetap saja bahan pembuatannya benar-benar mahal. Banyak anggaran yang dibutuhkan untuk melengkapi semua kapal militer yang dimiliki oleh Indonesia.
"Kalau begitu, kamu bisa memilih beberapa yang bisa diandalkan. Kita sendiri harus pergi ke sana," perintah Raka.
Yanuar mengangguk. Dia dan Raka akhirnya berpisah. Raka berjalan ke arah ruang kendali, sedangkan Yanuar berjalan ke arah lain. Mereka memiliki tugas yang berbeda saat ini. Namun setidaknya, mereka memiliki satu keinginan yang sama. Menemukan pesawat yang hilang kontak secepatnya.
***
Runa menatap Abel dengan wajah berkaca-kaca. Dia saat ini sedang dalam persiapan untuk siaran langsung sambil wawancara narasumber. Namun, dia baru saja mendapatkan kilasan bayangan yang menyakitkan. Bukan hanya satu, tapi dua kilasan. Dan karena inilah, Runa merasakan kesedihan yang mendalam di hatinya. Setitik air mata jatuh di pipinya yang mulus.
"Runa, kamu baik-baik saja?" tanya Abel. Dia sudah sering melihat Runa yang tiba-tiba menangis seperti ini. Namun sekarang, bukan hanya menangis, tapi Runa bahkan terlihat sangat pucat.
"Pak, apakah tim sudah mendapatkan kabar?" tanya Runa kepada Pak Bagyo, kepala Basarnas yang bertugas.
Pak Bagyo menatap ke arah Runa dengan bingung. Namun, dia tiba-tiba mendapatkan pencerahan ketika melihat wajah pucat Runa. Sebelum tim berangkat untuk pencarian, dua orang perwira dari Polri dan TNI menghubunginya. Meminta Pak Bagyo untuk merawat saudara kembar mereka. Dan sekarang, perempuan itu bertanya seperti ini, Pak Bagyo langsung merogoh sakunya.
"Salah satu tim menemukan serpihan yang diduga milik badan pesawat untuk pertama kalinya. Dan baru saja juga dilaporkan bahwa kapal lain dari arah selatan juga menemukannya. Saya harus mengurus beberapa hal terlebih dahulu. Bisakah kita menunda wawancaranya?" tanya Pam Bagyo.
Abel mengangguk tanda bahwa tim reporter mengerti. Ada banyak hal yang bisa dilaporkan saat breaking news nanti. Terutama tentang penemuan serpihan ini. Jadi, Abel dan Runa juga memerlukan persiapan sambil menghubungi stasiun televisi tentang perubahan berita yang akan mereka bawakan.
"Baiklah kalau begitu. Kita juga belum pasti apakah serpihan yang ditemukan memang milik pesawat yang kita cari. Jadi masih perlu beberapa penyelidikan," ucap Pak Bagyo sebelum pergi.
Runa dan Abel saling pandang satu sama lain. Setelah itu, mereka bersiap untuk melakukan tugas masing-masing. Siapa yang menyangka saat Runa menoleh, ada seorang wanita yang menatapnya dengan lekat.
Wanita ini adalah salah satu dari orang yang Runa lihat saat sampai di posko. Lebih tepatnya, wanita ini adalah salah satu anggota dari rombongan keluarga penumpang yang bertanya kepada Raka dan Saka.
"Apakah serpihan benar-benar sudah ditemukan? Pesawat itu meledak?" tanya Fai.
Wanita itu tidak sengaja mendengar percakapan terakhir antara Pak Bagyo dan Runa. Namun, ini benar-benar membuatnya shock sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Saat Fai sudah sadar kembali, tidak ada lagi Pak Bagyo di sana. Hanya menyisakan Runa dan Abel yang juga hendak pergi.
"Kami tidak tahu pasti. Dan tidak memiliki wewenang untuk menjawabnya. Jadi, kamu harus menunggu pengumuman resmi terlebih dahulu. Takutnya jika nantinya ada kesalahan informasi. Kami juga mungkin akan melanggar kode etik," jawab Abel dengan tenang.
Setelah melihat bahwa Runa sepertinya tidak memiliki tenaga untjl menjawab, jadi Abel hanya bisa mewakilinya. Lagi pula, mereka adalah satu tim. Harus saling dukung satu sama lain. Terlebih karena Abel mungkin tahu bahwa Runa juga dalam keadaan shock.
"Aku sudah bisa menebak tentang ini hanya dari perkataanmu saja," ucap Fai. Wajahnya yang sejak awal sudah pucat, sekarang bertambah pucat. Bahkan Abel merasa sedikit khawatir.
"Terima kasih," ucap Fai lagi sambil berbalik pergi.
Fai benar-benar berniat untuk kembali ke tenda untuk menunggu. Awalnya, dia keluar tenda karena ingin pergi ke toilet. Siapa yang mengira bahwa akan mendapatkan kabar seperti ini. Kepalanya juga terasa berat dan berdengung. Tubuhnya sudah bergetar dan matanya menjadi buram karena air mata. Takut jika tubuhnya tidak tahan, Fai ingin segera kembali. Sayang, sepertinya perhitungannya salah.
"Mbak!" teriak Runa saat melihat Fai limbung.
Abel juga kaget saat melihatnya. Dia reflek berlari untuk menangkap tubuh Fai yang lemas. Untungnya, dia tidak melempar kamera yang dipegangnya. Jika itu rusak, dia dan Runa mungkin akan terkena masalah. Bukan soal ganti rugi yang Abel takutkan, tapi soal surat peringatan yang mungkin akan mereka dapatkan.
Karena jika harus ganti rugi, entah itu Abel atau Runa tidak akan memiliki kesulitan. Namun, kepercayaan yang sudah diberikan tidak bisa mereka jaga dengan baik. Namun, untungnya kamera selamat dan tubuh Fai tidak jatuh ke tanah. Ini adalah hal baik yang membuat Abel merasa lega.
"Kamu pegang kameranya. Aku akan membawa Kakak ini ke tenda posko. Kamu segera nyusul ke sana. Sepertinya teman-temannya adalah dokter, jadi kita bisa menunda memanggil tim kesehatan sebentar. Intinya kamu harus langsung ke tenda," perintah Abel sebelum mengangkat tubuh Fai.
"Ya, aku mengerti!"
Runa menatap ke arah Abel yang pergi dengan tergesa-gesa. Dia hanya bisa mengikuti dari belakang setelah membawa semua barang. Namun, sebelum Runa bisa menyusul, dia sudah menabrak seseorang karena tidak memperhatikan langkahnya.
"Bisakah kamu berjalan dengan hati-hati? Matamu minus?!"