"Sebuah serpihan yang diduga merupakan bagian dari badan pesawat ditemukan beberapa saat yang lalu. Tim gabungan pencarian dari beberapa titik sudah mulai memobilisasi anggotanya untuk datang ke area tersebut. Meski serpihan ini di temukan di salah satu titik penting, tim pencarian masih meninggalkan beberapa anggota di area lainnya. Dengan ini, pencarian masih menyebar meski dipusatkan kepada satu titik untuk hari ini."
Zahra menatap ke arah Juna yang baru saja menyelesaikan perekaman video. Entah mengapa Zahra selalu merasa bahwa Juna sangat tidak puas. Namun, ekspresi Juna yang seperti ini sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan Zahra juga tahu bahwa Juna sebenarnya ingin kembali lagi berpasangan dengan Runa. Yang mana kadang membuat Zahra merasa hidup tidak adil. Bukan hanya soal latar belakang keluarga, bahkan di pekerjaan saja, Runa selalu lebih unggul darinya.
"Aku sudah berulang kali mengatakan bahwa kamu harus memperluas kosa katamu. Jika seperti ini terus, jangankan untuk menyamai kedudukan Runa, bahkan kamu mungkin akan digerus oleh pendatang baru," ucap Juna dengan kesal. Nada suaranya benar-benar dingin. Seolah-olah tidak peduli dengan perasaan Zahra.
"Kamu selalu berkata bahwa Runa sangat baik. Dia baik karena berasal dari latar belakang yang baik. Semua orang memang menjilatnya. Jadi meski dia salah, semua orang masih menganggapnya ratu," ucap Zahra dengan kesal. Sedangkan Juna tertawa dengan dingin saat mendengar ucapannya Zahra.
"Kamu selalu berfokus tentang latar belakang Runa yang memang salah satu yang teratas. Namun, apakah kamu tidak pernah melihat yang lainnya? Jika kamu jadi Runa, apakah kamu tetap akan menjadi seorang reporter seperti ini? Bahkan tanpa kamu menjawab, aku ini sudah tahu jawabannya.
Pasti tidak, kan? Itulah salah satu bedanya kamu dengan Runa. Di mana Runa masih berusaha untuk menggapai cita-citanya. Kondisinya sebenarnya bisa tetap glamour meskipun hanya diam di dalam rumah. Sedangkan kamu, aku tidak tahu apakah kamu masih memiliki cita-cita? Padahal kondisimu tidak buruk sama sekali.
Setidaknya kamu masih punya ayah yang berpenghasilan tinggi. Hanya saja, kamu hanya memandang ke arah Runa dan bagaimana kamu bisa seperti dirinya. Sayangnya lagi, yang kamu lihat hanyalah sisi glamournya Runa, kamu tidak melihat perjuangan dan hasil yang Runa dapatkan tanpa bantuan orang lain. Contohnya adalah hasil berita yang dia dapatkan," ucap Juna dengan nada suara mengejek.
Zahra benar-benar merasa sangat marah. Dia sudah mendengar berulang kali Juna mengatakan hal seperti ini. Berulang kali juga mereka cekcok karena masalah yang sama. Sayangnya saat ini, Juna sepertinya tidak ingin melanjutkan masalah. Karena setelah dia berkata seperti itu, Juna langsung bangkit dan berniat untuk beranjak pergi.
Sayangnya, bukan Zahra namanya jika dia tetap diam. Melihat Juna berjalan ke arah sisi tengah kapal, Zahra juga ikut berjalan dengan tergesa-gesa. Dia berjalan dengan posisi badan yang tidak stabil, jadi Zahra langsung tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri. Sehingga Zahra hanya bisa oleng ke belakang dan jatuh keluar dari kapal.
"Ada yang jatuh!"
Juna mendengar teriakan itu bersamaan dengan tubuhnya yang ditarik ke belakang. Jadi, sebelum Zahra jatuh, dia masih sempat menarik sesuatu untuk menyelamatkan diri. Sayangnya, yang ditarik oleh Zahra adalah tas punggung yang digunakan oleh Juna. Entah bagaimana caranya Zahra melakukannya, karena posisi Zahra dan Juna sebenarnya sudah cukup jauh.
"Ah, b******k! Kameranya!" pekik Juna marah.
Juna bahkan tidak memikirkan keselamatan Zahra, yang dia pikirkan sekarang ini hanyalah tas yang berisi kamera di dalamnya. Bukan hanya kamera sebenarnya, tapi semua hasil rekaman berada di sana. Juga ada laptop yang digunakan untuk mengedit berita yang akan dikirim ke pusat.
"Tolongin dulu temannya sebelum marah-marah, Mas," ucap pemilik kapal nelayan. Namanya adalah Pak Badul.
Pak Badul benar-benar tidak menyangka bahwa akan ada kejadian seperti ini di kapalnya. Sebenarnya, bukan hanya kapal nelayannya saja yang disewa oleh para pencari berita. Namun juga kapal-kapal nelayan lainnya yang berada di pesisir pantai. Ini benar-benar merupakan pemasukan yang besar untuk Pak Bandul. Hanya saja, jika terjadi kecelakaan seperti ini, sebagai pemilik kapal, Pak Badul juga tidak bisa lepas tanggung jawab.
"Sudah tahu bahaya, kenapa harus ribut di atas kapal. Harusnya mereka ribut kalau udah di darat nanti," gumam Pak Badul.
Untungnya, ada kapal milik TNI yang mendekat ke arah mereka. Beberapa TNI juga sudah mulai melompat untuk membantu. Untungnya, kondisi laut juga sedang tenang, tidak berangin ataupun berombak besar. Jadi Zahra bisa diselamatkan dengan cepat. Sayangnya, Pak Badul akan menolak dua orang pencari berita ini untuk naik ke kapalnya lagi nanti.
"Bapak bisa kembali ke pesisir dulu. Dua orang ini biarkan kami yang mengurusnya," ucap Yanuar.
Entah takdir atau bukan, kapal TNI yang berada di dekat kapal nelayan milik Pak Badul ternyata yang membawa tim dari Raka. Meskipun Yanuar tahu bahwa Raka sedikit tidak suka dengan reportet wanita ini, dia tidak bisa angkat tangan begitu saja. Terutama karena pemilik kapal nelayan ini adalah orang yang cukup Yanuar kenal. Ya, Yanuar mengenalnya karena Neneknya berasal dari daerah pesisir di dekat sini. Tetangga dari Pak Badul.
"Makasih, Nak Yanuar. Bapak sudah takut sekali sejak tadi. Orang kota benar-benar enggak ada otaknya. Mereka malah berantem di atas kapal kayak gini. Mana yang laki cuma inget sama tasnya aja," gerutu Pak Badul. Sedangkan Yanuar hanya tertawa dan meminta lelaki paruh baya itu untuk tidak khawatir.
"Bapak tenang saja. Sekarang kembali ke pesisir dulu. Kapal kita juga akan kembali ke dermaga. Kami yang akan melaporkan serpihan-serpihan yang sudah ditemukan. Jadi sekalian saja untuk mengantar dua orang ini," ucap Yanuar sekali lagi.
Pak Badul mengangguk dengan setuju. Setelah Yanuar kembali menyeberang ke kapalnya, Pak Badul mengarahkan kapalnya kembali ke arah pulang. Melihat Pak Badul yang menjauh, Yanuar segera fokus kepada orang-orang yang ada di dalam kapal. Teriakan marah adalah yang dia dengar untuk pertama kalinya.
"Kamu kalau apes, jangan bawa-bawa orang juga. Dan kalau ada apa-apa itu di pikirkan pakai otak. Semua laporan ada di sini. Dan begonya juga kenapa tasnya kebuka gitu aja? Bahkan laptopnya tidak bisa menyala, apalagi kameranya? Selain itu, bahkan disc penyimpanannya juga menghilang!" bentak Juna dengan marah. Padahal Zahra baru saja sadar setelah meminum air laut karena gugup.
"Kalian bisa meneruskan pertengkaran nanti setelah sampai di dermaga. Jika kalian masih berantem di sini, aku akan membuang kalian," ucap Raka dengan tegas.
Juna langsung mengunci mulutnya dan duduk dengan wajah tertekuk. Sedangkan Zahra menatap ke arah Raka dengan berkaca-kaca. Awalnya, Zahra menjerit dengan gembira di dalam hati ketika menyadari bahwa kemungkinan Raka yang menyelamatkannya. Namun, kegembiraannya itu hilang setelah mendengar ucapan Raka tersebut.