Angga menyeretku begitu membuka pintu mobil dan memasuki rumahnya. Perlakuannya padaku sungguh tidak manusiawi. Dia bahkan mendorongku hingga aku tersungkur ke sofa.
"Astaga mas Angga ... "
Mendengar suara benturan tembok dan sofa membuat mbok Nah dan pak Muh datang menghampiri kami. Mbok Nah duduk di sebelahku dan menenangkanku.
"Mbok inget dia siapa ?" Tanya Angga.
Mbok Nah menatap wajahku, wajah tua itu seperti memelas melihatku. Seperti meminta ijin padaku untuk mengatakan sesuatu.
"Pak Muh ingat siapa perempuan ini ?"
Pak Muh menjawab dengan cepat dan mengangguk pelan menjawab pertanyaan Angga, selanjutnya diikuti oleh mbok Nah.
"Dengar baik-baik pembohong !" Kata Angga sambil mencengkeram pipiku lagi.
"Jika aku bisa menjebloskan Maheka ke penjara, maka bukan hal yang susah untukku menjebloskanmu dan keluargamu ke penjara atas kebohongan yang sudah kamu lakukan padaku !" Kata Angga sambil melepas cengkeraman tangannya dengan kasar di pipiku.
"Bersabarlah dulu, karena aku masih ingin bermain-main dengan Kayla dulu sebelum menghancurkan kalian berdua!" Katanya sambil melangkah ke belakang.
"Angga jangan Kayla, tolong biar aku saja ! Aku mohon !" Aku berlari memegang kaki Angga.
"Pak Muh mbok Nah urus pembohong ini ! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini tanpa ijin dariku !" Perintah Angga pada pak Muh dan mbok Nah. Selanjutnya dia mendorongku dan melangkah ke kamar miliknya.
Aku menangis memandangi Angga menaiki tangga menuju ke lantai dua kamarnya. Mbok Nah dan pak Muh menghampiriku. Mbok Nah mengusap bahuku menenangkanku.
*****
"Maafkan kami ya nak Naya." Kata mbok Nah saat suasana sudah tenang.
"Kami terpaksa harus jujur pada mas Angga karena biar bagaimanapun juga kami bekerja pada mas Angga." Lanjut mbok Nah.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menjaga rahasia ini, tapi mas Angga lebih pintar dari kami, bahkan dia punya segalanya untuk menemukan fakta yang dia cari." Pak Muh ikut berbicara.
"Terimakasih pak Muh, mbok Nah. Maaf jika Naya membuat kalian berdua susah dengan harus menyembunyikan kebohongan ini. Mungkin benar kata pepatah bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, ya inilah yang terjadi pada Naya."
"Tapi jika saja dulu mbak Kayla yang asli tidak terlalu sering berkunjung tentu mas Angga juga tidak akan curiga." Kata mbok Nah.
"Iyakah mbok ?"
"Hampir setiap hari mbak Kayla main ke rumah, mencari perhatian pada mas Angga. Padahal mas Angga bukan tipe penyuke perempuan agresif seperti mbak Kayla. Setiap hari datang menangis dan meminta perhatian karena kalau tidak salah habis dihianati begitu. "
Aku membenarkan posisi dudukku. Memperhatikan dengan seksama bagaimana mbok Nah bercerita tentang Kayla yang tanpa sepengetahuanku mendatangi Angga. Aku tidak menyangka jika Kayla melakukan hal bodoh ini. Jelas saja Angga menaruh curiga pada Kayla, jelas saja Angga tidak percaya jika Kayla adalah orang yang sama. Aku disini sudah paham betul isi rumah ini, sudah saling mengenal pak Muh dan mbok Nah, sedangkan dengan Kayla tentu mereka akan canggung. Bagaimana Kayla bisa melakukan hal seperti itu, apakah patah hatinya dengan Abdi membuat Kayla menjadi seagresif itu hingga tidak berfikir bahwa ada rahasia besar yang harus kita jaga.
"Waktu itu pengacara mbak Maheka datang kemari untuk meminta mas Angga mencabut laporannya soal tuntutan penggelapan uang yang pernah dilakukan mbak Maheka dulu, pas ada mbak Kayla disini ya jelas mbak Kayla ndak tau, orang yang dulu membaca pembukuan kan mbak Naya. Nah pas itulah mas Angga mendatangi simbok dan bapak buat berkata jujur. Kami berdua tentu tidak bisa berbohong lagi, jika sebelumnya kami mengelak dan mengalihkan pembicaraan ketika mas Angga menyinggung soal mbak Kayla maka karena kejadian itu kami berdua mau tidak mau harus jujur." Cerita mbok Nah panjang lebar.
"Ditambah lagi mas Angga waktu itu datang ke penjara dan menanyai mbak Maheka soal foto mbak Kayla, ya jelas saja mbak Maheka tidak mengenal mbak Kayla." Pak Muh menambahkan.
"Maheka dipenjara ?"
"Iya dia dituntut oleh mas Angga. Waktu itu mbak Maheka sempat menangis dan memohon sama mas Angga tapi ya begitulah tiada maaf dari mas Angga. Sekecil apapun kesalahan bagi mas Angga harus dihukum."
"Tapi kemarin bapak dengar pas dipenjara jika mbak Maheka jujur tentang sosok Kayla yang merawatnya maka mas Angga mau mencabut laporannya. Berarti tidak menutup kemungkinan jika mbak Maheka akan keluar juga dari penjara ya mbok ?"
Aku jadi berfikir lebih dalam tentang sifat tegas Angga. Bukan tegas, lebih tepatnya kelewat tegas karena dia tipe yang apa dikit marah. Sekarang aku yakin bukan tidak mungkin jika Angga tidak menjebloskan aku ke penjara, bahkan mungkin Kayla juga akan mengalami hal yang sama. Membayangkan hal itu membuatku bergidik ngeri sendiri.
"Nay!" Suara barito Angga yang berbisik di telingaku membuatku menggelinjang.
Terlalu fokus melamun membuatku tidak menyadari bahwa mbok Nah dan pak Muh sudah tidak ada di dekatku dan digantikan oleh Angga.
"Sudah selesai bernostalgia dengan mbok Nah dan pak Muh ?" Tanyanya tanpa melihat wajahku.
Aku memilih untuk diam dan tidak menjawabnya.
"Seharusnya ini yang Kayla lakukan bukannya malah bertanya mereka siapa dan main perintah seperti yang saudara kandungmu lakukan!" Kata Angga lagi.
"Apa yang kamu inginkan dariku sekarang ? Kamu sudah tau tentang kebohongan kami, lalu apa yang kamu inginkan ?"
"Jangan terlalu terburu-buru Kanaya, bagaimana kalau kita bermain-main dulu ?"
"Aku sedang tidak ingin bermain denganmu. Lebih baik katakan apa yang kamu mau dan segera menjauh dari keluargaku! "
"Kamu yakin Kayla akan baik-baik saja jika aku meninggalkannya ?"
"Kalau kamu memang mau sama dia silahkan. Tapi jangan sakiti dia, dan berhenti menggangguku. Selesaikan urusanmu denganku."
"Tapi aku tidak mau dengan Kayla!"
"Lalu ?"
"Aku mau bermain-main denganmu. Perempuan yang sudah berani menipu seorang Angga. Kamu tidak tau siapa aku ? Aku bahkan bisa membuatmu bernasib sama seperti Maheka!"
"Apa yang kamu inginkan dariku ? Aku hanyalah perempuan bodoh, tidak ada yang spesial dariku. Jika Kayla saja tidak menarik bagimu apalagi denganku ?"
"Tapi aku lebih tertarik padamu! Aku tertarik pada seseoang yang sudah memberiku cahaya disaat aku sedang mengalami kegelapan. Aku tertarik pada seorang perempuan yang mampu menuntunku disaat aku sedang terpuruk."
Angga menarik wajahku hingga kami saling berhadapan. Netra kami bertemu. Kami saling pandang begitu lama. Netra yang tidak pernah bisa aku lihat selama beberapa saat lamanya kini berada di depanku dan menikam jantungku. Angga mendekatkan tubuhnya padaku. Wajahnya mendekat ke wajahku. Parfum khas milik Angga menusuk hidungku. Aku melangkah kebelakang tapi dengan sigap dia menarik tubuhku dan mencium bibirku. Ciuman pertamaku.