Aku masih terduduk di lantai dengan sedikit isakan tangisku. Sementara Angga duduk di kursi sambil merokok dan memainkan ponselku. Sesekali dia tersenyum melihat ponselku, matanya melirik ke arahku. Dan membuang asap rokoknya kasar tepat ke arahku.
Bug ! Angga melempar ponsel mahal itu ke arahku dan mengenai daguku. Jangan tanya bagaimana rasanya, benda pipih yang terlihat mewah dan elegant itu tetap saja keras, berbenturan dengan dagu tentu saja rasanya sakit seperti terhantam batu.
"Ternyata banyak juga fotoku di ponselmu !" Katanya sambil tersenyum licik.
"Sekarang aku sudah bisa melihat, kenapa kamu tidak mengajakku berfoto seperti yang kamu lakukan dulu ?" Tanya Angga lagi sambil menyindir.
Aku bergegas membuka ponselku, dengan tangan bergetar aku menghapus satu persatu fotoku bersama Angga dan segalanya yang berkaitan dengan Angga disana.
"Hapus saja semuanya. Jangan meninggalkan jejak ! Tapi ingat aku masih menyimpannya disini!" Kata Angga sambil menunjukkan galery ponselnya yang memperlihatkan foto kami saat berada di Tawangmangu.
"Semua sudah terkloning disini. Tidak perlu repot-repot menghapus barang bukti, karena aku bisa menuntutmu kapan saja dengan barang bukti yang sudah aku miliki!" Katanya lagi dengan senyum yang jahat.
Aku mengalihkan pandanganku ke Angga. Aku sangat membencinya sekarang. Dia tak ubah seperti seorang penjahat yang tidak tau terima kasih. Jika bisa aku mengulang waktu tentu aku memilih untuk tidak menyelamatkannya dari kecelakaan itu. Biarkan saja dia terdampar di pinggir jalan dengan kondisi mengenaskan dan dengan mata buta selamanya agar tidak menyusahkanku.
*****
Aku menjadi lebih biasa dengan kehadiran Angga yang seperti jalangkung di studioku. Toh aku mengusir diapun juga tidak membuat dia jera untuk datang ke studioku. Aku tidak tau apa maksud dan tujuan dia terus menggangguku seperti ini. Dia tidak pernah berkata banyak padaku, dan aku juga tidak ingin banyak berbicara padanya.
Dia memperlakukanku seperti pembantunya saat aku masih merawatnya. Memintaku membuat makanan sehat untuknya sesekali memintaku menyuapinya saat dia repot dengan pekerjaannya, jika aku tak melakukan keinginannya maka dia akan membuka ponselnya dan menunjukkan kontak kantor polisi yang siap dia panggil untuk menjebloskan aku dan keluargaku ke penjara.
"Aku bukan pembantumu ! Aku bukan lagi perawatmu ! Jadi untuk apa kamu merepotkanku ? Kamu pikir aku ga ada hal yang harus ku kerjakan ?" Tanyaku dengan nada ketus saat Angga datang dan memintaku untuk memasak.
"Bukankah kamu suka jika sedang menyuapiku ? Maka dengan itu kamu bisa mengambil foto dan videoku seperti di galeri ponselmu !" Sindir Angga.
"Aku mengambilnya untuk bukti perkembanganmu. Bukan untuk hal lain!"
"Kamu bukan dokter ! Perduli apa kamu soal perkembanganku ?"
"Aku perlu menunjukkannya pada Kayla karena dia ada hubungannya denganmu ! Nilai dari praktik ini berpengaruh untuk coas dia."
"Tapi kan kenyataannya dia tidak merawatku ? Aku bisa saja melaporkan ini ke dokter yang membimbingnya bahkan melaporkan dia ke dosennya agar dia tidak mendapatkan nilai sama sekali. Bahkan dia bisa dikeluarkan dari kampus!"
"Jangan melakukan hal itu. Kayla tidak bersalah. Tidakkah kamu kasihan padanya ?"
"Jika dia tidak bersalah lalu berarti otak dari kebohongan itu kamu ?"
"Eh bukan begiti, maksudku .... "
"Jadi sekarang ceritakan padaku mulai dari awal."
"Bukankah Kayla sudah menceritakannya ? Untuk apa kamu bertanya lagi padaku ?"
"Siapa bilang Kayla sudah menceritakannya ? Jika dia sudah bercerita tidak mungkin aku repot-repot mendatangimu seperti ini."
"Lalu selama ini ?"
"Kamu tau apa yang akhirnya membuatku curiga bahwa Kayla yang kucari ternyata bukanlah Kayla yang selama ini merawatku ?" Tanya Angga dari belakang tubuhku.
Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban dari pertanyaan Angga.
"Karena Kayla tidak pernah tau siapa Maheka. Dia bahkan bingung ketika Maheka datang ke rumahku untuk memohon ampun padaku atas kesalahannya. Kayla bahkan tidak tau masalah apa yang menjerat diantara kami, padahal sudah jelas bahwa kamulah yang membuka kebohongan Maheka melalui laporan keuangan yang diberikan Siska."
"Aku minta maaf. Aku minta maaf jika kami berdua harus berbohong padamu. Tapi sumpah aku tidak ada niatan sama sekali untuk membohongi kamu. Aku juga tidak ada niat untuk memanfaatkanmu. Bahkan jika harus mengembalikan ponselnya aku akan mengembalikannya padamu."
"Aku tidak butuh ponsel bekas. Bahkan aku bisa membeli sepuluh yang harganya lebih mahal daripada itu."
"Jika bukan karena ponsel lalu atas dasar apa kamu selalu menerorku ? Aku sudah meminta maaf padamu. Aku bisa menjelaskan semua padamu, tapi tolong berhenti melakukan ini padaku. Aku takut Kayla tau dan dia akan berfikirmacam-macam padaku."
"Apa peduliku soal Kayla ? Aku tidak kenal dia. Aku hanya mencari orang yang merawatku, soal Kayla aku bisa membuang dia kapan saja aku mau."
"Jangan lakukan itu Angga. Jangan kamu hancurkan hati Kayla, dia sudah hancur karena Abdi, jangan biarkan dia hancur lagi karena kamu. Sekarang kamu sudah menemukanku, aku juga sudah mengakui kesalahanku, Kayla tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebohongan ini. Biar aku yang menanggungnya, asal jangan Kayla!"
"Baik sekali kamu masih memikirkan saudaramu, bahkan dia saja tidak pernah perduli denganmu."
"Kata siapa ? Aku dan Kayla sangat dekat. Kami saling menyayangi. Kayla selalu menceritakan segalanya padaku. Termasuk soal kalian."
"Kita ?"
Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari Angga.
"Apa yang dia ceritakan soal aku dan dia ?"
"Tentang hubungan spesial kalian. Aku tau kok, untuk itu lebih baik kita menjaga jarak, berhenti mendatangiku. Aku harus apa biar kamu memaafkanku atas kebohonganku ? Setidaknya bukalah pintu maafmu untuk Kayla, maafkanlah kami. Toh Kayla sekarang juga sudah dekat denganmu, nanti dia juga akan menjagamu lagi."
"Aku sudah bisa melihat. Untuk apa aku membutuhkan bantuan Kayla ?"
"Lalu ? Mau sampai mana kamu memojokkanku ? Aku minta maaf Angga."
"Sampai kamu dan keluargamu hancur. Termasuk Kayla."
"Kenapa kamu sejahat itu ? Dimana hati kamu ? Apa kamu tega menghancurkan orang yang spesial buat kamu ?"
"Tidak ada hubungan spesial antara aku dan Kayla."
"Maksudnya ?"
"Aku bisa mendapatkan seorang perempuan yang jauh lebih segalanya dari Kayla !" Katanya yang langsung membuatku membulatkan mata.
"Jangan bilang kalau ...... "
"Cerdas ! Aku sudah menduga kalau wanita yang sama sekali tidak dianggap oleh keluarganya karena dia buruk rupa dan bodoh ini justru lebih cerdas dari yang kelurganya pikir!"
"Jangan sok tau kamu tentang hidupku !"
"Hey !" Angga mencengkeram pipiku dengan kerasnya hingga menekan tulang pipiku.
"Aku lebih pintar daripada kamu! Aku tau semua tentang kamu! Bahkan kebiasaan kamu yang tidak pernah bisa tidur jika tidak memakai selimutpun aku tau!" Angga melepas kasar cengkeramannya dari pipiku.
"Jika bukan karena aku ingin menghancurkan kamu dan keluargamu yang pembohong itu, maka tidak akan sudi aku terus berdekatan dengan Kayla !" Lanjutnya.