TERJEBAK

1042 Kata
Kayla langsung meninggalkanku begitu mendengar bunda memanggil menyebut nama Angga. Wajah Kayla berbinar mengetahui Angga datang, tapi tidak denganku yang entah mengapa justru jantungku berpacu dengan hebatnya bahkan tangan dan kakiku terasa bergetar karena aku takut bertemu dengan Angga. Aku bertahan untuk tetap di kamar meskipun aku mendengar mereka di lantai bawah sedang bersendau gurau. Sesekali Kayla menyebut namaku dan menyinggung kepulanganku. Dan saat aku mendengar Angga menyebut namaku getaran di tubuhku menjadi semakin hebat. "Kanaya !" Panggil bunda. Aku memilih untuk diam tidak menjawab. Sesaat kemudian bunda tidak lagi memanggil namaku. Obrolan mereka pun tidak terdengar lagi. Entah tidak obrolan, atau Angga sudah pulang, atau karena suara mereka lebih lirih aku tidak tau. "Nay !" Panggil Kayla yang sudah berada di balik pintu kamar. "Iya Kay ?" Jawabku gugup. "Dipanggil bunda gak nyaut kirain tidur. Ayo turun. Ada Angga itu." "Enggak ah, aku disini aja Kay. Ngapain juga turun ? Kan aku juga gak ada urusan sama Angga." "Dia nyariin kamu. Katanya mau nawarin proyek ke kamu. Ayo turun!" Kayla menarik tanganku dan memaksaku untuk turun. Aku berjalan menunduk menuruni tangga. Aku memilih untuk tetap menunduk agar tidak melihat ke arah Angga. "Kanaya, ini lho Angga nyariin kamu. Kamu mau dikasih proyek besar sama dia." Kata bunda dengan wajah berbinar. "Kanaya!" Panggil Angga. Aku masih menundukkan pandanganku. Aku sama sekali tidak tergoda untuk menjalani proyek apapun dengan yang berhubungan dengan Angga. "Kanaya! Heh itu kamu dipanggil Angga! Kamu kok gak sopan sih ?" Bentak bunda. "Kanaya baru buka usaha bunda, kayaknya gak usah dulu kalau ada proyek. Ini aja Kanaya kan keteteran juga, kalau ditambah proyek lagi nanti malah Kanaya bingung." Jawabku seperlunya. "Ini tidak akan merepotkanmu Kanaya. Aku menawarkanmu proyek untuk memotret showroom milikku, lalu juga beserta isi dan karyawanku, rencananya mau aku upload ke sosial media untuk mendongkrak penjualan kami. Aku tidak menargetkan waktu untuk kapan selesainya, selonggar kamu saja Kay." Kata Angga menjelaskan. "Kalau untuk bayaran gimana nak Angga?" Tanya bunda. "Tante tenang saja, karena ini melibatkan Kanaya maka akan lebih besar dari tarif Kanaya memotret setiap harinya." Kata Angga. "Wah tante setuju kalau begitu." Kata bunda dengan wajah berbinar bahkan tanpa menunggu persetujuanku. Bunda bahkan bersalaman dengan Angga sebagai tanda kesepakatan, disusul oleh Kayla yang mengucapkan terima kasih karena Angga telah percaya padaku adiknya untuk proyek milik Angga, sementara aku sama sekali tidak tertarik untuk bekerja sama dengan Angga. "Naya !" Panggil bunda. "Eh iya bun ?" "Itu diajak salaman sama Angga kok diem saja!" Aku melihat wajah Angga yang tersenyum mengerikan menanti uluran tanganku. Rasanya enggan sekali berjabat tangan dengannya, tapi bunda dan Kayla masih terus memperhatikan aku dan akhirnya mau tidak mau aku berjabat tangan dengan Angga. Dan jangan kira dia langsung melepaakan tanganku, Angga justru mencengkeramnya hingga membuat tanganku terasa seperti mau patah. "Auw." Pekikku sambil berusaha melepas tanganku dari cengkeraman Angga. "Kenapa Nay ?" Tanya Kayla. Angga melepas tanganku begitu Kayla bertanya padaku. Aku sempat melirik ke arah Angga sebelum menjawab pertanyaan Kayla. "Enggak Kay. Oiya Kayla, bunda aku langsung pamit aja ya, kebetulan aku keburu mau buka studio." Pamitku agar segera terhindar dari Angga. "Kamu gak makan dulu Nay ?" Tanya bunda. "Masih kenyang bunda. Tadi udah makan di kampus." "Kanaya !" Panggil Angga. Aku melihat ke arah Angga tanpa menjawab panggilannya. "Kamu kesini naik apa tadi ? Aku tidak melihat motor kamu di depan." "Loh Nay ? Kamu ga bawa motor ?" Tanya Kayla. "Enggak Kay, tadi aku naik ojek online kebetulan motor lagi dibengkel tadi pagi kempes." Jawabku berbohong. "Mungkin bersedia untuk bareng Kanaya ?" Tanya Angga. "Oh tidak perlu ! Aku bisa pesan ojek online." "Sekalian mungkin kita bisa membicarakan soal proyek foto kita ? Soalnya aku pengen nanti dalam pengambilan foto ada konsepnya biar menarik." Kata Angga lagi. "Iya Nay, udah bareng sama Angga aja. Angga ini orang sibuk lho, jadwal dia padat, belum tentu besok bisa nemuin kamu." Kata Kayla. "Sudah Nay bareng aja sama nak Angga, orang mau bekerja sama itu perlu banyak yang diobrolkan biar tidak salah." Bunda ikut berbicara. Jika sudah dua lawan satu maka mau tidak mau maka akupun tidak bisa untuk menolak. Angga melihatku sambil tersenyum penuh kemenangan. Setelah bersiap aku kemudian berpamitan pada Kayla dan bunda untuk kembali ke studio. Dengan berat hati aku menaiki mobil Angga. Selama dalam perjalan tidak ada percakapan sedikitpun diantara kami. Aku lebih memilih untuk melihat keluar jendela sementara Angga fokus menyetir. Begitu sampai studio aku langsung turun dan berlari memasuki studio berharap bisa langsung mengunci studio agar Angga tidak bisa masuk, tapi aku salah, tenagaku tak cukup kuat untuk mengunci pintu karena Angga selangkah lebih cepat dibandingkan dengan aku. Angga bisa mendorong pintu hingga membuatku terjatuh dan selanjutnya dia malah mengunci pintu studio dari dalam. "Kenapa kamu mengunci pintunya ?" Tanyaku. "Bukankah tadi kamu ingin mengunci pintunya ? Aku kan baik hati untuk membantumu." Kata Angga sambil duduk dan menyalakan rokoknya. "Apa mau kamu sebenarnya?" Tanyaku dengan berani. Angga masih terus menyesap rokoknya, dia tidak melihat ke arahku sedikitpun. "Berhenti menerorku ! Jika aku pernah melakukan kesalahan padamu aku minta maaf! Tapi tolong berhenti mengangguku!" Kataku memohon. Angga mematikan rokoknya. Dia berjalan mendekat ke arahku. "Kamu tanya apa mauku ?" Tanya Angga sambil berdiri tepat di depanku. "Mauku adalah melenyapkan pembohong seperti dirimu dan keluargamu !" Kata Angga sambil membentakku. Aku yang kaget karena bentakan Angga secara tidak sadar langsung mengeluarkan air mata. "Kenapa menangis ?" Tanya Angga sambil mengusap air mataku. "Pembohong seperti dirimu tidak pantas untuk menangis !" Lanjutnya. "Sudah berapa banyak yang kamu dapat dari membohongiku ? Ponsel ? Uang? Fasilitas? Rahasia perusahaanku ? Lalu ?" Tanya Angga sambil mencengkeram kedua lenganku. "Aku mendapatkan itu karena aku bekerja padamu ! Aku juga tidak memerasmu ! Untuk masalah ponsel aku tidak meminta, itu kamu sendiri yang membelikan untukku ! Jadi berhenti menuduhku yang bukan-bukan ! Keluargaku tidak ada hubungannya dengan hal ini, jadi kamu tidak perlu menuduh mereka pembohong ! Cukup aku saja yang kamu salahkan !" "Hahahahahahaha ........ " Angga tertawa terbahak -bahak, dia melepas cengkeraman tangannya dariku. "Sampai disini saja ternyata kamu menyimpan kebohonganmu ?" Tanya Angga lagi sambil berjalan ke kursi. "Tanpa aku minta akhirnya kamu mengaku sendiri kan ?" Lanjutnya. "Sekarang katakan padaku kenapa kamu membohongiku ? Apa yang kamu inginkan dari kebohongan yang sudah kamu lakukan padaku ?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN