Malam itu Panca tak bisa tidur. Sungguh, ingatannya terputar pada adegan sore tadi, saat dirinya tak sengaja membiarkan iris matanya bersitatap dengan iris mata Sona. Ada kesedihan yang bisa Panca tangkap dari sana, dan sialnya pria itu mengetahuinya. Jujur saja, Panca jadi tak enak. Dia semacam memiliki rasa bersalah pada perempuan itu. Andai-andai yang ada di kepalanya terukir sempurna, seolah isi kepalanya merupa batu yang bisa diukir dan dipahat. Sayangnya, Panca sama sekali tak menyukainya. Seandainya ingatan yang terpahat adalah ingatan bagus dan baik, dia pasti merasa berterima kasih. Namun, karena ingatan yang terpahat adalah ingatan buruk, Panca jadi malas menanggapinya. Pria itu membuka pintu kamar yang ia dan Ratih tempati, lalu melangkahkan tungkai untuk segera pergi meninggal