Bu Asih tercenung lama setelah panggilan melalui ponsel itu dimatikan. Pikiran buruknya terasa memenuhi kepala. Apa maksud dari semua ini? Ketakutan dalam hatinya bergerak semakin membesar manakala dia ingat apa yang terjadi pada diri wanita itu. Asih sejujurnya takut, bahkan dia khawatir sekali. Bagaimana jika dugaannya benar dan hal itu terjadi? Sungguh dia bahkan tidak mau mengiyakan isi pikirannya sendiri. Dia takut sekali apabila hal itu benar adanya. Demi Tuhan … Asih tak sanggup. Membayangkan Panca dengan Ratih saja sudah membuat kepala Asih ingin pecah, apalagi membayangkan Panca dengan … Pesona? Ah, sungguh, tolong ambil saja segala isi kepalanya sekarang. “Kenapa melamun toh, Bu? Lagi ada yang kamu pikirkan?” tanya suaminya, Ndoro Prasojo, yang baru saja mengambil tempat duduk