‘Kalau aku maafin kamu, tapi kamu harus menceraikan mbak Sona, gimana, Mas? Apa ucapan kamu itu masih terus berlaku?’ Ah, sungguh, rasa-rasanya Panca ingin sekali menggeplak kepalanya sendiri dengan tongkat baseball atau bahkan semacamnya. Dia tak tahu ingin mengatakan apa, sebab saat ini kepalanya terasa penuh dan Panca tak bisa mengurainya. Ingatannya berputar ke masa di mana Ratih mengatakan jika dia siap memaafkan Panca asalkan Panca mau menceraikan Sona. Tentu saja itu hal yang tak mudah. Bagaimana bisa Panca menceraikan Sona, sementara anak mereka—Arjuna—hanya ingin minum s**u dari ibunya saja? Belum lagi Sona yang tak dibolehkan keluar dari rumah itu. Ah, rasanya dua hal itu sangat memenuhi otaknya hingga kini. Ruangan kerja Panca terbuka, sesosok sekertaris wanita bertumbuh ram