Kavior mengetuk pintu berkali-kali, dan sekarang ini jam menunjukan pukul setengah sembilan malam di mana semua siswa dan siswi di akademi berniat untuk beristirahat.
Mungkin ini memang bukan waktu yang tepat, di tambah hal tersebut lagi-lagi tidak sesuai dengan prediksi bahkan strategi yang sudah ia buat sendiri dari awal.
Memang, sejak kemarin Kavior ingin melakukan misi ini seorang diri karena ia merasa yakin hal ini akan berjalan dengan baik. Karena bagaimana pun ia mnerasa percaya diri dengan apa yang sudah ia rencanakan bahkan ia buat sendiri.
Percaya diri? Oh itu jelas. Kavior memang seperti itu kan sejak awal? Tidak peduli juka ia gagal atau semacamnya, yang terpenting rasa percaya diri dan juga rasa yakimmya adalah yang utama.
Kavior masih tetap mengetuk pintu kamar seseorang, kedua matanya menolah ke kanan dan ke kiri. Memeiksa seseorang agar tidak ada yang melihatnya sekarang ini.
“Wine!” Panggilnya dengan nada pelan, dan tangan yang masih mengetuk pintu sekaligus menekan pintu kamar itu berkali-kali.
“Wine! Ini aku Kavior,” Ucap Kavior dengan rasa gemas kepada salah satu temannya itu.
Ya sebenarnya bukan memang teman dekat sih, hanya saja sekedar teman say hello dan teman satu kelasnya di kelas sejarah.
Sekitar hampir sepuluh menit Kavior di hadapan pintu kamar Wine, akhirnya laki-laki bernama Wine tersebut membuka pintu kamarnya.
Dengan wajah malas, sekaligus dirinya yang sudah mengenakan baju tidur itu memicingkan kedua matanya ke arah Kavior yang rasanya merasa jengkel karena laki-laki gila itu harus menganggu masa tidur sekaligus masa istirahatnya yang akan di mulai.
“Apa? Kau kenapa harus datang ke kamarku di waktu malam begini sih?” Ucap Wine kesal.
Laki-laki dengan rambut cepak berwarna coklat terang, di tambah kedua iris mata yang berwarna hitam legam itu menyenderkan tubuhnya di bibir pintu terlebih lagi kedua tangan yang sengaja ia lipat di d**a bidangnya.
Bukannya menjawab, Kavior malah memegang kedua pundak Wine dan langsung mendorong laki-laki tersebut pelan agar masuk ke dalam kamarnya.
“f**k off Kavior! What are you doing?!” Katanya dengan nada yang sedikit meninggi.
“Just shut up!” Jawab Kavior yang membalas ucapan laki-laki tersebut dengan nada yang tidak kalah tinggi sebari menutup pintu kamar Wine.
Wine tidak menjawab, laki-laki tersebut memilih mendudukan tubuhnya tepat di pinggir kasur miliknya. Dengan wajah yang sudah terlihat kesal, Wine memutar bola matanya jengah.
“Kenapa? Ada apa kau datang dan mencariku?” Tanyannya masih dengan melempar pertanyaan yang sama sejak awal.
Kavior diam, bingung akan menjelskan dari mana. Karena sejujurnya laki-laki tersebut memang tidak bisa bertele-tele atau juga di bilang tidak bisa berbasa-basi seperti orang lain.
Sejujurnya Kavior sedikit kaku untuk memulai pembicaraan santai atau semacamnya, dan hal tersebut hanya di ketahui beberapa orang termasuk Wine.
Wine menghela nafas kasar, lagi-lagi ia memutar bola matanya kesal. Dirinya tahu bahwa Kavior bingung untuk memulai pembicaraan dengannya.
“Jadi apa yang membuat kau datang ke kamarku? Jika hal tersebut bukan hal yang sangat penting,”
Kavior akhirnya menghela nafasnya, “Kau besok pagi akan melakukan misi bersama Lugia bukan?” Tanyanya memastikan.
Wine memangangguk mengiyakan, “Ya, aku akan menjalani misi dengan laki-laki itu. Karena Tom dan Steven tidak di kasih izin oleh kedua orang tua mereka. Jadi ada apa?” Jawab Wine sebarri melemprkan pertanyaan lagi kepada Kavior.
“Apa kau sudah tau letak Gua Lemurian?”
Wine melonggarkan lipatan tangannya di depan d**a bidangngnya. “Jangan bilang kau mengetahui tempat itu?” tanya Wine dengan tatapan yang serius mengatah Kavior.
Kavior menggeleng pelan, “Aku tidak tahu lebih tepatnya di mana letak gua tersebut, namun aku tadi tidak sengaja mendengar percakapan antara Atlas serta teman-temannya begitu juga dengan Vion.
“Astaga?! Kau menguping percakapan orang lain?” Wine menggeleng sebari terkekeh pelan. “Ya tuhan Kavior, kau seperti tidak ada kerjaan sama sekali,”
Laki-laki itu berdecak pelan, “Ck! Aku kan sudah bilang tidak sengaja. Kebetulan juga mereka melakukan percakapan dan pembicaraan di dekat tempat kamar tidurku, ya jelas itu sih ke cerobohan mereka di saat tidak bisa membahas perihal yang penting di tempat yang lain,” Kata Kavior yang memberi penjelasan kepada Wine dengan penuh kejujuran.
“Lalu…..” Wine menggantungkan ucapannya, laki-laki tersebut bangkit dari duduknya dan merubah posisinya menjadi berdiri senari menatap Kavior yang tengh duduk di kursi belajarnya.
“Apalagi yang kau dengar?” Lanjutnya.
“Tidak banyak, yang pasti letak posisi Gua Lemurian tidak terletak di kerajaan timur,”
“Tunggu! Apa maksudmu?” Ucap Wine tidak mengerti.
Kavior memutar bola matanya jengah, kenapa sih anak ini selalu saja memotong ucapannya yang belum juga beres di ucapkan? Membuat Kavior sedikit kesal lama-lama berbicara dengan Wine.
“Ya, intinya Gua Lemurian tidak ada di sini. Di kerajaan Timur yang kita tinggali. Akan tetapi Gue Lemurian terletak di dalam wilayah kerajaan utara,” Jelas Kavior secara singkat.
Mendengar hal tersebut Wine mengeluarkan perkataan makian pelan dari mulutnya. “What the hell!!!” Ucap Wine dengan perasaan yang terkejut, shock dan juga tidak percaya dengan ucapan laki-laki yang ada di hadapannya.
“Kau sedang tidak bercanda kan Kavior? Demi tuhan! Bercandaanmu sangatlah tidak lucu untuk di dengar,”
“Sial! Tentu saja tidak! Maka dari itu aku mengatakan hal ini kepadamu karena ya….,” Kavior menggantungkan ucapannya sebnetar lalu kemudian kembali menatap Wine dengan tatapan serius.
“Aku tidak bisa melakukan misi ini seorang diri seperti sebelumnya,” Jelasnya lagi.
“Karena aku merasa hal tersebut perlu melakukan perjalanan ber-regu,”
Kavior menatap Wine, “Lagi pula, jika kita melakukan perjalanan misi ini tanpa melakukan kekuatan atau apalah itu namanya. Kita semua akan lelah di perjalanan, terlebih lagi perjalanan Kerjaan Timur dan ke Kerjaan Utara itu cukup menghabiskan sekitar tiga hari itu pun jika kita melakukan perjalanan dengan kuda,”
“Kalau dengan jalan kaki sekitar lima hari, apa kita tidak lelah hanya dengan pergi ke kerajaan utara saja? Tidak! Aku tidak mau kembali gagal seperti halnya kemarin,” Jelas Kavior yang terihat seperti masih tidak terima dengan kekalahan di misi pertama mereka.
“Tunggu Kavior,” ucap Wine yang terkesan memotong percakapan laki-laki itu.
“Bukankah Lugia rakyat dari kerajaan Utara yang kebetulan sekolah di akademi ini?” Lanjut Wine sebari melempar pertanyaan kepada Kavior dan mengingat hal yang dari dahulu sudah di ketahui banyak orang.
Astaga! Kenapa mereka berdua baru sadar dengan hal ini?
“Sial! Kau benar, aku lupa dengan fakta itu,” Kata Kavior sebari membalas tatapan Wine.
Wine melangkahkan kakinya, tangan kanannya itu langsung menyambar jaket coklat yang di gantung dekat lemarinya.
“Kita pergi ke kamar Lugia sekarang untuk menanyakan bagaimana kita bisa pergi ke kerajaan utara dengan cepat,” Ucap Wine yang sudah bergegas memakai jaketnya.
.
.
.
“Sudah jam berapa?” Tanya Enola yang masih sedang berlatih dengan Atlas, Carlos, Ayra dan juga Valerie.
“Pukul setengah sembilan, ada apa?” Jawab Yara senari memperhatikan Atlas dan Valerie yang sedang saling komunimasi dan menjelaskan kepada gadis tersebut tentang jalan yang kemarin sempat ia lihat untuk menuju ke Gua Lemurian.
Sedangkan Carlos, laki-laki tersebut melatih diri dengan pedang yang ia miliki. Semua sudah sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing untuk besok, sebagaimana paginya mengharuskan mereka berangkat.
Ya walaupun sebelumnya mereka mendapatkan pesan terlebih dahulu dari para petinggi dan professor Khalid, di tambah lagi Vion juga sedang mengurus perizinan perihal Valerie yang nekat ingin mengukuti misi tersebut.
Iya, sejak awal Vion emang tidak ingin mengambil resiko atau mengizinkan Valerie secara cuma-cuma karena memang bukan kapasitasnya sama sekali.
Akan tetapi dengan adanya kekuatan yang Valerie miliki, di mana itu mampu melengkapi misi kedua dengan baik.
Bahkan Vion pun setuju, jika memang tidak ada Valerie. Bagaimana mereka akan sampai secara tepat waktu di Gua Lemurian, terlebih lagi jika mereka datang dengan tangan kosong ke kerajaan utara tanpa adanya surat izin dari para petinggi kerajaan.
Dan jika mereka membawa surat izin yang di kelurkan oleh akademi sendiri saja itu sudah tidak cukup, karena bagaimana pun tidak ada surat resmi yang di luncurkan oleh raja dan ratu.
Merepotkan memamg, tetapi memang begitu cara kerjanya.
“Aku lapar,” Celetuk Enola yang merasa kelelahan berlatih dengan Carlos tentang bela diri begitu juga melatih pikirannya. Ya walaupun Atlas sudah mengatakan jangan terlalu berlebihan karena itu bisa membuat kita semua lelah. Tetap saja itu tidak berlaku bagi mereka semua karena keadaan sudah terbilang sangat mepet, dan itu tidak lebih dari cukup.
Mendengar hal tersebut Yara terkekeh pelan, helaan nagas terdengar ke indera pendengaraan Enola. “Ya aku juga, rasanya aku ingin sekali pergi ke kantin saat ini karena perutku benar-benar tidak bisa di ajak kompromi sama sekali,”
Enola tertawa kecil, “Tetapi bisa kau tidak bisa lihat? Ketiga manusia yang selalu mempunyai sikap ambisius yang tinggi ketimbang kita berdua? Mereka benar-benar terlihat sangat serius. Padahal aku yakin misi ini akan berjalan lancar-lancar saja karena hanya kita berlima yang hanya mengetahui letak posisi Gua tersebut,”
“Ya, kau benar Enola. Jadi aku rasa, kemungkinan terbesar yang akan kita hadapi hanyalah hewan-hewan buas. Bukan teman-temn kita sendiri,” Timpal Yara dengan perasaan leganya.
“Terlebih lagi, masalah itu bukanlah masalah besar dan bukan resiko yang terlalu repot juga. Karena bagaimana pun melawan hewan seperti misi pertama itu tidak terlalu sulit bagiku, apalagi Carlos. Aku yakin laki-laki tersebut bisa menangani itu semua dengan baik,”
“Hahaha! Sepertinya memang Carlos sangat pandai untuk melakukan perlindungan kepada kita semua, karena aku tahu laki-laki tersebut bercita-cita menjadi duke kekaisaran di kerajaan ini. Entah itu kapan akan terwujud, namun aku bisa membaca pikirannya bahwa hal itu adalah hal yang sudah ia tetapkan sejak awal dan selalu menjadi tujuannya di hidup Carlos,” Kata Enola yang setuju dengan percakapan yang di lakukan bersama Yara.
Dengan pandangan yang masih setia melihat mereka bertiga berlatih secara kerja keras masing-masing.
Di sisi lain, Atlas dan Valerie. Mereka berdua masih sibuk dengan menggambarkan jalan dan suasana kepada Valerie tentang apa yang ia lihat tempat Gua Lemurian yamg menjadi tujuan utama mereka.
Valerie memutar tangannya, membentuk lingkaran di hadapannya yang lagi-lagi di dalam lingkaran tersebut adalah jalan portal yang di buat oleh Valerie, Atlas melihat isi portal itu. Kemudian beberapa detik kemudian ia menghela nafas panjang dan menggeleng pelan.
“Bukan lagi?” Tanya Valerie memastikan, Atlas mengangguk mengiyakan.
Valerie menghela nafas panjang, merasa lelah karena ini udah yang kesekian kalinya mereka gagal untuk menocokan posisi jalan yang akan mereka tuju.
“Maafkan aku, “ Valerie merasa bersalah kepada laki-laki itu, karena bagaimana pun ia memang tidak bisa melakukan ini secara sempurna karena ia masih dalam tahap belajar.
“Maaf untuk apa?” Tanya Atlas sedikit bingung. Yang tengah menatapnya dengan tatapan datar namun itu mampu membuat Valerie sedikit salah tingkah.
Sial! Valerie hampir lupa bahwa laki-laki itu bukanlah Atlas yang asli.