Ambisius (a)

1033 Kata
“Tunggu? Apa yang kau bilang barusan?” Pekik Lugia dengan rasa yang penuh dengan rasa terkejut. “Kau bilang apa barusan tadi Wine? Coba katakan lagi?” Wine menarik nafas panjang, “Hah! Baiklah okay,” Kesalnya sebari menjatuhkan tubuhnya tepat di pinggir bibir kasur king size milik Lugia. “Gua Lemurian terletak pada hutan di kerajaan Utara,” Kata Wine lagi dengan perkataan penuh penekanan di sana, dan itu cukup membuat Lugia langsung terdiam seribu bahasa karena laki-laki tersebut benar-benar tidak percaya dengan ucapan yang Wine katakan tadi. Pandangan terarah kepada Kavior yang tengah berdiri sebari menahan tubuhnya dengan satu kanan tangannya di atas meja belajar milik Lugia. “Yang dia ucapkan benar?” Tanya Lugia memastikan sebari melirik ke arah laki-laki bernama Wine tersebut secara sekilas. Kavior sedikit memanyunkan bibirnya sebari menganggukan kepalanya pelan, “Itu benar, yang dia ucapkan tidak ada kebohongan sama sekali. Terlebih lagi sampai mengada-ngada,” Entah kenapa mendengarnya saja membuat Lugia kembali mendapatkan kesadaran dari kelinglungan seratus persen, terlebih lagi ia langsung merasa kelemasan setelah mendengar salah satu fakta yang benar-benar tidak pernah ia pikirkan sedikit pun selama hidupnya. Ayolah?! Sejak kapan? Sejak kapan Gua tersebut terletak di kampung halamannya? Dan lagi, kenapa dirinya benar-benar tidak mengetahui hal ini sih? Sial! Lugia sepertinya terlihat sangat bodoh sekaligus i***t sekarang akibat ketidaktahuannya perihal gua bersejarah sekaligus legenda itu, dan hal tersebut sangatlah di memalukan sekali baginya. “Kau tidak mengetahui hal itu, Lugia?” Tebak Kavior langsung saat dirinya mampu membaca raut wajah laki-laki itu yang baru saja berubah seperkian detik. Dan itu mudah sekali di tebak oleh Kavior secara langsunng. Lugia mendongak, kepalanya menggeleng patah-patah seraya menjelaskan bahwa dirinya juga bemar-benar tidak tahu tentang fakta letaknya Gua Lemurian tersebut. Dan lagi, Lugia benar-benar baru mengetahui hal ini dari mereka berdua. Yaotu dari Wine dan tentunya Kavior. “Kalian berdua, mengetahui hal tersebut dari mana?” Tanya Lugia yang kepalanya benar-benar penuh pertanyaan di sana, akan tetapi laki-laki itu masih bisa menahan mulutnya dengan baik. Karena bagaimana pun ia lebih memilih untuk mendengarkan semua penjelasan Kavior atau pun Wine yang sepertinya terlihat sangat tahu persis tentang letak Gua yang terkenal legenda itu. Pandangannya mengarah ke arah Wine, akan tetapi kedua mata itu malah melirik ke arah Kavior. Seakan-akan pandangannya mengatakan bahwa orang yang tengah berdiri di hadapan mereka berdua ini mengetahui semuanya secara keseluruhan. “Kavior yang mengetahui hal tersebut, karena sejujurnya aku pun baru tahu beberapa waktu lalu karena dia memberitahuku langsung saat aku berniat untuk beristirahat,” Ujar Wine yang sekarang ini sempat sedikit memikirkan perihal waktu istirahatnya yang terbuang sia-sia karena satu fakta dan infomarsi penting untuk mereka menjalankan misi besok. Setelah Wine menjelaskan seperti itu, Lugia langsung kembali menatap ke arah Kavior dan menunggu penjelasan laki-laki itu. Terluhat Kavior seperti menghela nafas kasar, lalu tangan kanan yang tadi sempat untuk menahan tubuhnya barusan langsung menarik kursi yang tidak jauh dari posisinya. Kemudian tubuhnya ia jatuhkan di atas kursi dengan posisi menghadap ke arah Lugia dan Wine yang sedang duduk bersebelahan di atas pinggi kasur milik Lugia. “Aku pun baru mengetahui fakta itu beberapa waktu yang lalu saat aku tidak sengaja berniat masuk ke kamar. Akan tetapi telingaku menangkap sebuah percakapan Valerie, Enola, Atlas, Caros, Yara dan juga Vion,” “Apa katamu? Vion?” Potong Lugia langsung, namun Wine langsung menepis pundak laki-laki itu keras agar diam sebentar karena bagaimana pun mereka harus mendengarkan secara jelas dari Kavior apa yang terjadi. Sebenarnya Wine sudah sedikit tahu perihal itu, hanya saja ia juga ingin mendengar lagi secara keseluruhan dan fokus dengan pembicaraan mereka saat ini. Karena tadi, saat Kavior menjelaskan sedikit. Dirinya sedikit terburu-buru untuk pergi berniat menemui Lugia. “Iya, aku melihat Vion bersama Atlas dan teman-temannya. Dan awalnya aku tidak terlalu tertarik sebenarnya, tetapi saat melihat ekpresi wajah mereka yang sangat serius saat berbicara di sana lah jiwa penasaranku semakin meningkat,” “Dan satu hal yang berhasil aku dengarkan di antara percakapan mereka adalah letah di mana Gua Lemurian berada, maka dari itu aku langsung pergi mendatangi Wine untuk mempertanyakan hal ini sekaligus memberitahu kepada kalian berdua,” “Karena bagaimana pun aku benar-benar membutuhkan kalian untuk pergi menjalankan misi bersama, di tambah kita bekerja sama untuk melakukan misi tersebut,” Jelas Kavior panjang lebar, dan itu masih belum ada jawaban dari Lugia begitu pun juga Wine. Mereka berdua masih sibuk dengan pikiran mereka berdua masing-masing dan hal tersebut Kavior tidak bisa menebaknya sama sekali. “Kavior benar, untuk melakukan misi kedua ini memang tidak bisa di jalankan seorang diri seperti sebelumnya. Dan juga di misi besok mau tidak mau kita memang harus membuat tim agar berhasil mengambil pusaka diamon di Gua Lemurian tersebut,” Jawab Lugia yang akhirnya membuka suara setelah berdiam diri memikirkan sesuatu dari perihal perkataan Kavior tentang misi besok yang akan mereka jalani. Lugia mendongak, menatap ke arah Kavior, “Jadi apa rencanamu? Kau akan bergabung dengan kami berdua kan?” Tanya Lugia langsung. Kavior menghela nafas kasar, “Aku masih memikirkan bagaimana kita bisa berangkat ke kerajaan utara tanpa ada rasa lelah sedikit pun karena aku yakin, tenaga kita perlukan untuk di gua nanti. Karena di sana tidak semudah itu mengambil pusaka diamond yang masih samar-samar sekaligus abu-abu letak pusaka tersebut,” “Jika kita berjalan ke kerajaan utara dengan menaiki kuda atau jalan, tetap saja kita akan sampai sekitar 3 atau lima jari kemudian. Dan aku yakin Atlas dan teman-temannya akan berhasil untuk yang kesekian kalinya,” Wine lansung bangkit dari duduknya saat Kavior mengucapkan itu, “Hell! Nah! Aku tidak ingin Atlas dan teman-temannya lagi yang berhasil memenangkan misi ini dan mereka semua yang memborong reward yang di berikan professor Khalid,” “Tidak, aku tidak mau. Karena aku juga ingin mendapatkan hadiah dan reward yang besar seperti halnya professor Khalid jelaskan kemarin,” Lanjut Wine dengan nada menggebu-gebu. “Kau benar Wine, aku juga setuju denganmu. Kita harus berjuang dan jangan membiarkan Atlas dan teman-temannya berhasil untuk yang kedua kalinya, karena bagaimana pun kita juga pantas untuk di apresiasi. Ayolah! Atlas hanya genius saja, laki-laki itu tidak mempunyai kekuatan sejak ia datang ke akademi ini dan terlebih lagi kekuatan kita lebih hebat di banding teman-teman Atlas,” Kata Lugia panjang lebar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN