Pengelihatan Atlas di masa depAn

1742 Kata
Atlas, Yara, Valerie, Carlos dan Enola saling diam. Mereka berlima tidak banyak berbicara saat ini setelah mereka baru saja selesai makan siang benerapa menit yang lalu. Sekarang ini mereka sedang berada di taman yang tidak banyak di kunjungi banyak orang, terlebih lagi Yara sudah menyembunyikan keberadaan mereka berlima semua dengan kekuatan yang gadis itu miliki. Sedangkan Valerie, gadis tersebut tidak kembali berekpresif bahkan banyak bicara seperti sebelumnya. Dan itu setelah kejadian di mana Kavior benar-benar kembali menekankan perihal kebiasaan masyarakat sejak dahulu bahkan sampai saat ini. Iya, itu sudah hukum alam dan sepertinya memang perihal yang sering di lakukan secara turun menurun. Karena bagaimana pun sampai detik ini belum ada orang yang mampu mematahkan stigma tersebut sebagaimana para peringgi kekaisaran bahkan raja dan ratu pun juga tidak merubah sikap arogan bahkan sombongnya para bangsawan yang selalu merasa setara dengan keluarga kerajaan. Terdengar sangat menyebalkan bukan? Iya, itu tentu karena kulture bangsa kerajaan timur memang benar-benar sangat menyebalkan bahkan tidak bisa di masuk dalam nalar, dan itu cukup membuat Valerie merasa ketakutan setiap waktu dan setiap saat. Bahkan Enola pun memahami perasaan Valerie selama ini, dari rasa ketakutan hal terkecil sampai hal terbesarnya. Terlebih lagi dengan rasa khawatirnya yang terkadang sering berlebihan dan tidak masuk akal juga. Enola tahu, bahkan enola juga sadar tidak semua para bangsawan terutama bangsawan kelas atas bersikap semena-mena atau arogamn bahkan sombong seperti yang kalian bayangkan. Namun memang ada beberapa dari mereka yang seperti itu, bahkan ada juga yang menganggap masyarakat kelas rendah yang tidak ada garis keturunan bangsawan saja di anggap b***k oleh mereka semua. Maka dari itu mereka sering bersikap semena-mena kepada mereka. Menyedihkan? Memang, bagaimana pun semua manusia itu sama derajatnya. Tidak ada yang membedakan sama sekali, benar-benar tidak ada. Bahkan Valerie dan Enola pun sempat berfikir jauh dam bertanya-tanya. Siapa yang membuat stigmen tidak masuk akal seperti ini? Yang membut semua orang menderita bahkan anak kecil atau bayi yang baru lahir yang masih mempunyai fikiran yang masih jernih dan tidak ada dosa sama sekali saja harus menanggung beratnya hidup yang tidak masuk akal begini? Itu bemar-benar sangat tidak adil bukan? Maka dari itu, wajar salah satu dari mereka merasa bahwa rakyat bangsawan kelas atas itu iblis karena sikapnya yang selalu semena-mena. Bahkan ada yang sampai dendam dan terobsesi menjadi hebat dan kuat untuk memusnahkan semua rakyat yang mempunyai keturunan bangsawan, salah satunya adalah Kavior. Mungkin memang banyak orang-orang yang juga merasa dendam dengan sikap dan prilakuan mereka semua. Akan tetapi hal tersebut tidak semua berani menyuarakan secara terang-terangan seperti halnya Kavior. Sejujurnya juga, sebagaimana memang Kavior terlahir dan berasal dari rakyat biasa seperti halnya Atlas, tetapi ia mempunyai masa lalu yang buruk dan sama sekali tidak pumya momen yang baik jika itu berhubungan dengan masyarakat bangsawan kelas atas. Iya, rumor yang beredar di akademi adalah keluarga Kavior pernah di lakukan tidak baik oleh bangsawan kelas atas, bahkan salah satu keluarganya ada yang di jadikan b***k oleh mereka. Namun setelah itu professor Khalid menemukannya, dan membantu Khalid agar ia keluar dari kesengsaraan yang tidak masuk akal tersebut. Namun sayang, semakin ke sini kesannya Kavior seperti tidak tahu diri. Iya, dengan sifat yang seperti itu, itu sudah jelas tidak tahu diri atau semacamnya. Semua sudah di permudah, semua sudah di bantu secara tuntas. Dari dirinya sendiri bahkan keluarganya agar tidak ada yang menjadi b***k lagi kedepannya. Namun sayang, Kavior tidak menghargai hal itu. Dan dia terkesan licik, dan serakah ingin mempunyai kekuatan semua orang yang menurutnya hebat. Seperti halnya kekuatan professor Khalid bahkan Atlas juga yang sekarang menjadi sasaran laki-laki itu. Meresahkan? Memang. Dia sangat terobsesi menjadi kuat di masa depan untuk membalaskan dendamnya kepada bangsawan-bangsawan kelas atas dan memusnahkan semuanya. “Valerie,” Panggil Enola sebari menyentuh pundak gadis itu pelan dan mengelusnya perlahan seperti haknya menyalurkan kenyamanan kepada gadis tersebut. Valerie menoleh, menatap datar Sahabatnya dan menikmati perlakuan Enola yang di lakukan kepadanya. “Tidak usah di pikir sejauh itu,” Ucapnya dengan senyuman hangat di wajah Enola. Enola tahu, dan Enola paham dengan pikiran Valerie saat ini. Gadis tersebut membacanya, membaca semua pikiran Valerie sekarang ini. Terlalu banyak pikiran-pikiran yang tidak seharusnya di fikirkan bahkan sampai segitunya. Karena Emola yakin itu tidak akan terjadi dan hal tersebut terlalu sangat berlebihan untuk di fikir lagi. Valerie menghela nafas panjang, “Kavior sudah benar-benar terobsesi Enola, kau tahu hal itu. Bahkan dengan dia yang suka mendekatiku dan mengangguku itu sudah jelas bahwa ia benar-benar menbenciku dan orang-orang yang memiliki darah bangsawan sepertiku,” Jelas Valerie dengan rasa ketakutan yang benar-benar tidak bisa ia bendung sama sekali. Enola menggeleng, “Tidak, dia tidak akan melakukan hal tersebut. Tidak akan pernah karena sejujurnya Kavior tidak mempunyai kekuatan hebat seperti halnya kekuatan Professor Khalid, Valerie,” “Enola,” Panggil Atlas. Membuat semua orang di sana kembali tertuju dan terdokus kepada laki-laki itu yang terlihat seperti halnya sedang berfikir. Atlas mendongak, menatap Emola dan Valerie secara bergantian. “Mungkin itu memang hal yang bagus untuk meredakan ke khawatiran Valerie sekarang ini, bahkan memang sudah lebih cukup,” “Namun sayang, ucapanmu itu membuat aku berfikir sejak tadi. Kareja ada beberapa bayangan yang muncul di pikiranku sekarang,” Jelas Atlas sebari berusaha menjatuhkan tubuhnya untuk merubah posisinya menjadi duduk. Yara tahu, begitu pun Carlos. Dengan cepat Yara langsung melangkah ke arah laki-laki tersebut dan memegang tangan Atlas agar rasa sakit yangbia rasakan saat melihat semua bayangan tersebut di pikirannya berasa berkurang. Begitu pun Valerie yang wajahnya terlihat khawatir melihat Atlas seperri itu. Setelah posisi gadis tersebut sudah berada di samping Atlas sebari memegang punggung laki-laki tersebut. Valerie menoleh ke arah Yara. “Dia kenapa?” Tanya Valerie yang sebelumnya tidak mengerti. Yara menoleh, “Dia sedang melihat sesuatu di dalam pikirannya sendiri. Dan itu cukup bisa membuat Atlas sedikit merasa kesakitan yang luar biasa, mangka dari itu aku membantu mengurangi rasa sakit itu,” Valerie diam, tidak menjawab namun khawatir dengan Atlas yang terlihat seperti menahan sakit. “Apa yang kau lihat Atlas?” Kata Carlos. “Apa kau bisa menjelaskannya kepadaku agar aku bisa menafsirkan hal tersebut,” Atlas masih diam tidak menjawab, semua pemandangan itu benar-benar terlihat seperti halnya kaset yang rusak. “Aku…” laki-laki tersebut menggantungkan ucapannya, masih berusaha menjelaskan apa yang dirinya lihat kepada Carlos. Sedangkan Carlos masih setia menunggu, namun dengan cepat ia menoleh ke arah Enola yang tengah berdiri diam sebari jalnya pandangan yang kosong. “Enola!” Panggil Carlos dengan nada yang tinggi dan itu cukup membuat gadis tersebut langsung terkejut. Enola seperti orang yang terihat sangat kebingungan, ia melihat ke kanan dan ke kiri seperti halnya melihat ke sekelilingnya. “Apa yang kau lihat?” Tanya Carlos langsung tanpa melemparkan pertanyaan basa basi karena memang bukan waktunya untuk melakukan hal tersebut. Enola masih diam, gadis itu seperti kebingungan dengan apa yang terjadi namun sebisa mungkin untuk bersikap normal di situasi seperti ini. “Aku tidak yakin, namun yang pasti pikiran Atlas saat ini…..,” Enola menegukan air silvanya, merasa ragu untuk mengucapkan hal ini kepada mereka semua terutama di hadapan Valerie. “Cepat katakan, Enola,” Lanjut Carlos tidak sabar. “Pikiran Atlas saat ini, ia sedang berada di kekacauan yang penuh dengan kesengsaraan,” Jelas Enola dengan nada yang sangat amat pelan. “Kekacauan yang entah dari mana asalnya, dan di mana,” Carlos diam, berusaha mencerna penjelasan Enola yang sempat ia lihat dari pikiran Atlas. Ia diam, sekitar beberapa menit. Namun setelah itu wajahnya tiba-tiba menegang, seperti halnya ekpresi wajah Enola benerapa waktu yang lalu. “Sial!” Kata Carlos sebari memegang kedua kepalanya dan mengacak rambutnya. “Carlos,” Panggil Yara yang terkesan berusaha menenangkan laki-laki itu sebagaimana ia sedang mencoba mengurnagi rasa sakit kepada Atlas. “Sial! Sial! Sial!” Teriaknya kesal. “Kenapa semakin kacau seperti ini sih?” Carlos mengusap wajahnya dengan kedua tangan secara kasar, kemudian menoleh lagi kepada Atlas dan melangkahkan kakinya kepada laki-laki tersebut. “Sadarlah bodoh! Kau bisa memgendalikan pikiranmu sendiri agar terus tidak melihat kekacauan itu!” Ucapnya yang terkesean mengdarkan Atlas, kedua tangannya memegang pundak Atlas dengan kencang dan sesekali mencengkram pundak Atlas sekilas. “Jangan kau biarkan pikiranmu melihat semua kekacauan itu,” Kata Carlos lagi dengan rasa gemas yang ada di dirinya. Lantas Carlos langsung menoleh ke arah Enola yang juga sepertinya terhanyut dengan bayangan yang di lihat oleh Atlas. Karena bagaimana pun kekuatan Enola memang seperti itu dan ya! Carlos mengakui bahwa ini sangat amat merepotkan sekali. Sialan memang. “Enola! Ya tuhan!” Enola kembali menoleh ke arah Carlos, dengan cepat langkahnya mendekat kepada laki-laki itu. Dan berada di sampinn Carlos dengan posisi langsung terduduk lemas di sebelah tubuhnya. Gadis tersebut menggelengkan kepalanya pelan, “Itu benar-benar mengerikan,” kedua matanya berusaha mati-matian membendung air mata yang berusaha untuk keluar. “Aku benar-benar tidak tahu hal itu apa, tapi itu benar-benar sangat mengerikan dan aku…… aku tidak sanggup ada di sana,” Kata Emola dengan nada suara yang sangat amat parau, Valerie yang tahu bahwa Enola hampir tidak pernah menangis bahkan merasakan rasa takut seperti dirinya. Melihat sahabatnya sampai seperti itu, cukup membuat Valerie yakin bahwa sesuatu yang ia lihat dan Atlas itu benar-benar kacau. Carlos kembali berdecak, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Namun kemudian Carlos langsung menangkup wajah Enola yang sudah kemerahan karena air mata yang berhasil mengalir. “Apa kau bisa memberhentikan apa yang orang sedang pikirkan Enola?” Enola diam tidak menjawab, namun beberapa menit kemudian ia membuka suara setelah berfikir sejenak, “Maksudmu? Aku mengendalikan pikiran?” Enola melepas perlahan tangan Carlos secara perlahan kemudian menggeleng lemah. “Tidak, itu bukan jangkauanku sebagaimana aku berusaha dan belajar, aku tidak bisa mengendalikan pikiran seseorang seperti halnya Kavior yang memang sudah mempunyai kekuatan itu sejak awal,” Jelas Enola lemah. “f**k!” Maki Carlos yang cenderung ke diri sendiri. Dengan kedua tangan yang kembali mengacak-ngacak rambutnya tang berwarna silver itu. “Atlas! Sadarlah!” Kata Carlos dengan nada yang tinggi dan bisa membuat telinga yang mendengar suara itu sedikit sakit. Kedua tangan itu kembali mencengkram kedua pundak Atlas, dengan hal seperti ini saja Atlas tidak sadar. Mungkin ini memang jalan satu-satunya yang harus di lakukan Carlos. Dengan rasa keraguan yang amat besar namun di sisi lain ia juga merasa yakin, akhirnya Carlis memantapkan dirinya dan menarik nafasnya panjang. Setelah itu akhirnya Carlos melayangkan tangan kanannya kemudian menampar keras wajah Atlas sehingga laki-laki itu langsung tersungkur lemas dan pingsan di tempat. Membuat Valerie dan Yara yang melihat hal tersebut memekik pelan karena terkejut. Sedangkan Enola hanya bergumam pelan, “s**t!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN