Pikiranku terus melamun memikirkan kejadian yang sudah-sudah. Rendi menguasai inti lamunan hingga empatiku senantiasa tertuju padanya. Aku berlari hingga kehabisan napas, terengah-engah lalu menatap puluhan kaki yang berpijak di atas aspal. Dari sana, aku sadar posisiku sudah berada di jalan utama. Aku seakan tenggelam dalam lautan manusia. Ribuan obor menyala temaram memenuhi pandangan. Bau minyak tanah tercium kuat di udara. Nada lagu kasidah mengiringi keramaian jalan diapit gedung-gedung besar. Sebagian besar rombongan itu terdiri dari bapak-bapak ditemani istri mereka. Puluhan anak muda mungkin terselip di tengah kemeriahan acara. Aku tak tahu, kebanyakan generasi saat ini kurang peduli dengan acara peringatan seperti ini. Termasuk aku. Langkahku berbelok, memisahkan diri dari rom