Bab VIII : Lenka

2330 Kata

Suara kecupan sayup terdengar. Sensasi geli datang sebagai salam pembuka.Punggungku menggelinjang kaku menekuk tinggi. Kepalaku menengadah, ditopang oleh leher yang terkejat. Aku belum paham apa yang terjadi. Tubuhku seakan bergerak sendiri, menjalankan mode autopilot untuk merespons beragam sentuhan dari luar. Desahan kecil tercipta tanpa kusadari. Butuh perjuangan besar untuk mengangkat kelopak mata, seakan ada puluhan kilogram beban yang menggelantung di sana. Gelap. Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit tinggi terbuat dari susunan besi. Bagian atapnya bolong-bolong nyaris runtuh dimakan karat. Binar mentari menyelinap dari celah-celah kerusakan, menyorot tepat menuju mata membuatku nyaris buta. Susah payah aku menahan oksigen di udara, tetapi entah kenapa napasku malah ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN