Bab XXI : Emosional

2098 Kata

Daun kering terbang ditiup angin mendung. Awan gelap menyelimuti seisi langit. Kusaksikan siang berubah menjadi seredup senja. Pikiranku terasa linglung. Langkahku gontai mengikuti dua orang di hadapan. Cindy dan Rendi seakan lupa akan keberadaanku. Sepanjang perjalanan menuju perpustakaan, mereka larut dalam ragam percakapan. Keduanya bersenda gurau, bercengkerama tentang guru dan pelajaran. “Kak Rendi tinggal di mana?” tanya Cindy, tiba-tiba. Sedari tadi hanya basa-basi saja. Mendadak ia mengorek informasi pribadi lawan bicaranya. “Itu...” ada semacam jeda.Rendi sejenak menoleh ke belakang— menatapku. Aku paham dia meminta izin dariku. Kusilangkan lenganku membentuk huruf X, tanda ketidaksetujuan. “Aku ngekos di dekat rumah Dian,” jawab Rendi ragu. Cindy memalingkan pandangannya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN