Bab XX : Gadis Binal

1195 Kata

Udara dingin menyelinap masuk dari balik rimbun pepohonan. Embusan angin menggelitik punggung telinga hingga membuatku bergidik seketika. Sendok berisi butiran nasi—berbalut minyak berwarna keemasan—mengayun ke dalam mulut demi menghilangkan lapar. Aku harus menundukkan kepala untuk melahap makanan. Posisi meja ini terlalu rendah dari posisi ideal. Dan kenapa pula dengan rambutku? Tiap helainya menempel pada makanan berminyak karena sedikit-sedikit menyelinap jatuh dari bahu. Model panjang digerai memang membuatku terlihat imut. Akan tetapi, ini tidak praktikal. Rasanya jauh dari kata nyaman alias merepotkan. Aku salut pada Cindy. Gadis itu bisa menjaga ketenangan dalam menyantap makanan. Pergerakan tubuhnya begitu gemulai hingga menciptakan kesan anggun. Coba perhatikan bagaimana

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN