Seorang pria menyangga kedua lengan kekarnya pada besi pembatas yang terletak di lantai 2. Matanya tertuju pada seorang wanita yang hendak berjalan menaiki anakkan tangga menuju lantai 2.
Dia masih diam menatap lekat wanita yang membuat dia penasaran dengan suara seksinya saat dia berada diatas panggung.
Wanita yang dia pandang, terus melangkahkan kakinya berjalan ke arahnya.
Dia memperhatikan gerak-gerik wanita itu. Sesekali wanita itu tersenyum nakal dan melempar mata genit kepada para lelaki hidung belang yang ada di dalam ruangan VVIP atau mereka yang sedang duduk di meja bar.
Agha menghela panjang nafasnya. Sungguh dia ingin mendekati wanita yang menjadi incaran matanya saat ini.
Agha merasa bahwa wanita itu tidak sembarangan memilih pria yang siap untuk dia layani. Terlihat dari cara dia memandang para pria dan caranya menjaga dirinya dibalik gaun seksi yang dia kenakan.
Wanita bergaun merah itu terus berjalan ke arahnya.
Melihat itu, Agha langsung menegakkan posisi tubuhnya dan beralih menghadap wanita yang akan berjalan melewatinya.
Dia menyugar rambutnya ke belakang dan membuang bulir-bulir keringat yang ada di dahinya dengan tangan kanannya.
Tangan kirinya dia selipkan di saku celana kirinya.
Ketika wanita itu hendak berjalan semakin mendekati dirinya, Agha menghentikan niatnya untuk mengejar dan mendekati wanita itu saat melihat seorang pria berjalan di belakang wanita itu.
Dia kembali mengalihkan pandangannya pada lantai dasar.
Pria yang dia lihat itu lalu berhenti tepat di belakangnya. Dia membuka suaranya.
“Mr. Black, semua berkas perjanjian tadi siang sudah berada di tangan kita.” Ucap pria itu seraya memberitahu perihal penting kepadanya.
Pria itu adalah sekretaris pribadinya, Rey Hermian.
Agha tetap ridak bergeming.
Melihat respon Bos Besarnya yang hanya diam saja, membuat Rey hendak meninggalkan Bos Besarnya itu. Tapi saat dia hendak melangkahkan kakinya.
“Aku menginginkan wanita malam ini.” Ucapnya santai dengan kedua tangan bertumpu pada besi pembatas.
Rey terdiam. Diamnya bukan terkejut, tetapi bingung. Pasalnya, diskotik ini tidak memberikan pelayanan wanita malam untuk para tamu dan pelanggan yang datang.
Tetapi jika para tamu dan pelanggan ingin bermain dengan wanita yang datang ke diskotik ini, maka diskotik ini sudah menyediakan fasilitas kamar inap VVIP untuk tempat mereka menghabiskan malam berdua.
Rey kemudian membuka suara.
“Mr, diskotik ini tidak menyediakan fasilitas wanita malam. Tetapi saya akan mencari mereka dan mengumpulkannnya di ruangan yang sudah kita pesan. Anda bisa memilih yang anda suka Mr.” Ucap Rey menunduk dan hendak permisi meninggalkan Bos Besarnya.
Agha lalu berbalik menghadap sekretaris pribadinnya itu.
“Tunggu.” Ucap Agha memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Rey diam memandang wajah sangat Bos Besarnya. Perasaannya sungguh tidak enak saat ini. Dia yakin, kalau Bos Besarnya akan meminta suatu hal diluar pemikirannya saat ini.
“Kau tahu aku tidak selevel dengan jalang yang sudah berganti pasangan.” Ucap Agha santai tanpa berdosa, mengingat dirinya saja juga seorang pria yang suka berganti pasangan.
Walaupun wanita yang dia selama ini benar wanita yang sama sekali belum tersentuh dengan seks bebas.
Rey mengernyitkan keningnya dan semakin tidak mengerti apa keinginan Bos Besarnya saat ini. Pasalnya, sebelum pergi ke diskotik ini Bos Besarnya baru saja bercinta dengan dua orang wanita sekaligus.
Tanpa menunggu lama, Rey kembali membuka suaranya.
“Baiklah Tuan. Saya akan mencari wanita khusus untuk anda mala mini. Saya akan memberi informasinya 10 menit dari sekarang.” Ucap Rey lagi kemudian menunduk hormat.
Agha menunjukkan senyuman iblisnya. Bibir seksi kembali mengucapkan kalimat yang membuat sekretarisnya, Rey membulatkan bola matanya..
“Aku ingin wanita bergaun merah itu.” Ucap Agha penuh penekanan.
Rey diam dan tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Karena dia sendiri tahu siapa wanita itu. Dan bagaimana pun cara dan teknik Rey untuk mendapatkan wanita yang Bos Besarnya inginkan saat ini, itu sangatlah tidak mungkin.
Wanita yang Bos Besarnya inginkan saat ini tidak mungkin bisa menjadi santapannya.
Karena wanita itu adalah sang pemilik diskotik The Levent Coltar. Bahkan para pekerjanya saja sangat menghormatinya. Wanita yang Rey tahu akrab disapa Miss White itu juga sangat disegani oleh para tamu dan pelanggannya.
Melihat manik mata Bos Besarnya yang sangat ingin berjumpa dengan wanita itu, mau tidak mau Rey harus memberitahu kepada Bos Besarnya siapa wanita yang menjadi incaran Bos Besarnya itu.
“Mr, wanita yang anda inginkan tidak mungkin bisa untuk saya dapatkan. Lebih baik saya mencari wanita belia lain. Saya akan menemukannya sesegera mungkin.” Ucap Rey lagi dengan sopan.
Agha mengernyitkan keningnya.
“Kenapa ? Kau meragukan kemampuanku Rey ?” Tanya Agha dengan kesombongannya yang haqiqi.
Rey kembali menatap Bos Besarnya dengan senyuman kecut di wajahnya.
“Bu… Bukan begitu Mr. Karena…”
“Karena wanita itu…”
Rey susah untuk menegukkan salivanya sendiri.
Agha menatap tajam manik mata Rey.
“Siapa dia.” Ucap Agha seraya bertanya dengan suara baritonnya.
Sungguh Agha tidak pernah menerima penolakan. Bagaimana pun caranya, dia harus bisa mendapatkan wanita bergaun merah yang dia inginkan itu. Karena apa yang dia inginkan harus bisa untuk dia dapatkan, pikirnya.
Rey menjawab pertanyaan Bos Besarnya dengan suara terbata.
“Dia…”
“Dia pemilik The Levent Coltar ini, Sir.” Jawab Rey menundukkan pandangannya ke bawah.
Sungguh saat ini dia tidak mau menjadi sasaran amukan Bos Besarnya, jika dia tidak bisa memenuhi keinginannya. Karena dia tahu, bagaimana sikap Bos Besarnya jika sudah mengamuk karena tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Pemilik diskotik ini ?” Tanya Agha kembali memastikan dengan menaikkan satu alisnya.
Rey mengangguk ragu seraya mengatakan iya.
Lama Agha terdiam mencerna pernyataan dari sekretarisnya itu. Kemudian, senyuman nakal mulai terbit di sudut bibirnya.
“Pemilik diskotik ini.” Gumamnya pelan lalu kembali menghadapkan pandangannya pada lantai dasar yang dihuni oleh seribu umat yang sedang melampiaskan nafsunya.
Rey terdiam menlihat respon Bos Besarnya. Sungguh dia tidak bisa menebak apa yang akan direncanakan oleh Bos Besarnya itu.
Dia tahu, kalau Bos Besarnya selalu membuat rencana-rencana gila diluar akal sehat orang-orang demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
Agha kembali membuka suaranya.
“Siapa namanya.” Ucap Agha seraya bertanya kepada sekretarisnya yang masih berada di belakangnya.
Rey menelan ludahnya, lalu mulai menjawab pertanyaan Bos Besarnya dengan susah payah.
“Dia…”
“Miss White.” Jawab Rey singkat dan membuat Bos Besarnya kembali berbalik menghadap dirinya.
Rey mulai berkeringat dingin melihat Bos Besarnya mulai dingin menatapnya.
Senyuman maut tercetak di sudut bibirnya.
“Miss White ?” Tanya Agha kembali memastikan.
Pasalnya dia tidak tahu menahu tentang pemilik diskotik langganannya ini, yang ternyata sang pemiliknya adalah seorang wanita seksi yang mampu menarik perhatian seorang Presiden Direktur Eruca Alp Corporation itu.
“Iii... iya, Sir Dia selalu dipanggil dengan nama Miss White. Pemilik diskotik ini.” Ucap Rey lagi.
Agha lalu membuka satu kancing kemejanya. Pikirannya sudah melayang jauh sekarang. Ingin sekali rasanya dia menggerayangi wanita yang saat ini sudah memenuhi otak dan hasratnya. Bagaimana pun caranya, dia harus mendapatkannya, pikirnya.
Agha mulai penasaran dengan sang pemilik diskotik ini. Dia harus mencari tahu tentang itu, pikirnya lagi.
“Baiklah. Sampaikan pada pemilik diskotik ini, bahwa aku menginginkan seorang wanita yang sangat spesial untuk menemani aku tidur satu malam ini.” Ucapnya lalu berbalik memunggungi sekretarisnya.
Rey melongo mendengar pekerjaan yang harus dia lakukan sekarang. Sungguh dia bingung bagaimana caranya dia melakukan itu. Karena dia tahu, sangat sulit sekali untuk bisa berjumpa secara pribadi dengan pemilik diskotik ini.
Melihat Bos Besarnya terdiam lama, membuat Rey hendak meninggalkannya dan melaksanakan apa yang Bos Besarnya perintahkan.
“Baiklah Mr. Black. Saya akan menyampaikan pesan anda kepada pemilik diskotik ini.” Ucap Rey menunduk hormat lalu pergi dari hadapan Bos Besarnya.
Pandangan Agha tertuju dengan sejuta umat yang ada di bawah sana.
Senyuman maut itu masih terus menghiasi wajah sangarnya.
“Miss White…”
“Sialnya. Aku baru mengetahuinya sekarang.” Ucap Agha lalu mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru diskotik.
Diskotik yang sangat berkelas. Terlihat sangat mewah. Bahkan yang mampu mengunjungi diksotik ini hanyalah orang-orang yang berasal dari kelas menengah ke atas.
“Miss White…” Gumamnya lagi.
“Kau pasti bukan wanita sembarangan…”
“Dan aku pastikan, kau akan segera berada di dalam kendaliku.” Ucapnya lagi lalu menghela panjang nafasnya.