Chapter 1. Zuhayra Can Gulbahar
---**---
The Levent Coltar Discotic, Dubai.,
Malam hari.,
Dentuman suara DJ mengalun begitu keras. Lampu kelap-kelip menghiasi seluruh ruangan dari sudut ke sudut. Lagu yang diputar membuat semua penghuni ruangan berjoget ria. Ditemani berbagai botol minuman yang siap disediakan oleh para bartender. Minuman beralkohol dengan berbagai jenis dan merk ternama serta harganya yang begitu fantastis.
Orang-orang berkelas selalu menghibur dirinya di ruangan ini. Bukan ruangan ini, tapi bangunan elit ini.
Bangunan dengan berbagai fasilitas lengkap di dalamnya. Mulai dari minuman beralkohol, jenis-jenis rokok, serta ruangan hotel yang siap memberikan servis yang luar biasa bagi para pengunjungnya.
Bangunan itu juga menjadi tempat favorit bagi para kalangan anak muda, serta para lelaki berhidung belang juga para wanita-wanita yang kesepian. Mereka akan menghabiskan malam mereka disana.
Tempat yang legal, sehingga banyak sekali para pengusaha kaya raya yang berkunjung ke tempat itu hanya untuk mencari kesenangannya semata, juga melampiaskan hasratnya bersama dengan wanita-wanita malam yang biasa disebut sebagai jalang.
Tapi perlu diingat, meskipun bangunan itu legal. Tetapi pemiliknya tidak mengizinkan para pengunjung untuk berpesta narkoba di ruangan yang penuh dengan dentuman DJ tersebut. Kecuali jika mereka memesan kamar VVIP yang dikhususkan untuk mereka para pecinta barang-barang haram.
Sang pemilik juga tidak melarang para pengunjungnya untuk membawa siapa saja yang akan mereka jadikan sebagai jalang mereka. Dan dia juga tidak melarang para Gigolo untuk menjajakan jalang-jalangnya disana.
Bangunan yang terkenal dengan kemewahannya, serta sang pemilik yang dikenal dengan si Ratu Seksi atau dia sering disebut sebagai Miss White.
Wanita seksi berusia 21 tahun dengan bola mata hazel birunya yang mampu menghipnotis pria yang dilihatnya. Berparas cantik dan berambut panjang hitam. p******a yang begitu montok sama seperti bokongnya yang mampu membuat para pria yang melihatnya dapat meneteskan air liurnya. Tubuhnya yang tinggi semampai disempurnakan dengan bentuk tubuh bak gitar spanyol. Oh sungguh! Wanita idaman para pria berhidung belang.
Wanita itu merupakan pemilik dari diskotik berkelas yang terkenal di Dubai. Walaupun dirinya sudah dikenal oleh seluruh pelanggannya atau para pengusaha yang sering datang ke diskotiknya, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui identitas dan nama aslinya.
Walaupun hidupnya dikelilingi dengan kehidupan malam yang sangat kejam, tetapi dia tetap wanita biasa yang menjalani hidup normalnya ketika siang hari.
Siang harinya, dia habiskan untuk menjalani kegiatan layaknya seperti gadis pada umumnya. Berkumpul bersama dengan teman sekampusnya, pergi ke perpustakaan, berbelanja, dan mengunjungi beberapa panti asuhan yang sudah dia asuh selama beberapa tahun terakhir.
Dan ketika malam tiba, dia menjelma menjadi seorang wanita bak model Asia ternama. Dengan penampilan yang 360 derajat berbeda dengan kehidupan siangnya. Tanpa memakai kaca mata tebal dan rambut palsunya. Tanpa penampilan culunnya lagi.
Sungguh, orang-orang bahkan teman kampusnya pun tidak akan bisa mengenali dia yang sesungguhnya. Karena asli dirinya adalah seorang wanita seksi sang pemilik diskotik berkelas VIP di Dubai, The Levent Coltar. Wanita itu biasa dipanggil Miss White oleh para pekerjanya. Wanita itu adalah Zuhayra Can Gulbahar.
***
Gulbahar Mansion.,
Malam hari.,
Ruangan yang sangat besar dan identik kata mewah itu berisi dengan berbagai perlengkapan mahal. Terdapat satu king size berwarna cream disana. Ruangan tersebut memiliki beberapa ruangan khusus. Ruangan khusus untuk koleksi berbagai pakaian, sepatu, tas, dan perhiasan.
Terdapat satu kamar mandi yang sangat luas di dalamnya dengan interior yang elegan. Ruangan yang serba putih menunjukkan karakter sang pemilik ruangan yang sangat mewah.
Seorang wanita berusia 21 tahun membuka kaca mata dan rambut palsunya. Dia segera mengambil handuk di lemari khusus handuknya. Lalu berjalan menuju kamar mandi pribadinya.
Srrrrrrr……
Dia menghidupkan showernya. Membasahi rambut hitam panjangnya. Menggunakan peralatan mandinya untuk memanjakan tubuhnya yang sudah lelah akibat seharian menjalankan aktivitasnya sebagai seorang mahasiswa jurusan designer.
…
Dia sudah selesai dari acara mandinya. Dia segera memakai busananya dan menghias dirinya seperti biasa.
Di depan cermin besarnya, dia mematut dirinya dari atas sampai ke bawah.
Gaun merah panjang sampai menyentuh lantai. Atasan gaun yang tak berlengan yang hanya menutupi bagian dadanya saja. Gaun yang mampu menambah kesan seksi dan menampakkan liuk tubuhnya yang seperti gitar spanyol itu.
Buah dadanya yang hampir menyembul ke luar, menampakkan belahan dadanya yanh super padat dan seksi itu. Potongan gaun yang dibelah pada bagian depan gaun. Belahan depan gaun yang sengaja didesain seksi sampai ke atas paha mulusnya.
Tidak lupa leher jenjangnya dihiasi dengan rantai emas putih dengan tiga sisi yang bertabur berlian disana.
Wajahnya dihiasi oleh make up natural favoritnya. Dengan pilihan warna bibir peach yang menjadi langganan warna setiap dia melanjutkan kehidupan malamnya.
Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai menutupi punggung seksinya. Heels setinggi 7 cm berwarna senada dengan kulit seksinya juga turut menghiasi kaki mulusnya. Dan tidak lupa tas kecil yang siap untuk menyimpan beberapa barang berharga miliknya, seperti ponsel dan dompet yang berisi banyak sekali kartu-kartu platinumnya.
Senyum manis tercetak di bibir seksinya. Dia sudah siap untuk menjelajahi dunia malamnya. Menikmati irama musik dengan sesekali dia akan menyapa para pelanggan setianya.
Malam ini, dia akan kembali menjajakan kakinya di diskotik miliknya. Dan memeriksa beberapa dokumen untuk melihat peningkatan persentase kelarisan diskotik miliknya yang dikenal super berkelas itu.
…
Dia turun dari tangga dengan langkah anggun sambil sesekali menyibak rambut hitamnya ke arah belakang.
Takk.. Tokk.. Takk.. Tok..
Dia berjalan melewati ruangan kerja milik seorang paruh baya berusia sekitar 71 tahun.
“Zuhayra Can Gulbahar!” Panggil seseorang yang keluar dari ruangan kerjanya.
Wanita itu lalu menoleh ke sumber suara. Dia lalu berjalan ke arah pria paruh baya itu dan tersenyum kepadanya. Dia memeluknya dengan sangat erat.
“Grandpa.” Ucap wanita itu lembut kepada pria paruh baya yang dia sebut Grandpa itu. wanita itu adalah Zuhayra Can Gulbahar.
“Kau mau ke klab malam mu lagi sayang ?” Tanya pria paruh baya itu kepada cucu semata wayangnya. Pria itu adalah Okan Gulbahar.
Zuha tersenyum sambil mencium pipi kanan dan kiri Grandpa nya.
“Yasss! Of course Grandpa. Aku akan kesana setiap malam. Dan aku tidak akan kesana bila…”
“Aku sedang sakit.” Ucap mereka serentak.
Zuha terkekeh pelan. Pasalnya Grandpa nya itu sudah paham dengan segala tingkah dan bahasa yang dia ucapkan setiap kali dia hendak pergi ke klab pribadinya.
“Mari cucuku, duduklah dulu bersamaku.” Ucap Okan sembari mengajak Zuha untuk duduk di sofa mewah di mansion mereka itu.
“Ada apa lagi Grandpa. Aku hampir terlambat.” Ucapnya dengan nada manja dan merengek.
“Hey. Anak nakal. Dengarkan dulu Grandpa mu ini.” Ucap Okan sambil mengelus rambut panjang cucunya.
Zuha hanya mengangguk iya.
Okan menggelengkan kepalanya pelan. Cucunya sudah berusia 21 tahun. Sudah menjelma menjadi gadis dewasa.
Bahkan dia sendiri juga tidak mengerti kenapa cucunya mau meneruskan usaha almarhum mamanya itu. Padahal tanpa bekerja pun, dia akan memberikan segalanya untuk cucu semata wayangnya itu.
Sejujurnya dia sendiri juga tidak ingin cucunya terjun langsung ke tempat malam itu. Tapi cucunya tetap keras kepala. Karena itulah Okan menyiapkan sepasang ajudan pribadi khusus untuk menjaga sang cucu kesayangannya.
Ajudan khusus yang dia sewa, sudah sangat berpengalaman. Jadi dia tidak khawatir melepas cucunya berkeliaran dalam kehidupan malam saat usianya masih 17 tahun. Yah! Okan sudah menyewa ajudan khusus buat Zuha sejak dia berusia 17 tahun. Karena di usia itu, Zuha meminta haknya untuk mengurus klab malam milik almarhum mamanya.
Cucunya itu lebih memilih mengurus klab malam milik almarhum mamanya dari pada mengurus perusahaan almarhum papanya yang menurutnya sangat ribet.
Okan harus menghormati keputusan cucunya itu. Dan dia terpaksa harus mengambil alih lagi perusahaannya yang sudah dikembangkan dengan sangat pesat oleh almarhum putranya yang meninggal karena kecelakaan pesawat disaat Zuha berusia 6 tahun.
“Grandpa mau membicarakan apa ?” Tanya Zuha lagi sambil memeluk manja Grandpa nya, Okan.
Okan tersenyum lalu mengecup singkat kening cucunya.
“Jangan membahas hal yang sama Grandpa. Zuha tidak mau meladeni itu lagi.” Ucapnya dengan nada merengek.
Okan terkekeh pelan mendengar suara manja cucu semata wayangnya itu.
“Oke oke. Grandpa tidak akan membahas itu lagi.” Ucap Okan lalu mengecup singkat lagi kening cucunya.
“Grandpa selalu mengatakan hal yang sama dan mengulangi hal yang sama. Zuha sudah terbiasa.” Sambung Zuha dengan mata malasnya.
Okan terdiam sesaat dan Zuha mendongakkan kepalanya melihat respon sang Grandpa.
Okan menatapnya sambil mengelus pelan rambutnya.
“Sayang. Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Tapi, Grandpa mau kau juga belajar untuk mengurus bisnis perhotelan keluarga kita. The Levent Coltar membutuhkan mu sayang. Karena aku tidak mungkin selamanya mengurus bisnis hotel keluarga kita.” Ucap Okan dengan nada serius.
Zuha diam sesaat. Kemudian dia mengangguk pelan seraya mengatakan iya.
“Kamu mau cucuku ?” Tanya Okan lembut kepada cucu kesayangannya.
“Iya Grandpa. Zuha janji akan meneruskan bisnis perhotelan keluarga kita. Tapi Zuha belum siap untuk sekarang.” Ucapnya dengan nada sedikit merengek.
“Iya baiklah sayang. Kalau kau sudah siap. Kau bilang sama Grandpa. Supaya Grandpa bisa mengatur waktu untuk mengajarimu dan memberi tahu mu semua seluk beluk bisnis perhotelan keluarga kita yang sudah kita jalankan secara turun temurun.” Ucapnya sambil memeluk hangat sang cucu.
Zuha mengangguk iya, kemudian mengecup singkat pipi Grandpanya lalu beranjak dari duduknya.
“Grandpa, Zuha harus berangkat sekarang.” Ucapnya lalu hendak berjalan keluar mansion.
“Iya berangkatlah sayang. Grandpa sangat berharap kau tidak pulang pagi lagi.” Ucap Okan seraya meminta harapan.
Zuha sedikit terkekeh. Pasalnya kalau dia sudah pergi ke klab pribadinya, dia pasti akan pulang pagi. Dan Grandpanya sangat tidak menyukai itu.
“Oke Grandpa.” Ucapnya lalu berbalik badan.
Zuha diam dengan wajah datarnya saat melihat Petra Krishal dan Lenata Hasal yang sudah siap untuk membuntutinya lagi.
Yah! Petra dan Lenata adalah para ajudannya. Mereka berdua akan selalu mengikuti kemanapun Zuha pergi. Karena itu adalah perintah sang Grandpa.
Petra dan Lenata tersenyum sambil menundukkan kepalanya sedikit ke bawah seraya memberi hormat kepada Nona Besar mereka.
“Baiklah, kita berangkat sekarang.” Ucap Zuha lalu melanggang pergi meninggalkan Grandpanya tanpa berpamitan kembali.
Okan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang cucu. Cucunya yang sudah berusia 21 tahun, tetapi hidupnya sudah dikelilingi dengan kehidupan malam sejak usianya 17 tahun.
Dia menghela nafasnya panjang. Lalu mengambil ponsel dari saku celananya.
“Jaga dia dengan ketat. Awasi dari kejauhan. Jika ada yang berani mendekati dan melecehkannya, tandai orang itu dan beri dia pelajaran. Kalian mengerti.” Ucapnya Okan kepada penelepon di seberang sana, siapa lagi kalau bukan Petra.
“…”
“Good”
Okan memutuskan sambungannya secara sepihak.
Dia lalu melangkahkan kakinya berjalan menuju lift dengan tongkat kesayangannya yang berlapis platinum.
..**..
Zuhayra Can Gulbahar, yang selalu disapa Zuha oleh teman-teman sekampusnya dan juga dilingkungan keluarganya. Dia merupakan cucu kesayangan Okan Gulbahar sang pemilik The Levent Coltar Hotel, salah satu hotel berbintang lima yang berada di Dubai.
Sejak kecelakaan pesawat yang menimpa kedua orang tuanya ketika dia masih berumur 6 tahun, Zuha menjadi anak yang pendiam. Tetapi berkat asuhan dari Grandpa nya yang selalu sabar mengurus Zuha, Zuha kembali menjadi anak yang periang.
Saat usianya hendak memasuki 17 tahun, dia meminta sesuatu hadiah dari Grandpa nya. Hadiahnya adalah mengizinkannya untuk meneruskan bisnis almarhum mamanya yang bergerak di bidang jasa. Tempat hiburan malam yang bernama The Levent Coltar Dicotic.
Zuha memiliki dua sisi kehidupan. Nama Zuha hanya dipakai ketika dia melakukan segala aktivitasnya di siang hari dengan menggunakan kaca mata tebal dan rambut palsunya.
Dan ketika malam menjemput, dia berubah menjadi seorang wanita dewasa yang cantik dan seksi. Nama Zuha tidak berlaku lagi ketika dia sudah merubah penampilannya 360 derajat dari penampilan culunnya.
Sebagai pemilik The Levent Coltar, dia menampakkan jati diri yang sesungguhnya tanpa menyamar seperti di siang harinya. Klab malam berbintang lima yang hanya mampu diinjak oleh kalangan menengah atas itu merupakan bisnis dari almarhum mamanya. Dia tidak ingin bisnis mamanya menjadi sia-sia, sehingga nalurinya mengatakan kalau dia harus meneruskan bisnis peninggalan almarhum mamanya.
Walau dia selalu berada dekat dengan dunia malam, tidak membuat Zuha terjerumus di dalamnya. Apalagi Grandpa nya sudah menyiapkan dua ajudan khusus untuk mengikuti kemanapun dia pergi.
Tidak ada satupun diantara mereka yang tahu siapa pemilik The Levent Coltar yang sesungguhnya. Karena mereka melihat Zuha hanya di klab malam itu saja. Bahkan mereka hanya mengetahui nama panggilan Zuha di klab miliknya itu tanpa mengetahui nama asli Zuha yang sesungguhnya.
***
The Levent Coltar Discotic, Dubai.,
“Selamat malam Miss White.” Sapa seorang pria ketika dia turun dari mobil mewahnya.