Reinaldy sedang bergerak liar diatas seorang wanita yang dengan pasrah memberikan tubuhnya untuk pria itu. Reinaldy mengejar kepuasannya di atas seorang wanita yang dengan pasrah membiarkan pria itu melakukan apapun dengan memanfaatkan tubuhnya. Pikiran Reinaldy sedang kacau dan penyebab kekacauan pikirannya hanya satu orang. Claire Alastair.
Reinaldy pikir pergi ke club, menenggak satu dua gelas minuman untuk menghangatkan tubuhnya malam ini bisa membuatnya perasannya lebih namun beberapa gelas sudah ia minum namun perasaannya tidak membaik. Reinaldy pun memutuskan mencari seorang wanita yang bisa memuaskannya namun sudah beberapa waktu berlalu, wanita yang ada dibawahnya itu sudah mendapatkan beberapa kali puncak dari kegiatan yang mereka lakukan tapi Reinaldy belum sama sekali mendapatkan tanda-tanda ia akan mendapatkan apa yang ia cari.
Reinaldy mengumpat. Pria itu tiba-tiba menyudahi kegiatannya membuat si wanita kaget dan menatap pria yang sudah berdiri dengan tubuh polos itu menatap ke arah jendela yang menampakan langit malam. Reinaldy memijat pelipisnya sendiri karena kepalanya terasa sakit. Sakit yang ia rasakan bukan karena efek minuman yang ia tenggak atau puncak kenikmatan yang tidak ia dapatkan. Rasa sakit kepala yang ia rasakan itu berasal dari wanita yang tidak bisa ia hilangkan dari dalam kepalanya dan terus mengusik harinya semenjak ia menginjakkan kaki di Reins.
"Are you okay?" Si wanita yang Reinaldy tidak ingat siapa namanya itu pun bertanya dengan nada khawatir sambil memeluk tubuh gagah Reinaldy dari belakang dan berusaha membangkitkan api diantara keduanya yang sempat padam.
Reinaldy perlahan menolak, "I'm so sorry. I'm not in a good mood. Aku butuh sendiri. Pikiranku kacau. Sebagai permintaan maafku, aku akan mentraktirmu malam ini. Tinggalkan nomer rekeningmu dan aku akan mengirimkannya untuk kamu bersenang-senang malam ini."
Reinaldy sedang dalam kondisi mood yang tidak baik dan wanita itu memasang wajah cemberut dan kepalanya mengangguk dengan gerakan terpaksa. Wanita itu bergerak menuju kamar mandi membersihkan diri dan memakai pakaiannya tadi lalu meninggalkan kamar tempatnya dan Reinaldy menghabiskan waktu bersama dan tidak lupa wanita itu meninggalkan nomer rekeningnya yang ia catat di kertas yang terdapat di meja dalam kamar yang mereka pakai itu.
Sepeninggal wanita itu Reinaldy mengambil ponselnya memfoto nomer rekening yang wanita tadi tinggalkan dan mengirimkannya pada Robert dengan sebaris instruksi yang harus dilakukan oleh sekretaris merangkap asistennya itu. Setelah mendapat balasan dari Robert, Reinaldy pun membersihkan diri dan pulang.
Malam semakin larut dan Reinaldy sampai di apartemen milik Dean tepat dini hari. Reinaldy sedang tidak ingin sendiri dan seperti biasa ia akan mendatangi Dean sampai perasaannya membaik. Moodnya berantakan dan sialnya kepalanya penuh dengan Claire. Sikap Claire benar-benar mengganggu Reinaldy.
Seperti biasanya Reinaldy akan datang dan masuk ke dalam kamar yang Dean tempati dan tidur bersama dengan Dean. Hal ini sudah terjadi jutaan kali sehingga Dean sudah tidak asing dengan kedatangan Reinaldy ke apartemennya yang secara tiba-tiba seperti ini. Reinaldy datang dan langsung naik ke atas tempat tidur membuat Dean terbangun karena pergerakan lain di kasurnya. Dean terbangun dan bau alkohol langsung menyerang indera penciumannya, Dean pun mengerang kesal dan menendang Reinaldy hingga pria itu jauh ke lantai sambil sedikit membuka matanya melihat ke arah jam dan kembali memejamkan mata lalu bertanya dengan suara serak khas bangun tidur, "Jangan naik tempat tidur dengan baju bau alkohol seperti itu! Mandi! Ganti baju sana! Lagian ngapain jam segini kesini?"
Reinaldy yang jatuh ke lantai karena tendangan Dean pun mengumpat kesal. Moodnya sedang tidak baik dan Dean membuatnya harus merasakan sakit karena tendangan pria itu dan jatuh ke lantai. Reinaldy kesal dan pria itu memutuskan kembali naik ke atas tempat tidur dan mengabaikan perintah Dean.
Dean yang kesal pun bangun dari posisi tidurnya dan menatap kesal Reinaldy yang sudah kembali tidur di atas tempat tidurnya dengan bajunya yang bau alkohol. "Kamu apa-apaan sih, Rei! Dateng ke apartemen aku terus malah bikin orang kesel begini!"
Reinaldy pun mengabaikan Dean membuat Dean kesal dan kembali menendang Reinaldy dengan kesal hingga Reinaldy kembali terjatuh dari atas tempat tidurnya.
Reinaldy bangkit dari posisinya dan menatap kesal Dean, "KAK!"
"APA?! MANDI! GANTI BAJU! TEMPAT TIDUR AKU BAU, REI!" Dean berteriak tidak kalah kencang karena kesal. Siapa yang tidak kesal kalau tiba-tiba seseorang datang menganggu tidur nyenyak yang sedang dijalani lalu datang dengan tubuh bau alkohol membuat tempat tidur yang merupakan area pribadi menjadi kotor dan tertempel bau alkohol dan itu yang sedang dirasakan Dean saat ini.
Dengan terpaksa Reinaldy melakukan apa yang Dean perintahkan membuat Dean menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku pria berusia tiga puluh tahun itu. Usia Reinaldy sudah tiga puluh tahun tapi kelakuan menyebalkannya sama seperti saat pria itu berusia sembilan belas tahun.
Reinaldy mandi dan menggunakan pakaian baru yang memang tersedia dalam apartemen milik Dean. Pria itu berjalan menuju tempat tidur dan mendapati Dean sudah tidak ada di dalam kamarnya. Reinaldy pun berjalan keluar dan mendapati Dean sedang duduk di kursi meja makan yang ada di bagian dapurnya dengan segelas air putih dihadapannya. Reinaldy pun berjalan mendekati Dean.
Dean menatap kesal Reinaldy, "Kamu benar-benar pengacau. Aku jadi tidak bisa tidur lagi karena kamu, Rei."
Reinaldy hanya diam duduk dan memandang Dean dengan wajah tanpa merasa bersalah.
"Ngapain kamu jam segini datang kesini?"
Reinaldy mengehela nafas pendek, "Moodku sedang tidak baik."
Dean menatap Reinaldy dengan sebelah alis terangkat, "Sejak kapan kamu datang ketempatku saat mood kamu sedang jelek? Kamu selalu datang ke club tiap mood kamu jelek, Rei?" Dean menjeda kalimatnya lalu tersenyum sinis mengejek Reinlady, "Club balancing your life."
Reinaldy memasang wajah datar mendengar ucapan Dean yang jelas-jelas mengejek dirinya. "Aku tadi ke club, aku minum beberapa gelas dan mendapatkan seorang wanita seperti biasa tapi moodku berantakan karena sekretaris sialan kamu enggak pergi dari dalam kepala aku, Kak!"
Dean mengerutkan alisnya. Pria itu... heran mendengar pengakuan Reinaldy barusan. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah terlibat dengan kegilaan Reinaldy, Dean mendengar pengakuan Reinaldy yang moodnya berantakkan karena seorang wanita dan Dean merasa harus mencari tau tentang itu. "Kamu mabok, Rei? Kamu enggak mood karena... Claire? Memangnya apa yang Claire lakukan sama kamu? Bukannya kamu bilang kamu yang melakukan kesalahan sama Claire?"
Reinaldy mengusap wajahnya dengan kedua tangannya lalu menyambar gelas berisi air putih milik Dean dan menenggaknya hingga tandas. Reinaldy sendiri bingung dengan dirinya tapi pria itu mencoba menumpahkan apa yang ada di dalam kepalanya, "Aku kesal karena Claire bersikap seakan-akan tidak mengenalku! Aku kesal karena Claire tidak menyambut baik niatku yang ingin berteman dengannya!"
Daannnn.... Pengakuan Reinaldy membuat Dean melongo. Efek Claire tenyata bisa sehebat itu pada diri Reinaldy. Dean pun tanpa sadar bertanya pada Reinaldy, "Rei... Kamu... Jatuh cinta sama Claire?"
Reinaldy terdiam mendengar pertanyaan Dean beberapa saat sebelum pria itu berdiri dari posisi duduknya. "Enggak... Enggakkk.. Enggak... Mana ada! Aku enggak jatuh cinta sama Claire! Dia bukan tipe aku sama sekali..." Reinaldy dengan tegas membantah sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil berpikir dan menatap Dean, "Enggak... Enggak... Aku yakin aku enggak jatuh cinta sama Claire. Kamu ini ngaco aja, Kak. Masa aku jatuh cinta sama sekretaris kamu..."
Dean mengerutkan alisnya mendengar ucapan terakhir Reinaldy, memangnya apa salahnya jatuh cinta dengan sekretarisnya? Claire masih single tapi terlepas dengan hal itu Dean pun menyadari sikap Reinaldy saat ini diluar dugaan. Pria itu salah tingkah dan Dean menilai Reinaldy layaknya anak remaja yang menyangkal perasaannya sendiri.
"Aku hanya kesal...."
"Dan kekesalan kamu rasanya tidak mendasar. Kalau kamu bilang kamu melakukan kesalahan sama Claire, artinya Claire yang berhak kesal sama kamu bukan sebaliknya."
Keheningan menyelimuti Dean dan Reinaldy. Keduanya sibuk dengan isi kepala mereka masing-masing selama beberapa saat hingga Dean berdiri dari posisinya dan berjalan menuju kamar lain yang ada di dalam apartemennya. Namun sebelum masuk ke dalam kamar Dean memutar tubuhnya kembali menatap ke arah Reinaldy, "Rei..."
Reinaldy menoleh menatap Dean.
"Aku rasa kamu suka sama Claire dan enggak ada salahnya kalau kamu suka sama Claire. That is normal and she is good. But, she is too good for you if you still being jerk, Rei."