Reinaldy Putra Algantara adalah jelmaan seorang pria yang selalu mendapatkan apa yang ia mau. Banyak hal yang mendukung Reinaldy mendapatkan apapun yang ia inginkan. Walau dalam beberapa hal Reinaldy membutuhkan otaknya untuk berpikir keras namun banyak aspek lain dalam dirinya yang membuat seorang Reinaldy dengan mudah mendapatkan apapun yang ia inginkan dan kini kehadiran Claire membuatnya merasa terusik karena dua hal, apa yang terjadi di masa lalu mereka dan bagaimana sikap Claire saat ini. Di saat semua wanita dengan senang hati mendatangi Reinaldy, Claire malah bersikap sebaliknya.
Hal ini benar-benar mengusik Reinaldy hingga pria itu kesal sendiri dan kini pria itu masih berkutat dengan isi kepalanya sendiri sambil duduuk diam di dalam apartemen Dean sambil berpikir padahal sang pemilik apartemen itu sendiri sudah meninggalkan apartemen untuk jogging sementara Reinaldy masih duduk diam sambil memikirkan ucapan Dean.
"Perasaan kamu itu jelas salah, Kak. Aku enggak suka sama Claire. Aku hanya enggak suka sama sikapnya itu. Kami jelas saling mengenal tapi kenapa dia berpura-pura tidak saling mengenal dan sikapnya sedingin itu sama aku sedangkan dengan yang lain dia bisa bersikap biasa saja." Reinaldy menjawab dengan nada yakin.
Dean tersenyum sinis, "Dan sejak kapan kamu memikirkan sikap seorang perempuan ke kamu, Rei? Banyak perempuan lain yang mau sama kamu dan kenapa kamu pusing memikirkan sikap Claire ke kamu?"
Reinaldy hanya diam dan Dean tersenyum semakin sinis pada pria yang berusia lebih muda darinya itu. "Kamu enggak punya jawabannya kan? Karena kamu cuma denial. Kamu tertarik sama Claire dan kamu berusaha menyangkalnya. Kamu harus gentle mengakui kalau Claire itu berhasil menarik perhatian kamu dengan mudahnya tapi kamu sendiri kesulitan mendapatkan perhatian dari wanita itu dan yang perlu kamu sadari untuk menarik perhatian Claire jadilah pria yang baik, Rei. Claire adalah wanita yang baik. Jangan rusak dia karena selama menjadi sekretarisku, Claire tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh."
Reinaldy terdiam memikirkan kata-kata Dean. Reinaldy sadar kalau Claire yang ia kenal di masa lalu memang anak yang baik. Claire memang bersikap dingin padanya tapi Claire tidak pernah melakukan hal jahat padanya tapi dirinyalah yang justru berbuat jahat pada Claire dengan menjadikannya sebagai bahan taruhan hingga membuat Claire marah dengan membawa hadiah taruhan dan memberikan barang itu padanya.
Reinaldy pun mengambil ponselnya dan mengetikan pesan pada seseorang dengan wajah serius selama beberapa saat sebelum ia meletakkan lagi ponselnya dan tersenyum lebar. Reinaldy dengan cepat langsung terpikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan perhatian Claire. Reinaldy menyenderkan punggungnya ke kursi dan tersenyum lebar dengan segala hal yang terpikirkan di dalam kepalanya.
Come on... Reinaldy ini memiliki wajah yang tampan, dompet yang tebal dan jelas sikap yang menyenangkan dan selama ini Reinaldy tidak sulit mendapatkan perhatian wanita mana pun yang ia inginkan. Termasuk Claire... Reinaldy hanya perlu menunjukkan pesonanya itu... Bukankah begitu?
***
Claire baru saja kembali dari ruangan Dean Alfarezi ketika mendapati sebuah bouquet bunga mawar berwarna pink yang cukup besar berada diatas mejanya membuatnya mengerutkan alisnya dan menatap ke teman-temannya, "Bouquet bunga ini siapa yang antar?"
"Tadi diantar sama office boy. Mungkin... untuk Pak Dean. Ataaauuuu... untuk kamu..."
Claire spontan merotasi bola matanya mendengar kalimat terakhir dari jawaban Erica yang terdengar menggoda dirinya itu. Claire pun mendekati bouquet bunga itu lalu mencari kartu yang biasanya terdapat dalam bouquet bunga yang ada di atas mejanya itu. Claire mengambil kartu yang terselip di bagian depan bouquet dan Claire mengerutkan alisnya.
Senang kembali bertemu denganmu lagi... - R
"R itu siapa? Romeo? Richard? Rocky? Ricky?"
Claire terkejut mendapati Mario berdiri dibelakangnya dan ikut membaca kartu yang ada ditangannya. Claire pun spontan mengembalikan kartu itu ketempatnya agar Mario tidak bisa melihatnya lagi namun gerakkannya itu sudah terlambat karena Mario sudah membaca isi kartunya dan pria itu kini sedang tersenyum dengan wajah penuh rasa ingin tahu.
"So, who is 'R', Claire? Kamu sedang dekat dengan seseorang? Ini pertama kalinya bouquet bunga datang bukan buat Pak Dean tapi buat kamu, Claire."
Claire mendelik sinis menatap Mario, "Tau dari mana ini buat aku? Bisa jadi ini untuk Pak Dean atau memang salah kirim. Aku enggak dekat dengan siapapun. Lagi pula kalo aku dekat dengan seorang pria pun itu bukan urusan kamu, Mario."
"Bunga itu diantar ke meja kamu, Claire. Kalau dikirim ke meja kamu harusnya itu untuk kamu dan kalau pun untuk Pak Dean, pemilihan warnanya cukup menarik... Pink? Lebih cocok untuk kamu dari pada Pak Dean..." ucap Mario dengan nada santai mengeluarkan penilaiannya atas apa yang sedang terjadi.
"Warna pink juga bisa untuk pria," ucap Claire dengan konsisten menolak arah pembicaraan Mario yang menjurus pada dirinya. Claire memeriksa ponselnya untuk mengecek apa ada notifikasi pemberitahuan kiriman bunga untuk Dean dari kolega pria itu atau tidak selama beberapa saat dan ketika ia melihat ponselnya ternyata ponselnya senyap tanpa ada notifikasi apapun.
"Tidak ada pemberitahuan kiriman bouquet bunga untuk Pak Dean di ponsel kamu, kan?" tanya Mario dengan senyum menyeringai. "Kalo ada berita bahagia itu harus disiarkan, Claire... Selama ini kamu sendiri kalo sekarang kamu akhirnya dekat dengan seorang pria, tentu patut kita rayakan," Mario kembali angkat suara membuat Claire mendengus kesal.
"Gak perlu perayaan. Aku gak deket sama siapapun. Ini kiriman siapa juga aku enggak tau, Mar... Ini bisa aja salah kirim mending aku balikin nanti malah dicariin sama penerima aslinya" ucap Claire sambil mengangkat bouquet bunga yang ada di atas mejanya itu menuju ke luar ruangan.
Claire kembali dengan bunga yang sudah ia berikan pada office boy. Claire tidak memberikan kesempatan pada teman-temannya untuk berkomentar karena ia memilih memasang earphone di telinganya dan fokus untuk bekerja mempersiapkan apa yang harus ia bawa karena atasannya yang akan pergi meeting satu jam lagi.
Meeting selesai sebelum jam makan siang, Claire kembali ke ruangannya sementara Dean pergi keluar kantor. Claire baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya dan wanita itu langsung mengerutkan alisnya ketika melihat satu kotak makanan berada di atas meja kerjanya. Tidak ada siapapun di dalam ruangannya sehingga ia tidak bisa bertanya pada siapapun mengenai kapan datangnya kotak makanan itu. Claire pun duduk di kursinya lalu membuka kertas yang tertempel di atas kotak makan itu dan membaca pesan di dalamnya.
Selamat makan siang... Semoga lain kali kita bisa makan siang bersama... - R
Claire mendengus. Claire pun mencopot kertas itu, meremasnya hingga menjadi gumpalan kecil lalu membuangnya ketempat sampah. Claire mengambil ponsel dan dompetnya lalu membawa kotak makan itu keluar, "Pak... Ini ada kotak makan siang buat bapak..."
"Wah... Terima kasih, Bu..."
Claire mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju kantin. Claire memilih makan dikantin kantornya lalu ketika sudah selesai mengisi perutnya Claire kembali ke ruangannya dan kini ada satu gelas kopi berada di atas mejanya membuat Claire menghela nafas panjang. Claire mendekati mejanya dan mengambil kertas yang tertempel di gelas kopi itu dan membaca catatan di dalamnya.
Kopi bisa membantu kamu fokus... Semoga lain kali kita bisa pergi ke coffee shop berdua... -R
Claire mendengus. Untungnya teman-teman satu ruangannya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing sehingga tidak ada yang melihat kiriman-kiriman ini. Bisa dipastikan teman-temannya ini pasti ingin tau mengenai kiriman-kiriman yang datang padanya hari ini dan Claire tidak suka menjadi pusat perhatian. Claire cukup senang berteman dengan mereka tapi tidak menjadi pusat perhatian.
Claire duduk di kursinya dan ia sudah hendak menyingkirkan gelas kopi itu namun sebuah suara menghentikan pergerakkannya.
"Kamu butuh kopi untuk tetap membuat kamu fokus, Claire..."
Claire menatap pria kini sedang tersenyum padanya yang entah sejak kapan sudah berada di dalam ruang kerjanya dan bersender di sebelah pintu masuk sambil bersedekap dan kaki menyilang itu.
"Sejak kapan anda di situ?" Claire spontan bertanya dengan nada tidak bersahabat.
"Sejak kamu menatap kertas yang aku tulis dengan muka... kesal?" jawab Reinaldy dengan santai.
Claire memasang wajah datar, "Untuk apa anda mengirimi saya bunga, makanan dan kopi seperti ini?"
Reinaldy membetulkan posisi berdirinya dan menatap Claire dengan wajah serius, "Kamu enggak suka? Selama ini wanita yang aku kenal senang dikirimi perhatian seperti ini.. Atau kamu mau bunga bank? Memang bunga bank lebih bermanfaat dari pada bunga mawar."
"Tolong jangan kirim apapun pada saya. Saya rasa itu tidak perlu." Claire menjawab dengan nada datar sambil menatap lurus ke arah Reinaldy.
Reinaldy pun memegangi d**a bagian kanan atas dengan kedua tangannya sendiri setelah mendengar ucapan Claire dan memasang wajah sok dramatis, "Oh, Claire! Ucapan kamu dari dulu selalu berhasil menusuk perasaan aku..." Reinaldy cemberut beberapa saat sebelum kembali tersenyum melihat ekspresi Claire yang tidak berubah karena drama yang ia mainkan, "Kamu memang tidak bisa di ajak bercanda. Aku kirim itu semua sebagai bentuk tanda persahabatan, Claire. Aku senang kita kembali bertemu dan siapa tau kita bisa kembali bersama."
Claire menghela nafas panjang, "Kita enggak pernah bersama karena apa yang kamu lakukan dulu hanya sebuah permainan dan berhenti melakukan apapun yang anda lakukan saat ini karena saya tidak tertarik memiliki hubungan lebih dari sekedar hubungan rekan kerja."
Reinaldy menghela nafas panjang dan mengubah ekspresinya menjadi serius, "Aku benar-benar minta maaf untuk apa yang terjadi di masa lalu, Claire. Sekarang aku benar-benar mau berteman dengan kamu dan apa yang aku lakukan ini hanya ingin mendapatkan perhatian kamu, Claire. Tapi alih-alih menghubungi aku kamu malah diam aja dan kasih makanan yang aku kirim ke orang lain."
"Saya minta maaf kalau kamu tersinggung dengan sikap saya tapi saya menyangka kalau anda yang mengirim semua itu. R itu bisa berarti banyak hal." Claire mencoba berkilah.
"Kalau begitu lain kali aku akan mengirimkannya sendiri kesini," ucap Reinaldy dengan nada santai.
Ya, Tuhan! Kepala pria ini terbuat dari apa sih sebenarnya? Dari batu atau jangan-jangan beton? Claire membulatkan matanya. Jelas itu bukan ide bagus karena dia benar-benar bisa menjadi pusat perhatian teman-temannya. Spontan wanita itu berdiri sambil berucap, "Jangan! Jangan kirim apapun lagi pada saya, Pak. Terima kasih banyak tapi saya tidak suka menjadi pusat perhatian dan yang anda rencanakan itu jelas bisa membuat saya menjadi pusat perhatian rekan kerja saya nantinya."
"Kamu enggak usah khawatir. Aku bisa menjelaskan semuanya sama mereka."
Anda bisa paham omongan saya tidak sihhhh!! Claire rasanya ingin menjeritkan kalimat itu di depan Reinaldy namun Claire menahannya.
Sementara itu Reinaldy malah menghela nafas panjang lagi entah sudah yang keberapa kalinya, " Baiklah... Tapi nanti malam kamu harus makan malam sama aku sebagai gantinya..."