"Kalian datang? Astaga nggak perlu repot-repot kali." ujar Raisa yang kini tersenyum tidak enak kepada mereka semua karena sepertinya mereka membolos hanya untuk menjenguknya saat ini. Ia jadi tidak enak ke mereka.
"Santai aja kali Raisa lo kan bagian dari kita. Lagi pula kita juga khawatir tahu sama lo, apalagi Andra tadi khawatir banget dia tuh. Tapi kenapa dia langsung balik ya? Ada acara kali ya?" tanya Agas yang membuat Raisa menjadi teringat lagi ada Andra yang tadi pergi sebelum Andra menyapanya. Bahkan Raisa juga tidak melihat wajah Andra sama sekali, itu membuatnya kesal. Padahal tadi ia sudah mulai melupakan itu tapi Agas malah membahasnya lagi membuat dirinya teringat dan lebih kesal kepada Andra.
"Andra tadi nggak nemuin gue. Kata Ardi sih ada masalah di BEM makanya dia langsung balik setelah tahu kalau gue nggak papa." ujar Raisa.
"HAH?!" ujar mereka semua serempak karena terlalu terkejut juga.
"Tapi serius tadi Lola lihat kok kalau Andra ada di rumah sakit ini. Masa iya dia nggak nemuin Raisa sih? Terus dia ngapain dong di sini ya. Bikin kesal aja deh Andra itu." ujar Lola kepada mereka semua. Mereka pun mengangguk.
"Ya gue nggak tahu juga sih tapi ya emang gitu. Dia cuma di depan pintu aja dan gue pun juga nggak lihat dia. Udahlah mungkin emang ada masalah besar di BEM makanya dia mau ngurusin dulu. Lagipula juga gue nggak papa kok terima kasih ya semuanya udah mau nengokin gue ke sini meskipun hari ini juga gue boleh pulang sih." ujar Raisa berterimakasih ke mereka.
"Sama-sama Raisa Lo harusnya nggak perlu berterima kasih sih karena ini semua udah jadi hal yang harus kita lakuin setiap orang terdekat kita ada yang kena musibah kayak gini. Meskipun itu mau dia parah atau enggak kita akan selalu nengokin dia. Kita bersyukur banget karena lo nggak parah sakitnya." ujar Galaksi mewakili teman-temannya yang lain sekarang.
"Iya kita senang banget karena lu kalau nggak parah Raisa. Tapi gimana bisa sih tadi lo kecelakaan gitu? Katanya lo di tabrak gitu ya? Terus gimana kok bisa ketabrak? Siapa yang nabrak?" tanya Rein yang kini penasaran. Sebenarnya tidak hanya Rein saja yang penasaran tapi hampir dari semua orang yang ada disana penasaran karena bagaimana bisa Rein kecelakaan di depan fakutlasnya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi sampai hal tersebut bisa terjadi.
"Iya tadi itu gue pas jalan kan nah gue udah bener tuh nyebrang di zebra cross. Juga saat itu tuh yang nyeberang nggak cuman gue aja jadi kan gue pikir aman ya tapi ternyata nggak aman karena ada mobil yang melaju ke gua. Untung aja mobilnya nggak cepet jadinya ya gue nggak ketabrak keras. Nah kebetulan banget yang nabrak gue itu dosen. Beliau juga mau tanggung jawab kok sama gua ini, beliau nggak ada di sini karena dia harus nguji sidang disertasi gitu. Tadi dia ga fokus emang jadi nabrak gua." ujar Raisa tersebut.
"Ya elah itu dosen gimana ih. Apa dia ga lihat-lihat tuh. Untung aja luka Lo ga, terlalu parah dan sekarang juga dah mau sembuh. Untung juga mobilnya ga kenceng ya Raisa, ga bisa bayangin deh kalo kenceng mungkin ga cuma lo aja korbannya tapi juga bakalan ada korban yang lainnya dari dosen itu tuh." ujar Cinta.
"Hahaha ga papa guys, thanks banget ya kalian udah disini." ujar Raisa.
Beda sama Andra yang bisanya cuma ninggalin aja, padahal kan gua juga mau Andra ada disini. Kenapa sih dia aneh banget. Batin Raisa kesal.
"Cairan infusnya udah mau habis Ca, aku pencet tombolnya ya. Biar suster nanti bawain yang baru." ujar Sabda dengan lemah lembut tapi bisa di dengar oleh semua orang bahwa suara Sabda sangat berat dan telfonable.
"Ah iya Sabda, makasih ya." ujar Raisa menjawab ke arah Sabda tersebut.
"Duh calon dokter kita emang beda dah ini mah." ujar Septian ke Sabda.
"Hahahah, oh ya guys sampai lupa ngenalin Sabda. Kenalin ini Sabda, mantan gua. Dia kuliah di UG juga. Jurusannya kedokteran." ujar Raisa memperkenalkan diri dan mereka semua kini sedang saling menyapa.
"Pantas kok gua kayak pernah lihat dimana gitu, ternyata satu kampus. Kapan-kapan main bareng kita ya. Bakan seru kok." ujar Angkasa mengajak.
"Hahaha iya, next ya kita atur aja jadwalnya." jawab Sabda tersebut.
Mereka pun mengobrol dan suster tadi sudah datang lagi, ia tidak membawa apa-apa dan ternyata infus dari Raisa itu sekarang ini sudah boleh di lepas. Setelah ini juga Raisa bisa langsung pulang ke rumahnya dengan catatan Raisa harus banyak istirahat lebih dahulu dan tidak boleh melakukan aktivitas seperti biasanya dulu karena nanti Raisa malah akan pusing jadinya.
"Kalo gitu pulang bareng aku aja Ca. Biar aku anterin kamu sampai ke rumah." ujar Sabda menawarkan diri dan Raisa pun mengangguk. Ia tidak mau merepotkan teman-temannya yang lainnya jadi ia memilih untuk diantar pulang oleh Sabda. Kecuali jika disini ada Andra maka ia akan lebih memilih Andra, tapi Andranya saja tidak menjenguk dirinya sampai menemuinya. Entah lah kenapa manusia aneh itu kembali berulah dan membuat semua orang menjadi bingung dengan tingkah lakunya yang sangat plin-plan itu.
Padahal jelas sekali tadi bahwa ia mendengar dari teman-temannya jika Andra terlihat sangat khawatir saat mendengar bahwa ia kecelakaan, tapi saat sampai di rumah sakit dirinya malah pergi tanpa melihatnya lebih dahulu.
Mereka semua pun sekarang sudah keluar dari rumah sakit, Galaksi dan teman-temannya yang lain akan pulang ke kost-kostan milik Septian. Mereka akan ad disana sampai kuliah di mata pelajaran pertama sudah selesai. Tidak mungkin juga mereka berbondong-bondong pergi ke kampus dan masuk karena ini mereka sudah setengah jam terlambatnya jika mereka masuk pun pasti akan langsung diminta keluar oleh dosen mereka yang mengajar.
"Gua sama Sabda duluan ya guys. Sekali lagi makasih karena udah mau nengokin gua." ujar Raisa dan mereka semua pun kini mengangguk. Mereka benar-benar berpisah saat mereka berada di depan rumah sakit juga. Galaksi dan lainnya menatap kepergian dari Sabda dan Raisa, mereka pun kini saling tatap karena sepertinya pikiran mereka semua sama sekarang ini tentang ini.
"Gua kira cuma gua aja yang mikir. Aish Andra kalo ga maju-maju bakalan ketikung ini dia. Lagi pula kenapa juga tadi dia ga masuk ke dalam buat sekadar nyapa gitu. Aneh banget dah itu orang." ujar Agas tersebut.
"Emang aneh bener sih, tapi ya yang bikin gua lebih bertanya-tanya tuh kenapa kok dia bisa-bisanya langsung pergi gitu aja. Ya gua tahu kalo masalah di BEM itu sangat penting. Tapi apa ga bisa dia say hello gitu kek ke Raisa supaya Raisa tahu kalo dia tuh ada disana." ujar Rein tersebut.
"Ini mah udah fix banget kalau Andra bakalan ditikung sama sabda Sabda kalo dia ga maju terus. Perasaan dia seneng banget ditikung." ujar Ardi.
"Udahlah ayo kita ngobrolnya sambil balik aja. Di sini juga nggak enak kan di depan rumah sakit masa iya kita ngomongin orang. Yuk mending kita ke kos-kosannya Septian aja." ujar Cinta dan mereka semua mengangguk.
Mereka pun kini sudah berada di dalam mobil untuk segera pergi ke kos-kosan Septian. Sementara itu, saat ini Aurora sedang melakukan presentasi bersama dengan teman-temannya. Ia sebenarnya sangat gugup karena di sini tidak ada Galaksi dan teman-temannya yang lainnya yang mana biasanya mereka selalu mensuport dirinya saat ia merasa gugup seperti ini.
Lo harus akrab dengan kesendirian ini Aurora, karena kalau lo ga bisa Lo nggak bakalan bisa hidup di sini. Karena meskipun memiliki orang lain tapi tetap harus hidup dengan diri lo sendiri dan dengan cara lo sendiri. Jadi mulai sekarang nggak boleh manja dan harus bisa apa-apa sendiri juga. Karena mungkin aja kalau mereka ga menetap, tapi hanya sementara. Batin Aurora.
Sinta dan buat temannya itu kini menunggu sampai Aurora keluar dari kelasnya. Tentu saja mereka masih waras untuk tidak mengganggu Aurora saat di dalam tengah ada dosen dan Aurora juga sedang melakukan presentasi. Mereka tidak mau jika nama mereka tercoreng nantinya.
"Perasaan lama banget deh? Iya ga sih guys? Ini keburu kelas nih kita nanti. Mana Pak Reza lagi, gua udah absen dua kali sama Pak Reza." ujar Sinta. Ya, pasalnya dosen yang ia sebut tadi itu merupakan dosen yang killer. Ia tidak segan memberikan nilai jelek jika mahasiswanya tidak bagus.
"Sabar kenapa bentar lagi kali. Lagian juga kenapa sih mereka semua pada lama banget mana ada yang bertanya lagi tuh. Ya masih mahasiswa baru lah, coba kalau udah di semester kayak kita pada malas tanya." ujar Gita.
"Hahaha bener banget tuh, nggak penting kok itu. Duh mereka kok belum selesai ya. Eh bentar deh Sinta, ini kok tapi di snapgramnya si cinta mereka lagi OTW ya? Tulisannya sih otw balik gitu. Jangan-jangan mereka udah mau balik nih? Kalau mereka udah balik ke kampus gue nggak berani ya bantuin lo buat bikin perhitungan sama Aurora. Karena tentu aja gue masih mau hidup dan masih mau kuliah di sini. Kalau kita semua ketahuan waktu ganggu Aurora sih udah pasti banget kalau nanti kita bakalan kena." ujar Gita.
"Mana sih coba gue liat, ah iya bener juga sial. Ya udah deh kalau kayak gitu. Next time aja kita buat perhitungan sama dia. Yuk lah kita balik ke kelas kita aja. Bentar lagi Pak Reza juga pasti bakalan masuk." ujar Sinta tersebut.
Sedangkan saat ini Leon dan Lula sudah bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Ya, mereka akan terbang menuju ke Indonesia hari ini juga. Leon tak lagi mengabari raja karena percuma saja. Raja tidak akan pernah melihat sisi baik mereka pulang ke Indonesia karena raja masih menaruh dendam kepadanya. Ya hal itu wajar karena apa yang ia lakukan dahulu sudah sangat keterlaluan. Makanya sekarang dia pulang untuk meminta maaf atas semua.
"Bang, Lula deg-degan banget dan Lula juga takut gimana kalau nanti kita sama sekali nggak diterima dan kita malah dipaksa buat pulang ke sini lagi? Lula mau kuliah di sana bang kalau bisa yang satu kampus sama yang lainnya. Kira-kira Lula bisa apa nggak ya bang? Abang juga bakalan kuliah disana juga kan? Lula berharap banget kalau nantinya kita bisa bareng-bareng sama mereka lagi meskipun itu sangat susah." ujar Lula dengan tersenyum.
"Kamu tenang aja ya Lula, semuanya bisa terjadi dan abang yakin kok hal itu pasti bakalan terjadi mungkin kita memang butuh waktu yang sangat lama untuk bisa menjadikan hal tersebut. Ya kita anggap aja kalau itu semua adalah karma dari apa yang pernah kita lakukan dahulu. Pasti juga berat banget buat mereka melihat kita ada di sana karena kita emang salahnya banyak banget. Ga papa kalo kita besok pas datang belum ada yang menyapa dan menerima. Toh kamu masih punya Abang dan Abang masih punya kamu juga kok." ujar Leon menenangkan Lula dan Lula pun kini mengangguk.
"Andai Nando masih sama Lula ya bang, pasti Lula akan lebih tenang lagi karena akan ada dua orang yang nantinya bisa tenangin Lula dan bisa jagain Lula. Sampai sekarang Nando nggak tahu masa lalunya Lula bang. Lula takut banget kalau misalnya nanti saat Lula ketemu sama Nando lagi dan Nando udah beda sama Lula karena Nando udah tahu kalau dulu lah jadi perempuan yang paling jahat. Gimana kalau Nando kau kejahatan Luka yang dulu ya bang? Pasti Nando bakalan nyesel banget karena udah pernah suka sama Lula. Kemana ya sekarang Nando? Lula kangen." ujar Lula memikirkan Nando.
"Kamu nggak boleh bilang kayak gitu Lula, masa lalu biarlah jadi masa lalu dan yang berlalu nggak usah diingat lagi karena kita bukan hidup untuk masa lalu kita. Lagi pula apa yang terjadi sama kamu dulu itu bukan sepenuhnya salah kamu tapi salah Abang juga. Kalau ada seseorang yang harus paling disalahkan atas masa lalu yang paling nggak ingin diingat itu adalah Abang. Karena Abang yang buat semuanya jadi hancur berantakan. Abang yang buat Lola hancur dulu." ujar Leon masih tidak bisa melupakan hal itu. Mungkin jika nanti suatu saat Lola dan yang lainnya akan memaafkan dirinya dan Lula, tetap saja di kepala dan ingatan Leon ia tidak bisa lupa bahwa dirinya sudah menyakiti Lola. Ia sudah menghancurkan hidup Lola.
Perusahaan itu hanya akan berakhir ketika Leon menghembuskan nafas terakhirnya nanti. Karena sebenarnya juga saat ini untuk menatap foto Lula saja ya sudah sangat sedih dan sangat kecewa kepada dirinya sendiri karena ia tidak bisa menjaga adiknya. Seharusnya sedari dulu ya bisa menjadi kakak yang adil bagi adik-adiknya itu, tapi ternyata ia sangat tidak sempurna untuk jadi kakak yang baik dan ia akhirnya menyakiti salah satu diantara adiknya itu agar adiknya yang lain bisa merasakan kebahagiaan yang sepenuhnya.