Bab. 10. Ajakan Abimanyu.

1506 Kata
Tak lama, Abimanyu memilih mematikan telponnya. Secara tiba-tiba, jantungnya berdetak kencang saat mendengar suara lembut Alina. Dulu, setelah berbincang sejenak mengenai malam itu, dia tak merasakan hal apa pun. Yang ada hanya rasa bersalah, karena telah membuat seorang perempuan tertidur di ranjangnya. Kini, setelah tiga tahun lamanya, terasa berbeda karena ada kejanggalan yang belum terungkap dengan benar. "Kenapa aku menjadi seperti ini?" Abimanyu bertanya sendiri. Lelaki tampan itu menatap ke arah layar ponselnya. Nomor Alina dengan foto profil wajah cantik dengan senyum tipis. Hal tak terduga pun menular di diri Abimanyu. Dia ikut tersenyum, hanya memandang foto Alina. "Wanita aneh!" Abimanyu menggeleng pelan karena dia benar-benar tak mengerti dengan keadaan hatinya, yang mulai kepo mengenai Alina Zahra. "Kalau aku tidak bicara dengannya, lalu kapan masalah ini akan cepat selesai?" Abimanyu menggunakan waktu untuk berpikir, dia kembali menekan nomor Alina. Kali ini, dia bertekad akan bicara dengan perempuan itu. Dering pertama, kedua, hingga ke tiga, akhirnya terhubung. "Halo ...." Kali ini, Abimanyu yang pertama bersuara. "Ya, halo." Alina menjawab dengan nada yang sama. "Alina Zahra. Bisakah kita bertemu?" tanya Abimanyu tanpa basa-basi. "Siapa ya?" tanya Alina benar-benar tak mengenali suara Abimanyu. "Abimanyu, Alina," jawab Abimanyu dengan suara pelan, namun membuat lawan bicaranya langsung terdiam. Abimanyu yang menyadari kalau lawan bicaranya hanya diam, akhirnya bicara lagi. "Kau masih di sana Alina?" "Emm .... Iya." Alina menjawab dengan nada aneh. "Bagaimana dengan pertanyaanku? Apa kau bisa bertemu denganku sebentar?" "Kapan?" tanya Alina. "Malam ini jam 7 malam. Aku jemput ks rumahmu. Jangan pakai alasan ini dan itu karena ini penting." Setelah mengatakan itu, Abimanyu mematikan sambungan telponnya tanpa pemberitahuan. Abimanyu masih merasa deg deg gan setelah selesai menelpon Alina. Tak lama wanita cantik itu mengirim pesan. "Kau tahu rumahku?" tanya Alina dalam pesan singkat itu. Abimanyu yang membaca pesan dari Alina tersenyum. Kemudian, jarinya mulai bergerak membalas pesan Alina. "Apa yang tidak aku tahu tentangmu. Jangan lupa jam tujuh!" Abimanyu kemudian bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Malam ini dia tak akan mengajak Naura dulu. Karena dia harus bicara empat mata kepada Alina. ___ "Aneh! Dari mana dia tahu nomer telpon dan alamatku?" tanya Alina masih memegangi ponsel. Wanita cantik itu mendadak lupa, kalau Abimanyu Danadyaksa bisa melakukan segalanya. Orang terpandang di dalam dunia bisnis. Namanya semakin berkembang dalam tiga tahun terakhir ini. "Ah, bodo amat deh. Mending aku mandi dulu." Alina pun bergerak cepat untuk mandi. Jam menunjukkan pukul setengah enam sore. Masih lama untuk bertemu Abimanyu. Hanya saja, Alina enggan memikirkan berbagai hal yang membuatnya enggan berpikir lebih keras. Lima belas menit berlalu, Alina sudah selesai dengan mandinya. Dia sedang memilih pakaian yang cocok untuk dikenakan dalam acara makan malam dadakan. Bukan. Lebih tepatnya, makan malam paksaan. Saat belum menemukan baju yang cocok, Alina sudah dikagetkan dengan kedatangan Athaya juga Alya. Wanita paruh baya itu bingung karena hampir isi lemari putrinya keluar. "Ada apa Alina?" tanya Alya menatap penuh tanya ke arah putrinya. Alina menoleh sekilas, "Sedang cari baju yang sekiranya cocok untuk makan malam dengan orang penting, Ma." "Enggak harus bongkar lemari juga kali," celetuk Alya sambil mengambil baju yang berserakan di lantai. Athaya hanya memainkan robotan yang dibelikan Irawan beberapa waktu lalu, dengan tatapan ke arah mamanya. "Darurat, Ma!" Alina akhirnya menemukan gaun pilihannya. Dia mulai bergerak ke kamar mandi untuk memakai baju. Nanti tinggal makeup tipis untuk membuat wajahnya supaya lebih segar. Alya menggelengkan kepalanya. Dia merapikan kembali pakaian Alina untuk di simpan di lemari. "Sejak kapan dia sampai serempong ini?" tanya Alya kepada dirinya sendiri. "Nenek, mama mau pergi ya?" tanya Athaya dengan suara cadelnya. Alya menoleh, memberikan senyuman kepada sang cucu. "Iya, Sayang. Mama ada pekerjaan sebentar. Malam ini, Athaya akan sama Nenek sampai Mama pulang. Oke?" Bocah berumur tiga tahun itu mengangguk, dia tak mempermasalahkan kemana mamanya akan pergi. Karena sudah terbiasa hidup berdua dengan neneknya. Yang ia tahu, Mamanya mencari uang untuk kehidupannya. "Sayang, maafkan Mama ya? Malam ini mama ada acara dadakan. Jadi, enggak bisa temani Athaya main. Mama usahakan enggak pulang telat deh," ucap Alina sambil make up. "Iya, Ma." Athaya menjawab dengan senyuman. Alya masih merasa penasaran dengan siapa Alina akan pergi. Yang ia tahu, putriny hanya dekat dengan Irawan semenjak pindah ke Jakarta. "Kamu pergi dengan Irawan?" tanya Alya yang berdiri di belakang Alina. Alina menatap mamanya dari pantulan kaca, dia memggeleng sebagai jawaban. "Lalu dengan siapa?" tanya Alya penasaran. Alina menghembuskan nafas panjang. Dia memang tidak bisa lepas dari cecaran mamanya. Jalan satu-satunya, dia harus jujur. "Abimanyu, Ma!" Alya seolah tak percaya dengan yang dia dengar. "Kau bercanda!" Alina melotot kesal sambil meneruskan merias wajahnya. "Di jawab jujur kok di bilang bercanda." "Apa dia mulai curiga dengan Athaya?" tanya Alya sedikit was-was. "Curiganya Abimanyu itu sudah sejak awal bertemu, Ma," jelas Alina. "Dia ngotot ngajak bertemu karena dia ada hal penting yang harus di bicarakan. Aku belum sempat menolak ajakannya. Tetapi, dia sudah mematikan sambungan telponnya." sambung Alina. "Dia akan menjemputmu?" tanya Alya. "Hemm ...." Alina hanya menjawab dengan gumaman. Beberapa menit berlalu hingga jarum jam pun sudah tepat di angka tujuh. Suara deru mobil berhenti tepat di pekarangan rumah yang di tinggali Alina dan keluarganya. Jantung Alina berdetak kencang saat dia akan keluar menyapa Abimanyu. Hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, untuk pergi berdua dengan mantan bosnya. Orang yang selalu ingin ia hindari. Nyatanya, semesta terus mempertemukan dalam kejadian yang tak di sangka. "Sana temui dulu! Kalau perlu suruh masuk," ucap Alya kepada Alina. "Langsung aja kali, Ma. Ngapain suruh masuk," jawab Alina terdengar tak suka dengan ucapan mamanya. Alina pamit kepada putranya, setelah itu, dia membuka pintu dan melihat Abimanyu yang berdiri tegak dengan wajah tegasnya. "Malam, Pak!" Alina menyapa dengan menundukkan wajah. "Malam, Alina!" Abimanyu melirik ke sekitar rumah Alina mencari sosok mungil yang mencuri perhatiannya. "Om ganteng!" Tiba-tiba Athaya sudah berada di sisi kanan Alina. Hal itu membuat wanita cantik dengan short dres warn putih itu memejamkan mata, dengan kedua telapak tangan terkepal erat. "Hai, ganteng!" Abimanyu berjongkok agar tingginya sama dengan Athaya. "Om pinjam mama sebentar ya. Ada kerjaan penting yang harus kita selesaikan," sambung Abimanyu meminta izin kepad Athaya. "Iya, Om. Mama juga sudah bilang kalau dia akan kerja lagi," jawab Athaya dengan mengerjap lucu. Abimanyu mengusap kepala Athaya, menatap dalam wajah yang persis dengan dirinya. Mengelus pipi lembut nan gembul itu dengan tatapan teduh. Saat Abimanyu berdiri, tatapannya beradu pada sepasang mata milik Alya. Beberapa detik jantung Abimanyu berpacu lebih kencang dari biasanya. Namun dia harus menyapa ibu dari wanita yang secara tidak sengaja dia rusak masa depannya. "Maaf Tante, kalau kedatangan saya mengganggu istirahat Anda," ucap Abimanyu sambil menundukkan kepala. "Selamat datang, Pak. Anda tidak menganggu, hanya sedikit mengagetkan saya karena mantan bos putri saya meminta bertemu," jawab Alya sopan. Abimanyu menatap wajah ayu di usia yang sudah tak lagi muda itu. Senyum tipis terukir di wajah Abimanyu. Hal yang tak pernah di lihat Alina sebelumnya. Membuat wanita itu terpesona dengan ketampanan mantan bosnya di usia yang semakin matang. "Sekalian bertemu, salam kenal dan saya juga mint izin untuk membawa Alina sebentar," ucap Abimanyu. Alya mengangguk, "Silakan, Pak. Hati-hati." Alina dan Abimanyu akhirnya mulai masuk ke dalam mobil. Meninggalkan rumah sederhana yang ditinggali Alina dan keluarganya. Dalam perjalanan menuju restoran, keduanya lebih banyak diam. Hanya beberapa kali mengobrol, hingga perjalanan sampai. Sebelum turun dari kendaraan mewah Abimanyu, Alina menatap gedung tinggi bertingkat itu dengan tatapan aneh. Dia sedikit ragu untuk turun. Hingga Abimanyu membukakan pintu untuknya, bahkan mengulurkan tangan untuk membantunya. 'Momen apa ini ya Allah,' monolog Alina dalam hati. Karena dia tak pernah membayangkan kalau akan diperlakukan begitu manis oleh Abimanyu Danadyaksa. Entah apa reaksi mamanya kalau sampai tahu, Abimanyu jalan dengan wanita lain setelah acara perjodohan. Restoran di hotel bintang lima, adalah pilihan Abimanyu untuk membawa Alina makan malam. Lelaki itu memilihkan makanan terbaik di hotel itu. Karena Alina menyerahkan segala pesanan kepada Abimanyu. Wanita cantik itu tak pernah makan di tempat mewah meski itu dia sedang bertemu klien. "Kau terlihat semakin dewasa, Alina," ucap Abimanyu memecahkan keheningan. "Ah, Bapak bisa saja," jawab Alina dengan wajah malu. "Kamu takut kalau aku akan membawamu seperti malam yang dulu?" tanya Abimanyu yang paham akan gerak tubuh Alina yang tak nyaman. Alina menunjukkan wajah kaget, namun dia bisa mengendalikan semua itu dengan cepat. "Hanya kurang nyaman, karena saya pertama datang ke tempat seperti ini, Pak," jawab Alina jujur. Senyum tipis terukir di bibir Abimanyu, menambah ketampanan duda satu anak itu. "Anggap saja ini adalah rejeki tak terduga dari sang pencipta," ucap Abimanyu menaggapi jawaban Alina. Obrolan terhenti karena makanan sudah datang, Alina dan Abimanyu mengucapkan terima kasih kepada pelayan yang mengantarkan makanan ke mejanya. Abimanyu memotong steak yang ada di hadapannya dengan cepat, setelah selesai dia menga ngkat piring itu untuk ditukar dengan milik Alina. "Makanlah!" Abimanyu menatap wajah Alina yang menatapnya dengan tatapan tak terbaca. "Terima kasih!" Alina hanya bisa mengucapkam dua kata itu. Karena dia benar-benar dijadikan ratu oleh Abimanyu, meski hanya beberapa saat saja. Saat menimmati makan malamnya, dalam hati Alina bertanya-tanya mengenai maksud Abimanyu membawanya makan malam. 'Ya Allah, jika dia bertanya mengenai Athaya, aku harus jawab apa?' tanya. Alina dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN