7. Tujuh

745 Kata
Diva membekap mulutnya sendiri karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Ana hamil anak kakaknya. Jadi bocah yang ia lihat tadi adalah keponakannya. Sungguh ini adalah kabar luar biasa yang akan membuat seluruh keluarganya syok. "Tapi kenapa kak Ana nggak bilang kalau dia hamil anak kak Andre?" Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Diva setelah mendengarkan penjelasan Lintang. Mereka berada di restoran hotel itu. Andre tidak ikut kesana karena tiba-tiba menerima telepon. "Ana yang melarang ku. Dia nggak ingin Andre tau. Kamu tau sendiri gimana keadaan kakak kamu waktu itu. Andre kacau karena Liyan menikah." "Tapi ini nggak benar, kak. " "Ya, aku tau. Seharusnya aku nggak menuruti kemauan Ana. Enam tahun ini dia melalui semuanya sendiri. Sendirian." Diva menghela nafas panjang. Pikirannya pening dengan semua yang baru ia tahu. Kakaknya menghamili Ana? Ana hamil? Dan kakaknya tidak tahu. *** Andre berjalan gontai menuju kamar hotelnya. Pikirannya kacau... Sangat-sangat kacau. Ana hamil, dia sekarang punya anak, tuntutan pekerjaan yang ia tinggal minta segera diselesaikan, di tambah Liyan yang terus menelponnya. Astaga... Rasanya kepalanya mau pecah. Langkah Andre melambat saat pandangannya menangkap tiga orang yang berdiri di depan kamar hotelnya. Papa, mama, dan Diva. Tiba-tiba hati Andre merasa tidak enak. Sepertinya ia akan mendapatkan masalah yang lebih besar lagi. Apalagi saat melihat raut wajah marah papa. Papa, mama duduk di sofa sedangkan dirinya dan Diva berdiri tidak jauh dari mereka. Hampir lima menit terlewat tapi belum ada yang berbicara. "Jadi yang di katakan adik kamu itu benar?" Suara papa terdengar. Andre diam tidak tahu harus menjawab apa. Pikirannya kacau. Sesekali terbesit di benaknya kalau anak Ana bukanlah anaknya tapi saat melihat wajah anak itu pikirannya goyah. "Jawab Andre! " Bentak papa. Sepertinya adik kandungnya sudah menceritakan semuanya pada kedua orang tuanya. "Ak-aku nggak tau, pa, " Jawab Andre jujur. Lelaki itu semakin menunduk dalam. "Bagaimana bisa kamu tidak tau? Anak itu saja sudah berumur lima tahun. Astaga... Kamu menghamili Ana, anak yatim piatu itu. Dimana otak kamu, Andre... " Hari Danuarta sudah di selimuti emosi. "Wak-waktu itu aku mabuk. Aku nggak ingat apa-apa. " "Cari wanita itu dan anaknya. Papa tidak mau tau. Nikahi wanita itu. Papa tidak tidak pernah mengajari kamu menjadi laki-laki b******k. " Andre terbelalak dengan perintah papa 'nikahi wanita itu'. "Enggak, pa. Aku nggak bisa menikahi dia. " Papa bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghadiahi putranya bogem mentah. Tubuh Andre terhuyung ke belakang. Sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah. "Jadi kamu meragukan anak itu? Jadi semua cerita Lintang hanya bualan. Papa kenal keluarga Lintang dengan baik. Tidak mungkin anak itu berbohong. Papa mau kamu menikahi Ana. Tidak ada penolakan." "Aku nggak bisa, Pa. Pernikahanku dengan Liyan sudah didepan mata. Tidak mungkin aku membatalkannya. " "Persetan dengan pernikahan itu. " Teriak Hari Danuarta membuat istri dan putrinya sampai terlonjak. Tidak ada yang berani membantah atau melawan jika laki-laki paruh baya itu marah. "Batalkan! Dari awal papa dan mama tidak pernah setuju dengan hubungan kalian. Dan selama ini kami tidak mengatakan alasannya karena kami tidak ingin mengingat hal itu. Tapi mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk kamu tau apa alasanya." "Papa dari kekasihmu itu adalah orang yang sudah membunuh adik papa. Satu-satunya saudara papa." Suara Hari Danuarta bergetar. Istrinya, Rahma Danuarta berdiri kemudian menyentuh bahu suaminya mencoba menenangkan. Haris Danuarta adalah adik Hari Danuarta. Ketika usianya delapan belas tahun, pemuda itu meninggal. Bukan meninggal karena sakit atau kecelakaan. Pemuda itu meninggal karena di hajar habis-habisan oleh Rizal Setiadi dan teman-temannya karena perselisihan diantara mereka. Rizal tidak mendapatkan hukuman yang seharusnya dia terima. Pemuda itu bebas dari semua tuntutan karena kekuasaan keluarga Setiadi. Waktu itu keluarga Hari Danuarta masih biasa saja, belum sekaya dan sesukses sekarang. Mereka tidak bisa menuntut balik karena kalah dengan power keluarga Setiadi. Andre dan Diva tercengang. Jadi itu adalah alasan kenapa orang tuanya menolak hubungannya dengan Liyan. "Kami terpaksa menerima hubungan kalian lagi karena kamu tidak mau menjalin hubungan dengan wanita lain. Dan kamu juga terus memohon untuk menyetujui hubungan kalian. Tapi sekarang ada alasan kuat kamu harus membatalkan pernikahanmu dengan wanita itu. Cari Ana dan anaknya dan tebus kesalahan kamu." "Aku nggak bisa, Pa. " Tolak Andre. "Apa kamu bodoh, hah? Begitu bodohnya sampai kamu tidak bisa melihat mana yang benar atau tidak. Kamu lupa kamu punya adik perempuan. Bagaimana kalau adikmu di posisi Ana? Mikir kamu... ! Pikirkan juga anakmu itu. " Hari memegang d**a kirinya yang terasa sakit. Beberapa detik kemudian terdengar pekikan dari semua orang yang ada disana. "PAPA... "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN