39- Solusi

1072 Kata
“Kita ikutin syarat latihan satu bulan itu. Tetapi kita juga harus buat syarat sendiri. Kita ‘kan ini sambal kuliah, pasti Abah bakal izinin kita buat fokus ke perkuliahan dulu, nah jadi kita tetap latihan bela diri di sela jam kuliah kita. Gimana?” Argan menaik turunkan alisnya setelah mengucapkan penjelasannya itu. Nino menatap Argan dengan mata bingung. “Tapi jadwal kuliah kita ‘kan beda.” Argan seketika menatap Nino. “Oh iya!” Dan … mendadak Argan merasa dirinya menjadi sosok yang tak berguna saat itu juga. "Apa sama sekali gak ada waktu buat latihan silat itu?" Bella yang sedari tadi hanya terdiam kini mulai menyela pembicaraan itu. Ia menatap kedua pemuda di depannya itu. Siapa tahu ia bisa memberikan masukkan yang dapat meenyelesaikan solusi. "Pasti ada lah waktu buat latihan di sela- sela kuliah." Bella kembali melanjutkan kalimatnya ketika Argan dan Nino itu masih terdiam. Ia menatap keduanya bergantian. "Coba kalian pikirin baik- baik, deh. Emm ... bukannya di atas jam empat sore udah gak ada kuliah ya?" tanyanya lagi. Mendengar perkataan dari Bella itu, sontak Argan dan Nino mendelik. Keduanya menatap Bella seketika. Lalu kembali memikirkan kata- kata dari Bella itu. "Bener." Nino membuka suaranya. Ia menatap Argan dengan cepat. Kemudian pemuda itu mengulas senyum. "Gue sih di atas jam empat sore udah gak ada mata kuliah, untuk semester ini udah gak ada," sambung pemuda itu lagi menatap Argan dan Bella bergantian. Argan ikut mengangguk. "Iya, betul. Sama, sih. Gue juga di atas jam empat sore udah pada males kuliah." Ia melirik Nino di sebelahnya. "Sebenarnya ada mata kuliah di atas jam empat sore tapi udah dipindah hari sama jam. Jadi gue di atas jam empat sore udah free." Pemuda itu mendadak tersenyum lebar. Kedua pemuda itu bertatapan masih tersenyum lebar ketika Bella turut tersenyum menatapnya. Melihat keduanya yang tersenyum itu, Bella menjadi ikut senang. Pada akhirnya ia bisa membantu menemukan jalan keluar untuk Argan dan Nino itu. "Eh tapi tunggu dulu!" Mendadak senyum Argan dan Bella luntur seketika mendengar seruan Nino. "Tunggu! Jangan senang dulu!" Nino mengucapkan kalimat itu dengan raut wajah yang serius. Ia beralih menatap Argan yang kebingungan di tempatnya itu. "Kenapa?" Argan makin bingung. Ia menatap Bella untuk mencari jawaban dan sayangnya wanita itu pun menggeleng, tak tahu ada apa dengan Nino itu. Nino berdecak menerima tatapan sangsi itu. Kemudian pemuda itu kembali membuka suaranya. "Gini, Gan ... gue sih sebenarnya gak masalah mau latihan silat jam empat sore itu." Nino mulai menuju topik yang ia maksud itu. Ia melanjutkan, "Tetapi ... lo 'kan kerja. Gimana sama parttime lo itu?" Nino menatap Argan dengan bingung. Nino melanjutkan lagi. "Terus emang lo gak capek? 'Kan lo abis silat berarti langsung jaga minimarket." Ia memberi tatapan prihatin ketika menatap Argan itu. "Lo yakin, Gan?" tanyanya lagi. Mendengar kalimat yang dilontarkan dari bibir Nino itu, mendadak Argan dan Bella menjadi berpikir keras. Setelah keduanya mendesah dan menghela napas panjang, mereka berdua mengatakan kalimat yang sama yaitu, "Oh iya juga ..." Argan mendadak menundukkam kepalanya. Rambut poninya terurai ke depan wajahnya -karena pomadenya sudah luntur- namun tak ia benarkan. Ia kini tengah berfokus memikirkan apa jalan keluar yang sebenarnya bisa dimanfaatkan. Hingga akhirnya Argan menemukan sebuah solusi. Ia menatap Nino dan juga Bella bergantian. "Gue ... bakalan lanjut." Argan mulai membuka suaranya dengan lirih. Ia menatap Nino dan Bella bergantian. "Gini ... masalah parttime, gue juga bakalan tetap berangkat parttime itu." "Gimana caranya?" Nino memprotes. Argan mulai menjelaskan, "Gue bakal tetap masuk kuliah, parttime, dan ikut bela diri itu. Lo tenang aja, nanti gue bilangin ke temen parttime gue satunya buat dia berangkat shift pagi terus aja." Ia tersenyum pada Nino dan Bella di depannya itu. Pemuda itu kembali menyambung kalimatnya ketika Nino dan Bella hanya terdiam. "Gini, paginya sampai jam empat sore gue bisa kuliah dulu. Terus sorenya gue latihan silat sama lo, No, lagipula latihan silat gak sampe berjam- jam, 'kan? Abis latihan silat, gue bisa kerja parttime itu, nanti shift malem dari jam sembilan malem sampai subuh." Argan menjelaskan panjang lebar. Bella dan Nino bersitatap. Mendadak mereka berdua menjadi kasihan terhadap Argan. Bahkan Argan tampak tak memiliki waktu luang sedikit pun. Paling hanya beberapa jam ia manfaatkan untuk istirahat. "Lo yakin?" tanya Nino kemudian menatap Argan dengan sangsi. "Iya, kamu yakin bisa istirahat?" Bella ikut bertanya pada Argan itu. Ia menatap Argan dengan raut khawatir. Namun Argan justru terkekeh dan mengangguk berulang kali. "Yakin!" Tatapannya benar- benar tampak meyankinkan. Argan mulai mengeluarkan ponselnya dan mencari aplikasi kalender, selanjutnya ia mulai kembali menjelaskan. "Kuliah gue dalam seminggu itu gak full berangkat setiap hari. Gue kuliah cuma empat hari doang, sisanya gue biasanya libur tuh tiga hari. Nah, untuk urusan istirahat, gue bisa gunain waktu itu untuk istirahat. Ya ... meskipun gak maksimal karena sorenya gue silat dan malamnya gue parrtime. Tetapi seenggaknya gue udah usahain buat istirahat. Ya, 'kan? Nino dan Bella yang mendengar penjelasan dari Argan itu akhirnya mengangguk. Mereka mulai memahami penjelasan dari Argan itu. Namun tetap saja keduanya tak tega karena Argan harus mengorbankan waktu istirahatnya. "Tenang aja pokoknya! Serahin sama gue pokoknya. Okey?!" Argan merangkul pundak Nino di sampingnya dan menatap Bella dengan senyum mengembang. Namun ketika melihat Nino dan Bella masih saja diam, Argan pada akhirnya akan mengeluarkan jurus andalannya. "Ah, pokoknya kalian tenang aja! Lagian kita gak punya pilihan lain, 'kan?" Jurus andalannya itu adalah merajuk. "Hem ... hemm ... gimana?" Argan menatap Nino dan Bella itu dengan cebikan yang dalam di bibirnya. Ia menurunkan harga dirinya itu hanya untuk merayu Nino dan juga Bela itu. Ia tak malu ditatap oleh Bella yang tengah terkekeh itu. Bella terkekeh namun sebenarnya ia masih memikirkan tentang bagaimana nasib Argan nantinya. Ia merasa bersalah, namun tetap saja semua yang dibilang oleh Argan itu benar adanya. Tak ada pilihan lain. Hanya itu yang dapat mereka lakukan. "Di samping itu kita juga bisa sambil jagain Bella pulang dari mallnya itu." Argan menatap Nino. Bella menganggukkan kepalanya. Ia bisa saja membuat Argan pulang bersama dengannya karena waktu kerja mereka yang sama. "Iya, benar juga. Aku bisa pulang bareng Argan karena jam pulang kita yang sama." Bella menatap Argan dengan takjub. Nyatanya pemuda itu telah memikirkan semuanya matang- matang. Mendengar hal itu, Nino akhirnya mau menganggukkan kepalanya. Pemuda itu mengucap kalimat yang membuat Argan senang. "Kalau itu mau lo ... gue gak bisa maksa, Gan." Argan tersenyum lebar. Ia memeluk Nino erat- erat sembari berucap, "Oke, bro!" Yang disusul oleh tawa Bella dan juga amukan Nino.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN