"Gue dengar kalau demi dapat barang berharga itu, orang- orang pada tidur di depan toko." Ia terkekeh. "Salut sama orang- orang itu."
Putri berdehem pelan. Ia membenarkan semua perkataan yang diucapkan oleh Guntur itu. Memang seharusnya ia sangat berterima kasih pada Nino dan Argan itu, bukannya malah mengusir mereka begitu saja.
Entah mengapa, kini Putri makin dilanda rasa bersalahnya.
Putri berjalan perlahan dengan masih menundukkan kepalanya. Gadis itu menatap lantai koridor fakultas dengan tak bersemangat. Di sampingnya ada Guntur yang masih terus bercerita dengan lancarnya. Tentang minifig itu, juga tentang dunia perkuliahannya.
Putri masih menunduk dan menanggapi tak berselera, sampai akhirnya tak sengaja ia mendengar tentang sesuatu yang langsung membuatnya mendongak. Gadis itu mendelik ketika mengangkat kepalanya itu.
Putri dengan cepat menepuk- nepuk pundak Guntur. Lalu berujar, "Tadi bilang apa?" tanyanya menggebu.
Mendapatkan pertanyaan tiba- tiba seperti itu membuat Guntur menghentikan langkahnya. Kemudian Putri ikut menghentikan langkah bersamaan.
"Hah?" Guntur mengucap dengan alis terangkat.
Putri berdecak. "Iya, tadi lo bilang apa, Kak?" Ia bertanya dengan geram. "Kata- kata sebelum yang barusan lo sebutin."
Cowok itu menatap Putri dengan raut bingung, namun ia tetap membalas pertanyaan Putri itu.
"Tentang temen- temen gue yang mau beli koleksi minifig terbaru itu tapi mereka gak ada duit?" tanya Guntur sembari menaikkan alis sebelah kanannya.
Putri lagi- lagi mendecakkan lidahnya. Ia mengibaskan tangannya sembari berujar, "Bukan itu." Kemudian ia menyisir rambut panjangnya ke telinganya. "Yang sebelumnya."
Guntur mengangkat sebelah alisnya. Tepatnya kali ini cowok itu menerawang sembari mengingat- ingat tentang semua perkataan yang telah ia ucapkan sendiri. Namun ia tak dapat menemukannya, ia menyerah.
"Emang tadi gue ngomong apa aja, sih?"
Putri menepuk jidatnya. Lalu ia berkacak pinggang. Gadis itu memajukan tubuhnya untuk membuat Guntur terintimidasi.
"Tadi lo bilang kalau minifig di series kali ini itu ada bagian yang gak sempurna," ucap Putri menggebu- gebu. Kemudian gadis itu mengangkat dagunya menantang Guntur seolah memberi isyarat agar cowok itu harus segera mengingat semuanya.
"Ingat?"
Guntur memundurkan kepalanya menghindari tatapan mengintimidasi dari Putri. Kemudian makin mundur hingga membuat kakinya reflek melangkah mundur.
"Bentar- bentar!" Guntur mengangkat kedua tangannya ke atas dan membuat Putri berhenti melangkah maju. "Oke, gue ingat- ingat lagi!"
Setelah dirasanya Putri tak mengintimidasinya lagi, barulah cowok itu dapat berpikir dengan jernih kali ini.
"Oh!" serunya keras dengan tiba- tiba hingga membuat Putri tampak sedikit terkejut.
"Oh, yang itu ... tentang minifig itu?" Guntur menaik- turunkan alisnya.
Putri mengangguk. "Iya. Yang itu. Ada apa sama series barunya?" Ia sangat penasaran sekarang.
Guntur ikut mengangguk- anggukkan kepalanya. "Itu ... jadi di series terbaru kali ini banyak yang bilang kalau ada satu goresan kecil di dekat kepala minifig itu. Nah, gue dengar emang seluruh minifig series yang dijual kemarin itu ada sebuah kesalahan dari pabriknya makanya ada goresan itu," jelas Guntur panjang lebar.
Seiring penjelasan dari Guntur itu, Putri yang mendengarkannya hanya dapat melongo. Ia seperti tertampar oleh kenyataan.
"Kenapa memangnya?" Guntur menyadari Putri yang mendadak diam itu.
Tak mau berlama- lama dalam keterkejutannya, gadis itu dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Ia segera mencari keberadaan foto yang ia maksud itu. Matanya mengamati satu per satu foto dalam galerinya.
Setelah akhirnya ia menemukan foto tersebut, dengan cepat Putri menunjukkannya pada Guntur. "Kayak gini bukan?" tanyanya dengan terburu. Ia masih sangat penasaran akan kejelasan yang benar dari adanya goresan itu. Beruntung ia berhasil memfoto goresan yang kemarin terdapat di minifig tersebut.
Guntur sempat memundurkan kepalanya karena silau saat Putri yang menggebu- gebu itu menunjukkan foto itu dengan jarak yang sangat dekat. Kemudian setelah ia memundurkan kepalanya, cowok itu mengamati foto dalam ponsel itu.
"Iya, betul itu." Guntur menjawab dengan seru, kemudian menunjuk- nunjuk benda dalam foto yang berada dalam ponsel Putri itu. "Eh, tapi itu lo punya foto itu dari mana?"
Putri menggeplak lengan Guntur dengan geram. "Itu 'kan minifig punya gue." Ia memelototi Guntur. Kemudian gadis itu mengibaskan sebelah tangannya lagi sembari mengucap, "Jadi bener kalau goresan ini ada di semua minifig yang lusa hari dipasarkan itu?"
Guntur mengangguk berulang kali. "Iya, 'kan gue udah bilang."
Karena tak mendapat kepercayaan dari Putri, cowok itu kemudian segera mengeluarkan ponselnya. "Bentar gue tunjukin sesuatu."
Ia mencari sesuatu dalam ponselnya itu. Tepatnya cowok itu tengah mencari sebuah foto dalam galeri ponselnya. Dengan cepat ia menggulir layar ponselnya kemudian setelah berhasil menemukan foto yang ia cari itu, Guntur segera menunjukkannya pada Putri.
"Ini," ujar Guntur sembari menyerahkan ponselnya pada Putri. "Ini foto- foto yang sempat temen gue ambil dari minifig itu."
Putri segera mengambil alih ponsel milik Guntur itu. Gadis itu memperbesar foto itu dan mulai mengamati perlahan dan seksama. Seiring foto itu yang membesar, kornea mata Putri ikut melebar. Gadis itu terkejut melihat doto itu yang terdapat detail goresan di minifig itu. Goresan yang terdapat di dekat kepala minifig itu. Detailnya sangat persis seperti yang terdapat di minifig kepunyaan Putri itu.
"Bahkan semua orang yang beli itu pada protes tentang goresan itu. Mereka semua menuntut pengembalian setengah harga dari pabrik yang telah memproduksi minifig itu." Guntur berujar dengan menggebu.
"Oh ... ya?" Putri masih terbata. Ia masih belum bisa terbangun dari keterkejutannya.
Guntur mengangguk dengan mantap. "Iya. Beritanya udah nyebar ke seluruh pecinta minifig."
"Jadi ... goresan itu bukan karena kesalahan perseorangan? Tapi ... karena kesalahan dari pabrik?" tanya Putri dengan terbata- bata.
Guntur sekali lagi mengangguk. Mungkin cowok itu sudah lelah menganggukkan kepalanya hanya untuk mengiyakan jawaban Putri itu.
Putri kini benar- benar terkejut. Ponsel milik Guntur di tangannya itu bahkan hampir terjatuh. Dan Guntur dengan cepat menangkap ponselnya itu. Beruntung gadis itu tak ikut limbun.
"Eh- eh, Put! Lo kenapa?!" Guntur panik sekarang melihat Putri.
Sedangkan Putri kini sudah tak dapat mengucap apa- apa lagi. Kepalanya bagai baru saja dipukul dengan benda keras yang menyakitkan. Benda keras itu bernama kenyataan.
Karena kenyataan tentang goresan pada minifig itu datang belakangan. Goresan yang terdapat di minifignya itu bukan karena ulah Nino atau Argan. Nyatanya goresan itu muncul karena kesalahan pabrik.
Maka tidak benar jika pada akhirnya Putri menyalahkan Nino dan Argan atas kesalahan yang tidak pernah mereka perbuat sama sekali. Pada akhirnya Putri lah yang akan berakhir menjadi orang jahat di sini.
"Sial, gue ngerasa bersalah sekarang!" Putri berseru tiba- tiba. Membuat Guntur yang sedari tadi bingung, makin bingung. Ditambah lagi melihat tingkah Putri berikutnya.
Putri mengacak rambutnya. "Gue harus minta maaf deh jadinya sama Nino dan Argan itu. Aish!"
***