"Kamu jangan takut, ada aku. Aku yang akan jaga kamu." ucap Aron. Dia melirik lekat-lekat mata yang sangat familiar baginya.
Aron memegang kedua lengan Selly. Dia menatap lebih dalam kedua mata itu. "Kamu Selly, wanita yang pernah menjadi temanku." ucap Aron.
Selly menatap balik Wajah Aron. Dia merasa sangat yakin jika. Dia adalah laki-laki yang dia cari selama ini. Ayahnya berpesan untuk mencari Aron. Dan, selama ini merasa dirinya beruntung bisa bertemu dengan Aron lagi. Selly memeluk tubuh Aron. "Apa kamu Aron? Kenapa kamu bisa sembuh? Dan, kenapa kamu tidak mencariku. Aku ketakutan sendiri. Selama tiga tahun aku hidup di jalanan. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Aku merasa hidup ini hampa. Aku pikir bunuh diri adalah jalan terbaik. Tapi, semuanya berubah. Takdir mempertemukan kita lagi." Selly mempererat palukannya. Aron hanya diam, tersenyum simpul. Melepaskan pelukan Selly.
"Lebih baik sekarang, kita pulang. Kamu harus mandi, setelah itu istirahat. Aku yang akan merawat kamu sekarang. Jadi kamu Jangan pernah khawatir. Aku akan menanggung semua kebutuhan kamu. Jangan pernah merasa sendirian. Masih ada aku, aku akan selalu bersama denganmu." Jemari tangan Aron menyentuh pipi Selly mengusapnya sangat lembut.
Aron segera membawa Selly pulang ke rumahnya. Tepat jam 9 malam. Mereka sampai di rumah kecil milik Aron. Sebenarnya itu hanya rumah kontrakan miliknya. Bukan rumahnya sendiri. Setelah lama berada di rumah kontrakan itu. Aron merasa nyaman bertetangga dengan orang-orang di sekitarnya.
"Mandilah!" pinta Aron. Setelah sampai di rumahnya. Aron berjalan menunjukan kamar kecil milik Selly. Meski hanya sementara nanti dia tempati. Sebelum pergi dari kontrakan kecil itu.
"Baik, tapi aku tidak punya baju." ucap Selly.
"Kamu bisa sementara pakai bajuku. Besok, kamu bisa beli lansgung saja. Aku akanntskani kamu beli." ucap Aron. Di balas dengan senyuman ramah oleh Alex.
"Makasih! Kamu sudha membaut aku merasa nyaman. Sekarang, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Kata ayahku, suatu saat aku akan bertemu dengan kamu. Dan, aku akan mendapatkan kekuatan yang tersembunyi dalam diriku." kata Selly begitu lolosnya.
"Kekuatan?" tanya Aron.
"Iya, kekuatan. Aku yang tidak tahu. Apa yang dimaksud ayahku, hanya saja aku bisa melihat semuanya. Aku bisa melihat dari jauh. Tapi, aku belum bisa melihat semuanya." ucap Selly menjelaskan.
"Ya, sudah! Nanti saja kamu cerita. Atau, besok kamu ceritakan padaku. Sekarang sudah malam. Lebih baik kamu mandi, setelah itu tidur. Aku juga mau istirahat." kata Aron. "Dan, jika nanti butuh apa-apa bilang padaku." lanjutnya.
"Aku akan ambilkan bajuku dulu." kata Aron. Dia berjalan masuk ke dalam kamarnya. Mengambil baju panjang miliknya. Dan, celana panjang. Berjalan keluar kamar, memberikan itu pada Selly yang masih menunggunya di luar.
"Aku mandi dulu." ucap Selly. Dia tersenyum lebar. Membuat kedua matanya ikut menyipit.
**
Keesokan harinya. Saat Selly masih duduk sendiri. Dia menatap indahnya sinar matahari pagi yang menyentuh kulit putihnya dari pantulan jendela kaca tepat di depannya.
Aron menatap ke arah Selly, dia tersenyum tipis. Berjalan dengan langkah pelan mendekatinya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Aron.
"Sudah dari tadi. Tapi, aku tidak mau membentuk pintu kamar kamu. Kau takut jika aku nanti ganggu kamu." ucap Selly. Pandangan matanya masih fokus pada taman di luar rumah yang terlihat dari jendela kaca.
“Kamu mau ikut aku?” Tanya Aron pada Selly
Selly mengangkat kepalanya. “Ikut kemana?” Tanya Selly
“Aku tidak pernah menetap disini. Jika kamu mau ikut aku, lebih baik sekarang pergi. Aku tidak pernah lama disini.” jelas Aron. Meski kedua tangannya sibuk beres-beres. Dia mendengarkan apa yang Selly katakan.
“Kamu mau pergi kemana?” Tanya Selly, kedua matanya menatap lekat wajah Aron.
“Entahlah, yang penting kita pergi. Cari suasana baru.” Aron sembari membereskan barang-barang miliknya. Memasukan semuanya ke dalam koper. “Oh, ya! Aku sudah masak buat kamu. Jika kamu makan duluan, semua sudah ada di meja makan.” Pandangan mata Aron menatap ke meja makan, kesekian detik hanya menunjukan tempatnya.
“Iya, terima kasih.” Ucap Selly.
“Aku boleh tanya?” Aron beranjak duduk di depan Selly.
“Mau tany apa?”
“Soal kamu, kenapa bisa ayah kamu terbunuh. Dan, apa kamu masih ingat kenapa bisa aku sampai terluka. Dan, aku terbaring selama 1 bulan tak sadarkan diri” Aron menatap lekat-lekat wajah Selly. Wanita itu terdiam seketika, wajahnya mulai sayu. Dia tak mau mengingat kejadian tentang ayahnya. Jika dia berusaha mengingatnya, hatinya terasa gemetar. Bibir tak sanggup lagi terbuka. Suara Nya tiba-tiba menghilang begitu saja. Napasnya seketika berhenti sejenak, dadanya terasa sangat sesak. Seakan bebatuan menumbuk sekujur tubuhnya. Selly memalingkan wajahnya. Dia tak mau menatap kedua mata Aron.
“Kenapa kamu menghindar. Apa karena kamu tak mau menjawab semuanya? Atau ada yang mengancam kamu?” Tanya Aron, dia meletakkan kedua siku tangannya di atas pahanya. Menarik duduknya lebih maju kedepan mendekati Selly.
Napas Selly mulai berantakan. Seperti penderita asma yang tiba-tiba kambuh. Selly memejamkan kedua matanya. Tubuhnya terasa kaku. Merasa tak mau jika Selly terus seperti itu. Aron segera membantu Selly untuk berdiri. Dia meletakkan tangan Selly di pundaknya.
“Jangan paksakan otakmu untuk berpikir jika kamu tidak sanggup mengingat semuanya. Aku tidak akan memaksamu lagi mengingat kejadian itu.’ Kata Aron. Dia menuntun tubuh Selly berjalan cepat keluar dari rumahnya.
“Aunty.. Anda punya mobil?” Tanya Aron. Kebetulan tetangganya itu berada di luar rumah. Dia sedang menyiram tanaman di sekitar rumahnya.
“Ada, memangnya siapa yang sakit?” aunty melirik ke arah wanita yang terus memegang dadanya.
“Dia sesak napas?” Tanya Aunty.
‘Iya..” jawab Aron. Aunty segera meletakkan tempat air miliknya. Dan, segera mengambil kunci mobil.
“Kamu bisa bawa mobil?” Tanya Aunty. “Suamiku tidak ada di rumah. Tidak ada yang bisa bantu. Aku sendiri juga tidak bisa naik mobil.” Kata aunty.
Aron tersenyum simpul. “Tenang saja, aku bisa meski belajar otodidak. Aku juga belum pernah belajar sebelumnya. Tapi, aku yakin bisa bawa mobilnya.” Jawab Aron penuh percaya diri.
“Baiklah, ini kunci mobilnya. Aku percaya sama kamu.’ kata Aunty. Memberikan kunci mobilnya segera pada Aron.
“Dia pacar kamu?” Tanya Aunty.
“Bukan! Dia hanya teman.” Aron meletakan tubuh Selly di kursi depan. Dan, Aron duduk di kursi so[ir. Dengan satu tarikan nafasnya. Dia begitu yakin mencoba perlahan mengemudi mobilnya. Meski sedikit ragu membawa mobil orang lain.
“Sell, kamu bisa tahan sebentar. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit. Kamu harus dirawat sampai sembuh. Aku tidak mau teman aku kenapa-napa. Hanya kamu yang aku miliki sekarang. Hanya kamu yang aku temukan.” Ucap Aron begitu paniknya. Dia membawa mobil dengan wajah sangat tegang. Kedua tangannya kaku, meski ini baru pertama kali bagi Aron, tapi dia begitu lihainya membawa mobil. Dia sempat ingat 3 tahun lalu bagaimana cara Brian dan Ella mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Dia hanya mengamati mereka yang mengemudi. Melihat bagaimana tangannya bergerak. Dan, apa yang pernah dia ingat seolah semua masuk ke dalam otak kecilnya. Yang punya ribuan memory.
Selly yang masih bisa membuka matanya, meski kedua mata menyipit, dia melirik ke arah Aron. Tangannya terangkat, meraih tangan Aron. “makasih. Kamu juga satu-satunya yang aku miliki. Aku tidak punya keluarga lagi. Aku sudah anggap kamu sebagai kakak aku sendiri.” Kata Selly dengan nada suara sangat berat dan lirih. Tenggorokan terasa begitu kering dan sedikit serak.
Aron menggenggam tangan Selly. “Aku janji akan menjaga kamu. Aku akan selalu ada disisi kamu. Aku yang akan terus melindungi kamu. Jangan pernah jauh dariku.” Sesekali Aron melirik ke arah Selly.
“Makasih!” kata Selly menarik dua sudut bibirnya mengukirkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. Dibalas dengan sentuhan lembut jemari tangan Aron di atas kepalanya.
“Jangan pernah merasa kesepian. Masih ada aku didunia ini yang siap menjaga kamu.” Tegas Aron. Meski usianya belum sepenuhnya dewasa pikirannya sudah dewasa. Dia merasa Selly adalah adiknya, yang harus dia jaga dan lindungi setelah Brian kakaknya yang entah dimana sekarang keberadaanya.
Aron berharap petualangannya nanti akan mempertemukan lagi dirinya dengan Brian. Dia sangat merindukannya.